Oleh Wina Armada Sukardi*
SEBELUM pandemi covid-19, hamba hampir setiap minggu keluar kota (Jakarta). Biasanya, rata-rata seminggu dua kali.
Ada saja urusannya untuk keluar kota. Untuk pelatihan, ceramah, jadi ahli (di polisi atau pengadilan), menjadi advokat di pengadilan, rapat kerja, seminar, mengajar dan sebagainya. Ruang lingkung aktivitas hamba yang luas, membuat bidang kegiatan hamba juga beragam.
Misalnya lantaran hamba konseptor untuk pembuatan Standar Kompetensi Wartawan, dan berbagai standar atau pedoman Dewan Pers lainnya, Pendidikan Ahli Dewan Pers, hukum pers, advokat, dosen, kebudayaan, dan sebagainya, sehingga memungkinkan memberikan materinya dari pelbagai bidang. Makanya hamba kala itu sangat sibuk keliling Indonesia.
Biasanya kalau keluar kota, hamba oleh panitia diinapkan di hotel. Di tempatkan di hotel jenis apapun juga, hamba tidak pernah mengeluh.
Persoalannya, ternyata, kalau berada di hotel, info tentang masjid terdekat yang mengadakan salat subuh, tak ada sama sekali. Hampir di semua hotel yang hamba tempati memang terdapat musala, tapi ketika disambangi, sama sekali tak ada kegiatan salat subuh disana. Informasinya pun tak ada. Juga di bulan puasa.
Di sebagian besar hotel memang ada tanda arah kiblat, tapi tak ada informasi apapun soal salat subuh berjemaah. Jangankan informasi dimana masjid terdekat yang melaksanakan salat subuh berjemaah, pukul berapa waktu setempat salat subuh dilaksanakan pun tak tersedia (beruntung sekarang sudah banyak aplikasi yang menyediakan hal ini).
Tak hanya di daerah, demikian pula hotel-hotel di Jakarta. Informasi soal itu nihil. Walhasil, orang dari daerah yang menginap di hotel di Jakarta pun, tentu sulit menemukan harus ke masjid mana untuk salat subuh berjemaah di Jakarta.
Pernah hamba karena mendengar suara azan subuh di hotel, hamba langsung mencari-cari dimana masjidnya. Meski agak jauh kalau berjalan kaki, tapi hamba hampiri juga masjid itu.
Apa yang terjadi? Ternyata di masjid itu tak ada solat subuh berjemaah. Masjid melompong.
Muhazin hanya mengumandangkan azan subuh saja, tapi di masjid itu sendiri tak ada salat subuh berjemaah.
Indonesia, konon, terkenal sebagi negara dengan sejuta masjid. Indonesia juga terkenal sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di atas jagad ini. Tapi jika kita mau salat subuh berjemaah di luar kota dari hotel, susahnya setengah mati.
Hamba mau sekedar usul, ada baiknya di setiap hotel di Indonesia disediakan data: jam berapa waktu lokal salat subuhnya. Diberikan pula informasi beberapa masjid yang terdekat dari hotel yang mengadakan salat subuh berjemaah. Di informasi itu ditambah dengan keterangan berapa lama waktu tempuh kesana. Perlu dijelaskan apakah memungkinkan jalan kaki, atawa harus naik kendaraan motor atau mobil.
Pemberitahuan atau informasi seperti ini cukup ditulis di selembar kertas dan diganti sebulan sekali. Atau, lantaran kiwari sudah zaman digital, pemberitahuaan itu pun cukup melalui text digital atau tayangan video di televisi hotel bersama tayangan-tayangan keterangan hotel lainnya, seperti letak restoran, kolam renang dan sebagainya.
Apakah kemudian informasi itu mau digunakan para tamu hotel atau tidak, terserah saja. Itu sudah bukan urusan dan tanggung jawab hotel lagi.
Lebih “cakep” lagi jika di musala masjid diadakan salat subuh berjemaah. Hotel dapat bekerja sama dengan masyarakat setempat, atau Dewan Kepengurusan Masjid lokal, untuk menyediakan imam salat subuh berjemaah di musala hotel.
Pada awalnya mungkin tak banyak yang mengikutinya. Tak apa. Dulunya juga di mall demikian. Anggapan awalnya, apa iya pengunjung mall yang rata-rata menengah ke atas, mau kalau pas waktu salat, salat di musala mall. Nyatanya hari ini pada waktu-waktu salat, musala mall selalu penuh. Apalagi pada bulan puasa, sampai harus dibuat beberapa termin.
Demikian juga di hotel. Mungkin awalnya cuma beberapa orang. Cuma segelintir tamu yang salat subuh berjemaah. Tidak apa. Lama-lama juga memadai.
Penyediaan informasi ikhwal soal salat subuh berjemaah oleh hotel bakal membuat hotel-hotel di Indonesia menjadi khas. Para tamu dari seluruh dunia bakalan faham, Indonesia dengan sejuta masjid dan jumlah umat islam terbesar di dunia, hotel-hotelnya selalu menyedia informasi mengenai masjid terdekat yang menyelenggarakan salat subuh berjemaah, bahkan sebagian hotelnya sendiri menyediakan sarana tersebut.
Itulah Indonesia. Umat non muslim pun pasti maklum dan tidak berkeberatan, sebagaimana umat muslim juga tak keberatan di sebagian besar hotel di Eropa dan Amerika diwajibkan menyediakan injil. Di mana bumi dipijak, kita menghormati adat istiadat, kebiasaan dan agamanya.
Selama ini, akhirnya, kalau ada di hotel di luar kota, hamba sering menganggap diri hamba musafir, sehingga terbebas dari kewajiban salat, termasuk salat subuh. Kalaupun salat subuh, ya di kamar hotel aja. Sendirian.
Tabik.***
(Bersambung)
*Penulis, wartawan dan advokat senior serta Dewan Pakar, Pengurus Pusat Muhammadiyah. Tulisan ini merupakan reportase/opini pribadi.