Menu

Mode Gelap

Diskursus · 25 Mar 2023 19:29 WIB ·

Memaknai Ibadah Saum Ramadan, Memiliki Kekhususan bagi Allah

 Ilustrasi (Sumber foto: express.co.uk).* Perbesar

Ilustrasi (Sumber foto: express.co.uk).*

SETIAP tahun umat Islam seluruh dunia menunaikan ibadah saum Ramadan. Dengan demikian ibadah puasa wajib ini menjadi hal rutin. Namun di balik rutinitas itu mungkin masih ada “ilmu” tentang saum yang belum banyak dipahami. Terutama bagi umat Islam, apalagi generasi mudanya, yang memang tidak mendalami tentang ilmu keislaman.

Salah satu contohnya adalah bahwa hakikat ibadah saum memiliki kekhususan bagi Allah Swt. Hal itu sebagaimana bunyi Hadis Riwayat Ahmad. Dari Abi Hurairah dia berkata, “Rasulullah Saw bersabda, Allah Azza Wa Jalla berfirman, ‘segenap amal anak Adam baginya, maka satu kebaikan akan diberikan pahala sepuluh kali lipat sampai tujuh ratus lipat, kecuali saum. Saum merupakan ibadah –khusus—untuk-Ku. Aku yang akan memberikan pahala khusus. Dia meninggalkan makanan untuk syahwatnya karena kedudukan-Ku. Dia meninggalkan minuman untuk syahwatnya karena kedudukan-Ku dan Aku akan memberikan pahala –khusus—dengannya”.

Lalu bagaimana kita memaknai “pahala khusus” dari pelaksanaan ibadah saum ini? Sebagai awam mungkin kita akan menjawab “yang penting nilai pahalanya di atas tujuh ratus lipat”. Kalau bicara angka tentu saja kita mengacu angka di atas tujuh ratus tersebut. Namun gambarannya seperti apa “angka di atas tujuh ratus itu?”

Dalam sebuah pengajian Ahad Subuh 5 Maret 2023 lalu atau menjelang tibanya bulan Ramadan kali ini di Masjid Nurul Falah (NF) Kompleks Sukamenak Indah, Desa Sayati, Kecamatan Margahayu, Kabupaten Bandung, Dr. H. Ahmad Humaedi, MAg memberikan ilustrasi yang menarik dan masuk akal.

Doktor yang memiliki latar belakang ilmu komunikasi itu memberikan gambaran –kurang lebih—sebagai berikut. Masjid Nurul Falah hanyalah sebuah masjid relatif kecil di sebuah kompleks perumahan yang tidak terlalu besar. Namun, misalnya, Gubernur Jawa Barat berkenan akan mengunjungi masjid ini. Lalu bagaimana sikap pengurus masjid ketika akan menyambut kehadiran seorang Gubernur?

Pengurus Masjid NF pastilah merasa memperoleh kehormatan karena Gubernur berkenan akan berkunjung atau meninjau NF. Seiring dengan rencana kedatangan Kepala Daerah Provinsi itu pastilah pengurus merasa perlu mempersiapkan diri sebaik-baiknya: dari soal kebersihan masjid, hidangan yang akan disajikan, tempat duduk bagi Gubernur, tempat parkir bagi Gubernur dan rombongan, dan lain-lain.

Setelah Gubernur berkunjung dan merasa sangat berkenan dengan penyambutan yang dilakukan oleh pengurus Masjid NF, maka besar kemungkinan Gubernur akan memberikan perhatian khusus kepada Masjid NF. Pada gilirannya “perhatian khusus” dari Gubernur itu berdampak positif bagi perkembangan dan kemajuan Masjid NF. Apalagi masjid ini dikelola oleh sebuah Yayasan (Nurul Falah) yang juga mengelola lembaga pendidikan (saat ini sudah mempunyai Play Group, Taman Kanak Kanak, dan Sekolah Dasar Islam Terpadu).

Tentu saja kita boleh membayangkan, bagaimana kalau yang mengunjungi Masjid NF itu seorang Menteri Pendidikan atau Presiden? Pendek kata, dengan adanya kunjungan pejabat tinggi itu, kemudian Masjid dan Yayasan NF memperoleh kedudukan atau penilaian khusus di mata pejabat yang mengunjunginya. Lebih lanjut, Masjid dan Yayasan NF boleh jadi akan memperoleh akses dan perhatian khusus dari pejabat tinggi yang pernah mengunjunginya.

Contoh tersebut bisa diperbanyak dengan bidang atau kegiatan lain. Misalnya saja dalam bidang pendidikan. Seorang mahasiswa mendapat perhatian khusus dari dosen atau guru besarnya sehingga yang bersangkutan memperoleh perlakuan khusus dan bernilai sangat positif.

Kekhususan yang lain

Dalam ceramahnya, Dr. H. Ahmad Humaedi, MAg juga menjelaskan tentang adanya kekhususan lain dari hakikat ibadah saum Ramadan dalam pandangan Allah Swt. Yakni, memiliki kedudukan khusus di akhirat dan mempunyai pintu khusus di surga.

