Menu

Mode Gelap

Diskursus · 16 Apr 2023 11:57 WIB ·

Sketsa Serba-Serbi Salat Subuh (24): Matematik Pahala Baca Al Quran

 Ilustrasi. (Sumber foto: muslimmemo.com).* Perbesar

Ilustrasi. (Sumber foto: muslimmemo.com).*

Oleh Wina Armada Sukardi*

PAKAR kaligrafi sekaligus penulis kaligrafi profesional, Didin Sirojuddin A.R., awal bulan April ini, mengirim WA ke hamba, tetapi lantaran baru hamba baca setelah salat subuh berjemaah di masjid sehari kemudian. Isinya menerangkan bagaimana besarnya pahala bagi yang membaca dan menulis kembali ayat-ayat Al Quran.

Lantaran isinya bagus buat diketahui kaum muslim, hamba pikir sangat baik kiriman WA dari Didin Sirojuddin A.R. tersebut hamba tayangkan kembali disini, segera setiba di rumah dari salat subuh di masjid.

Untuk menyesuaikan dengan tayangan artikel di media online, hamba adakan editing seperlunya, tanpa mengubah secuil pun maknanya. Demikian pula hamba hanya memuat bagian yang terkait dengan pahala membaca Al Quran saja, sedangkan untuk bagian pahala terkait menulis kembali ayat-ayat Al Quran tidak hamba tayangkan dengan dua alasan. Pertama, menghindari terlampau panjang, dan kedua tulisan itu lebih dikhususkan untuk para penulis kaligrafi.

Hamba sendiri, terus terang saja, bukanlah manusia sempurna, yang telah sanggup mengerjakan membaca Al Quran dengan fasih dan dengan intonasi atawa lafal yang tepat dan benar, padahal hamba faham benar pahalanya sedemikian besar.

Hal ini menyadari hamba, Allah menciptakan manusia dengan beragam-ragam kemampuan dan kekurangannya masing-masing. Maafkan hamba ini, Ya Allah.

Berikut kutipan WA dari Didin Sirojuddin AR:

AL QURAN kitab suci yang penuh mukjizat, membacanya saja berpahala dan dianggap ibadah. Mari kita hitung jumlah pahala kebaikan dari membaca Alquran yang merupakan way of life kaum muslimin dalam Hadis:

“Barangsiapa membaca satu huruf dari Kitabullah Alquran, maka ia mendapat satu kebaikan. Sedangkan satu kebaikan dibalas pahala 10 x lipat yang seumpamanya. Ingat, aku tidak bilang: Aliflammim satu huruf, tetapi Alif satu huruf, Lam satu huruf, dan Mim satu huruf.” (HR Hakim)

Subhanallah, pahalanya dihitung untuk setiap huruf!

Bila setiap huruf pahalanya 10 kebaikan, kita kalikan jumlah rata-rata:

  • 1 baris: 40 huruf x 10 pahala = 400 pahala.
  • 1 halaman: 15 baris x 400 pahala = 6.000 pahala.
  • 1 juz: 18 halaman x 6.000 pahala = 108.000 pahala.
  • 30 juz: 30 x 108.000 pahala = 3.240.000 pahala kebaikan.

Subhanallah, banyak sekali!!!

Kita hitung dengan cara lain. Imam Syafi’i (lahir 150 H di Gaza) lebih 1.200 tahun silam, ketika dunia belum kenal komputer dan mesin kalkulator, telah mampu mendata jumlah masing-masing huruf dalam Alquran secara detail dan akurat.

Dalam kitabnya, مجموع العلوم ومطلع النجوم dan dikutip Imam Ibnu Arabi dalam mukadimah  الفتوحات الإلهية menyebutkan jumlah huruf Alquran ada 1.027.000.

Secara rinci dihitungnya huruf ا (ALIF) 48.740,  huruf ل (LAM) 33.922, huruf م (MIM) 29.922, dan seterusnya sehingga berjumlah 1.027.000 huruf.

Bila dibaca dengan dikalikan 10, maka pahala kebaikannya 10.270.000.

Subhanallah, fantastis. Di bulan Ramadan, setiap amalan digandakan lagi 70 x kebaikan. Maka total pahalanya 10.270.000 x 70 = 718.900.000. سبحان الله .

Ada juga surat-surat tertentu dengan imbalan pahala tertentu, seperti membaca  Al-Fatihah = membaca ⅔ Alquran, bacaan Al-Baqarah & Ali Imran akan jadi 2 awan penaung.

Pembaca Al-Baqarah akan dipakaikan mahkota surga.

Membaca akhir Ali Imran di malam hari dicatat = ibadah semalam.

