Menu

Mode Gelap

Diskursus · 19 Mei 2023 20:56 WIB ·

Bercermin pada Garuda Muda

 Laksamana Sukardi. (Foto: Ist).* Perbesar

Laksamana Sukardi. (Foto: Ist).*

Oleh Laksamana Sukardi*

ADA pelajaran yang sangat berharga bagi bangsa Indonesia pada bulan Mei 20023, bertepatan dengan 25 tahun gerakan reformasi di Indonesia. Yaitu pelajaran yang diberikan oleh generasi muda Indonesia yang kita sebut generasi Z.

Tim nasional sepak bola Indonesia dibawah 22 tahun terdiri dari anak anak muda generasi Z yang dijuluki Garuda Muda telah berhasil memenangkan pertandingan final sepak bola SEA games melawan Thailand dengan skor 5-2. Dengan kemenangan tersebut Garuda Muda berhasil meraih medali emas sepak bola dikawasan Asean. Prestasi yang tidak pernah dicapai selama 32 tahun oleh tim sepak bola Indonesia.

Mereka bermodalkan keringat, nafas dan semangat yang luar biasa dengan lambang garuda di dadanya, berjibaku saling kerja sama demi satu tujuan, yaitu mengharumkan nama bangsa Indonesia. Menggapai cita cita perjuangan mengumandangkan Indonesia raya dan mengibarkan Sang Saka Merah Putih.

Pelajaran utama yang diberikan adalah membangun persatuan Indonesia! Hasil dari kemenangan tersebut telah menyatukan seluruh komponen bangsa Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Menyatu dalam emosi, kegembiraan dan kebanggaan menjadi sebuah bangsa yaitu bangsa Indonesia.

Garuda muda telah memberikan pelajaran bahwa mereka harus memberikan yang terbaik bagi bangsanya. Bergotong royong melebur keringat dan menyatukan nafas panjang agar hymne Indonesia Raya berkumandang. Tanpa pamrih, tanpa motivasi uang maupun egoisme pribadi, ingin menonjol sendiri.

Ramadhan Sananta, Irfan Jauhari, Fajar Fathurrahman, Beckham Jauhari yang mencetak lima gol kemenangan, tampak bangga menjadi pemain Indonesia. Mereka bersama anggota tim lainnya di bawah kapten Rizky Ridho dan pelatih Indra Syafri telah berhasil menyatukan emosi dan menciptakan persatuan bangsa Indonesia yang belakangan ini terancam porak poranda dan terkotak kotak oleh kepentingan partai politik. Terutama pada saat ini, ketika kita memasuki tahun politik dan akan memilih calon pemimpin bangsa.

Partai politik dan para elit pimpinan parpol harus belajar dari perjuangan anak anak Garuda Muda generasi Z Indonesia, bagaimana menghilangkan egoisme, feodalisme dan membangun semangat gotong royong sebagai sebuah bangsa.

Para elit dan pimpinan politik harus meniru bagaimana memeras keringat dan memperpanjang nafas mereka demi membangun bangsa dan negara Indonesia. Bukan menikmati hasil keringat dan napas rakyat Indonesia dengan menikmati rente ekonomi sebagai pejabat partai politik.

Melepaskan egoisme dan kesombongan sebagai penguasa politik, melepaskan sifat otoriter dan budaya feodal, gila hormat, mau menang sendiri, apalagi dengan menggunakan kekuasaan untuk menghukum saudara saudaranya yang berbeda pendapat.

Sifat tersebut telah ditanggalkan oleh anak anak muda Garuda Muda. Mereka berjibaku dengan kompak, bergotong royong melepas egoisme kepentingan individu untuk menjadi pemenang. Mereka mempersembahkan kumandang Indonesia Raya dengan keringat dan napas kolektif yang panjang.

Generasi pemimpin yang sudah uzur, harus rela memberikan estafet kepemimpinan kepada generasi muda, generasi milenial dan generasi Z. Karena telah terbukti bahwa generasi muda berjuang untuk masa depan mereka, sedangkan generasi tua berjuang untuk mengamankan masa lalunya yang bermasalah! Itulah dua perbedaan yang mencolok yang harus disadari oleh kita semua.

Oleh karena itu memasuki tahun politik, para elit pimpinan politik harus menanggalkan kepentingan kelompok, suku, ras dan agama demi menyeleksi pimpinan nasional yaitu pemimpin untuk seluruh rakyat Indonesia (bukan pemimpin golongan tertentu saja).

Seperti Garuda Muda, rela memberikan nafas dan keringat untuk kepentingan negara dan bangsa tanpa pamrih.

Nafas dan keringat tersebut jangan sampai ditukar dengan hasrat kekuasaan, menikmati rente ekonomi sebagai penguasa demi memperkaya diri dan pola hidup hedonistik (suka pamer kekayaan).

Semoga Indonesia berhasil memiliki generasi emas yang akan merubah karakter bangsa menjadi bangsa yang ulet, tekun, toleransi dan tidak egois mementingkan kelompok dan keluarga semata mata.

Jangan sampai generasi emas menjadi generasi lemas karena mengalami “Salah Asuh” akibat egoisme para elit pemimpin.

Jangan mempolitisasi keberhasilan Garuda Muda ini demi kepentingan politik, tetapi sebaliknya kita harus memperkenalkan semangat dan sportivitas Garuda Muda kedalam politk.

Kita patut bercermin pada Garuda muda yang telah mampu mempersatukan emosi bangsa Indonesia dalam denyut nadi kegembiraan bersama. Para elit pemimpin politik juga harus mampu menyatukan emosi solidaritas rakyat Indonesia dengan membangun kesetaran dalam hukum (equality before the law) bagi seluruh warga negara Indonesia dan mampu mengurangi kesenjangan ekonomi (inequality). Jangan memberikan tontonan pola hidup yang hedonistik didepan mata rakyat jelata yang bersandal jepit.

Terima kasih Garuda Muda, kalian telah memberikan cermin ketauladanan kepada orang tua kalian. Semoga yang tua masih mampu belajar paling tidak menyadarkan dirinya sendiri.***

*Penulis, mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia

Artikel ini telah dibaca 46 kali

badge-check

Redaksi

Baca Lainnya

Kenaikan Gaji Guru Non-ASN dan ASN; Menjadi Cambuk Guru Guna Mencetak Generasi Emas

1 Desember 2024 - 07:09 WIB

Detik-Detik Publik Memilih

25 November 2024 - 06:09 WIB

Kualitas Debat Pilkada 2024

15 November 2024 - 08:11 WIB

Stroke dan Penyebabnya, Bisakah Kita Hindari?

1 November 2024 - 09:14 WIB

Pentingnya Konsultasi pada Dokter di Saat Hamil, Ini Alasannya!

1 November 2024 - 03:54 WIB

Mandatori Seputar Pansus Haji 2024

16 Juli 2024 - 18:00 WIB

Trending di Diskursus