Tentang kedudukan khusus di akhirat, tokoh dakwah yang biasa dipanggil Ustad Ahum itu mengutip Hadis Riwayat Ahmad yang berbunyi, Dari Abi Hurairah, dia bersabda, ‘Allah berfirman, ‘Segenap amal anak Adam untuknya kecuali saum, saum untuk-Ku, dan Aku yang akan memberikan pahala –khusus–. Demi diriku berada dalam kekuasaan-Nya, sungguh bau mulut orang yang saum lebih wangi di sisi Allah pada hari kiamat dari minyak kesturi. Saum adalah perisai. Bagi orang yang saum mempunyai dua kebahagiaan; Apabila dia buka dia bahagia dengan bukanya dan apabila dia bertemu Rabb-nya Azza Wa Jalla dia bahagia dengan saumnya”.

Tentang pintu khusus di surga, Hadis Riwayat Al-Bukhari berbunyi begini, Dari Sahl ra, dari Nabi Saw beliau bersabda, “Sesungguhnya di dalam surga ada sebuah pintu yang bernama Ar Rayyan. Pada hari kiamat, orang-orang yang saum memasuki surga melaluinya –pintu tersebut–. Seorang pun tidak bisa masuk melalui pintu itu. Dikatakan, ‘Di manakah orang-orang yang saum?’ Maka –mereka yang saum, berdiri. Tidak ada seorang pun selain mereka yang bisa masuk –melalui pintu itu–. Dan, jika mereka –orang yang saum itu—sudah memasukinya, maka pintu itu ditutup. Seorang pun tidak ada yang bisa memasukinya.

Selain sebagai ibadah yang memiliki kekhususan dalam pandangan Allah, saum Ramadan juga merupakan ibadah yang istimewa. Ustad Ahum mengungkapkan Hadis Riwayat Ahmad yang berbunyi, Dari Abi Umamah, dia berkata, “Aku berkata, ‘Ya Rasulullah, informasikan kepadaku sebuah amal yang dapat memasukkanku ke dalam surga. Rasulullah Swa bersabda, ‘Hendaklah engkau saum, sesungguhnya –ibadah—saum tidak ada yang sebanding baginya’. Atau beliau bersabda, ‘Tidak ada yang seperti ibadah saum’.

Ustad Ahum juga merinci dalam bahan kajian tertulisnya bahwa hakikat saum adalah sarana untuk meraih ketakwaan; sarana meraih ampunan; sebagai kifarat; memberikan syafaat; standar kebaikan seseorang; dan membentuk akhlak mulia.

Al-Baqarah/2: 183 yang sudah sangat popular menyebutkan, “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”.

Al-Ahzab/33: 35 menyebutkan, “Sungguh, laki-laki dan perempuan muslim, laki-laki dan perempuan mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar”.

Al-Maidah/5: 89 menyebutkan, “Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak disengaja (untuk besumpah), tetapi Dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja, maka kafaratnya (denda pelanggaran sumpah) ialah memberi makan sepuluh orang miskin, yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu, atau memberi mereka pakaian atau memerdekakan seorang hamba sahaya. Barangsiapa tidak mampu melakukannya, maka (kafaratnya) berpuasalah tiga hari. Itulah kafarat sumpah-sumpahmu apabila kamu bersumpah. Dan jagalah sumpahmu. Demikianlah Allah menerangkan hukum-hukum-Nya kepadamu agar kamu bersyukur”.

Adapun ibadah saum memberikan syafaat, Hadis Riwayat Ahmad menyebutkan, “Dari Abdullah bin ‘Amr, Sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda, “Saum dan Al-Quran dapat memberi syafaat kepada seorang hamba pada hari kiamat. Saum berkata, “Ya Rabb, aku telah menghalangi dari makan dan syahwat di siang hari, maka perkenankanlah aku memberikan syafaat untuknya. Dan Al-Quran berkata, “Aku telah menghalanginya tidur di malam hari, maka perkenankanlah aku memberi syafaat baginya”. Syafaat kedua-duanya diterima Allah”. (Widodo A, TuguBandung.id)***

Artikel ini telah dibaca 77 kali

badge-check

Redaksi

Baca Lainnya

Gubernur Jabar Pilihan Rakyat

3 Desember 2024 - 15:45 WIB

Mewujudkan Indonesia Emas 2045: Kemandirian Ekonomi Berbasis SDM Tangguh dan Pemanfaatan SDA

3 Desember 2024 - 10:18 WIB

Kenaikan Gaji Guru Non-ASN dan ASN; Menjadi Cambuk Guru Guna Mencetak Generasi Emas

1 Desember 2024 - 07:09 WIB

Detik-Detik Publik Memilih

25 November 2024 - 06:09 WIB

Kualitas Debat Pilkada 2024

15 November 2024 - 08:11 WIB

Stroke dan Penyebabnya, Bisakah Kita Hindari?

1 November 2024 - 09:14 WIB

Trending di Diskursus