Bacaan Al-Kahfi akan jadi penghalang qarinya dari api neraka.

Adapun yang membaca Yasin saban malam akan diampuni dosanya, bila dibaca siang segala hajatnya akan terpenuhi. Surat Al-Waqiah adalah surat kekayaan.

Membaca Qulhuw 3 x malam hari = tamat Alquran. Membaca Qulhuw 11 balik akan diganti sebuah rumah di surga.

Ayat Kursi adalah pengusir setan.  Membaca Ad-Dukhon malam hari, akan diampuni dosanya yang lalu.

Bacaan Al-Mulk akan jadi tameng dari siksa kubur, dan lain-lain.

Itu belum termasuk bila bacaan tersebut dilagukan, baik dengan langgam murattal maupun mujawwad karena berefek pada nikmatnya di pendengaran yang “menggembirakan sesama saudara muslim”.

Rasulullah menganjurkan:

“Hiasilah Alquran dengan suaramu (yang merdu).”

Pahala kebaikan akan terus bertambah bila kegiatan membaca berada dalam “proses belajar-mengajar”, menuntut Ilmu atau belajar dan mengamalkan ilmu yang terlibat di dalamnya bergelar “fi sabilillah” dengan imbalan pahala terbaik  surga.

Dalam Hadis riwayat Usman dinyatakan:

“Sebaik-baik kamu adalah yang belajar Alquran dan mengajarkannya.”  

Hasil dari aktivitas membaca Alquran, baik yang menjadi mahir maupun yang masih terbata-bata karena kesulitan, kedua-duanya mendapat tempat yang indah seperti yang dijanjikan Rasulullah:

“Orang yang pandai membaca Alquran, akan memperoleh tempat di surga bersama-sama para Rasul yang mulia lagi baik-baik.  Dan orang yang membaca Alquran kurang pandai, membacanya tersentak-sentak dan tampak agak berat lidahnya,  ia akan memperoleh dua pahala,” yaitu pahala membaca  dan pahala sulitnya belajar.

Subhanallah, Allah Maha Pemurah.

Begitulah WA Didin Sirojuddin A.R., dosen dan pendidik yang memiliki pesantren dengan kekhususan kaligrafi di Sukabumi.

Terhadap matematik kwantitatif pahala ini, ada dua penafsiran. Pertama, yang berkeyakinan jumlah pahala tersebut leterlek persis sama dengan angka-angka yang disebut di angka-angka itu. Dalam artian, angka-angka itu merujuk pada arti kongkrit jumlah angka itu.

Jika disebut 10 kali, ya harus dihitung 10 kali yang sebenarnya.

Tafsir kedua berpendapat, penyebutan kwantitatif melalui angka-angka tersebut sesungguhnya merupakan simbol atawa metafor dari tingkatan-tingkatan pahala. Jadi semacam ukuran superlatif. Jadi bukan dalam artian 10 ya harus dihitung 10, tetapi kadarnya 10 kali lipat dan sebagainya.

Misal kalau disebut jumlahnya “selangit,” tetapi berarti selangit penuh, tapi satu simbol betapa banyaknya. Begitu juga jika disebut seribu bulan, misalnya, bukan berarti tepat seribu bulan, tetapi sesuatu yang jumlahnya dahsyat.

Biarlah para ahli di bidangnya yang menafsirkan. Bagi hamba pendapat kedua-duanya kemungkinan benar karena keduanya saling melengkapi. Satu dalam paparan angka kwantitatif matematik, yang kongkrit, satu lagi menarasikannya.

Tabik.***

(Bersambung)

*Penulis, wartawan dan advokat senior serta Dewan Pakar Pengurus Pusat Muhammadiyah. Tulisan ini merupakan reportase/opini pribadi.

Artikel ini telah dibaca 69 kali

badge-check

Redaksi

Baca Lainnya

Ingin Didoakan Malaikat? Lakukan Amalan Ini!

7 Desember 2024 - 21:20 WIB

Gubernur Jabar Pilihan Rakyat

3 Desember 2024 - 15:45 WIB

Mewujudkan Indonesia Emas 2045: Kemandirian Ekonomi Berbasis SDM Tangguh dan Pemanfaatan SDA

3 Desember 2024 - 10:18 WIB

Kenaikan Gaji Guru Non-ASN dan ASN; Menjadi Cambuk Guru Guna Mencetak Generasi Emas

1 Desember 2024 - 07:09 WIB

Detik-Detik Publik Memilih

25 November 2024 - 06:09 WIB

Kualitas Debat Pilkada 2024

15 November 2024 - 08:11 WIB

Trending di Berita