Oleh Dr. Elva Ronaning Roem, S.Sos, M.Si
SUNGGUH berterima kasih kita kepada teknologi. Berkat teknologi media sosial (medsos) saat ini, kita bisa bertemu kembali dengan teman SD, SMP, SMU dalam balutan grup reuni. Tak pernah terbayangkan oleh kita sebelumnya untuk bernostalgia kembali dengan rekan, sahabat, teman sejawat saat kita menghabiskan masa remaja.
Pengusaha hotel, kafe dan restoran, juga senang dibuatnya. Terlebih saat acara buka bareng dan halal bi halal, pasca Lebaran. Penuh di-booking oleh grup reuni. Semua bersuka cita, tak hanya kaum muda. Kaum tua pun demikian. Di usia paruh baya, sesama mereka kembali bertemu. Energi muda mereka pun bangkit kembali seketika. Tertawa dan bernyanyi bersama, saling tukar cerita nostalgia.
Tak cukup sampai di situ. Grup band ternama yang dulunya sempat cerai, pun kini dipersatukan kembali oleh teknologi medsos. Para netizen +62 lah yang menjadi mak comblang-nya. Sebut saja, grup band Cokelat. Para fans dan netizen terus menyuarakan mereka untuk bersatu kembali. Haru mendengar harapan tersebut, para personel Cokelat pun, segera berkomunikasi.
Tak butuh waktu lama, mereka pun bereuni. Kian intens reuni, akhirnya mereka komit untuk bersatu kembali. Netizen pun haru biru dibuatnya. Bak bola salju, komunikasi reuni artis grup band yang sempat “pisah” terus menggulung. Grup band Garasi pun bersatu lagi. Diikuti grup band Padi, Tiket, Radja, Kangen, dan terakhir, Funky Kopral. “Yes, generasi 90-an mana suaranya,” celetuk netizen.
Mempersatukan
Cerita di atas, salah satu peran dari teknologi medsos yang bisa mempersatukan. Everybody happy dibuatnya. Artis senang, fans dan netizen juga senang. Sama halnya dengan cerita reuni sekolah. Para artis tersebut, pun juga tak menyangka akhirnya mereka bisa kembali bereuni. Tak sedikit pula di antara mereka yang menangis. Impian mereka yang sempat pupus, kini bisa dirajut kembali. Saking hebatnya teknologi medsos, kini sudah bertambah pula seleb baru. Sebut saja, selebgram, Tiktoker, youtuber dan blogger. Oleh masyarakat, kehadiran mereka pun juga disambut bak artis. Youtuber Fiki Naki, salah satu contoh. Tak sedikit penggemar mereka yang histeris saat youtuber asal Pekanbaru itu datang menyambangi sekolah-sekolah saat membuat konten.
Sosok selebgram Ernie pun, ketiban untung. Ibu rumah tangga asal Jakarta yang sering memuat foto seksi di Instagram pribadinya, kini pun dilabeli netizen, sebagai Tante Ernie Pemersatu Bangsa. Sungguh edan. Ernie pun heran dan tak nyaman dibuatnya. Setiap kemana dia pergi, masyarakat pun selalu mengerubungi untuk meminta foto. Enak benarlah zaman sekarang, setiap orang bisa dengan gampangnya, menjadi artis.
Begitu benarlah dahsyatnya kekuatan medsos ini. Geleng-geleng kita dibuatnya. Di Padang sendiri, sudah dua bulan setelah launching, gerai sebuah perusahaan es krim selalu diwarnai antrean mengular sampai ke luar, hingga hari ini. Betapa tidak, di Tiktok, anak-anak Jakarta selalu posting enaknya es krim tersebut. Melihat hal itu, tentu anak-anak Padang pun tak ingin ketinggalan.
Di lain sisi, Produser film KKN di Desa Penari pun, hingga kini masih belum percaya. Dia tak menyangka, film yang mereka produksi, berhasil menggaet lebih dari 10 juta penonton. Hal itu membuat KKN di Desa Penari menjadi film Indonesia terlaris sepanjang masa. Sang maestro sutradara Garin Nugroho, pun cemburu dibuatnya. Jungkir balik dia membuat film bagus selama 20 tahun di dunia perfilman Indonesia, tak pernah bisa mencapai angka 10 juta penonton.
Hampir seluruh mahasiswa di seluruh Indonesia, mem-posting betapa serunya film tersebut. Sungguh cerdas Lele Laila, si penulis skenario. Dia mainkan emosi mahasiswa. Dia beri judul KKN yang sudah pasti kuat menyampaikan pesan Kuliah Kerja Nyata untuk mahasiswa.
Manfaatkan dengan baik
Entah kejutan apa lagi yang akan disajikan lewat multiplier effect teknologi medsos ini. “Kepo” kita dibuatnya. Yang pasti, satu yang harus kita ingat. Manfaatkanlah teknologi ini dengan niat yang baik. Bagi siswa dan mahasiswa khususnya. Kiranya kini, tak sulit lagi untuk meraih juara 1 di kelas. Semua materi pelajaran sudah ada di channel youtube. Lengkap pula dengan contoh soal dan materi pembahasannya.
Bicara komunikasi, bicara pesan. Komunikasi yang sukses itu, jika pesan itu cepat sampai. Lebih “makjleb” lagi, jika pesan itu dapat tersampaikan (ter-delivered) dengan baik. Sebuah pesan yang baik, tentu harus berisi konten yang baik, dan disampaikan secara baik pula. Tentunya hal ini, penting pula untuk diperhatikan oleh para politisi, terlebih tahun ini sudah masuk ke dalam tahun politik.
Sampaikanlah pesan itu kepada masyarakat, secara santun. Jangan sampai pula terjadi, akibat komunikasi kita yang tidak santun, nanti hal itu kemudian akan menjadi viral. Ingat; komunikasi viral ini bak dua sisi mata uang. Bisa membuat kita seketika menjadi pahlawan (hero), namun bisa pula sebaliknya, dalam sekejap membuat kita jadi pecundang (zero). Terlepas nanti ada gimmick komunikasi politik, namun sebagai umat yang bergama, kita perlu meyakini; kita harus punya niat komunikasi yang baik dengan Allah dan sesama. ***
Penulis Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Andalas Padang, Sumatera Barat