Tim Peneliti UNPAD Kaji Penggunaan Kata Tidak Senonoh Content Creator di Media Sosial Tiktok

TIM peneliti UNPAD yang terdiri dari Julystia Cantika Isardini, Dr. Antar Venus, M.A.Comm, serta Detta Rahmawan mengkaji secara mendalam tentang Penggunaan Kata Tidak Senonoh Content Creator di Media Sosial Tiktok.

Menurut Julystia Cantika Isardini mengungkapkan bahwa TikTok merupakan aplikasi jejaring sosial dimana penggunanya dapat berbagi video pendek yang didukung dengan banyak fitur. Melalui berbagai konten berformat video yang disajikan oleh para content creator di TikTok, baik konten hiburan, edukasi maupun konten informasi, TikTok para pengguna bebas untuk mengekspresikan diri mereka, sehingga para content creator pun leluasa untuk membuat konten sesuai dengan keinginan mereka.

Melihat berbagai fitur yang dimiliki,  TikTok memiliki algoritma yang tidak terproteksi untuk jenjang umur, sehingga terdapat konten yang tidak pantas dikonsumsi atau dilihat oleh anak-anak, misalnya seperti penggunaan kata tidak senonoh.

Julystia menjelaskan bahwa Kata tidak senonoh seringkali ditemui dan digunakan pada konten yang diunggah oleh content creator di TikTok serta dapat menjadi popular dalam waktu yang singkat. Kata tidak senonoh tidak hanya digunakan oleh kalangan dewasa, namun juga digunakan oleh remaja maupun anak-anak  yang juga berdampak pula pada bahasa yang sehari-hari yang mereka gunakan dan mengganggap bahwa penggunaan kata kotor atau kasar merupakan hal yang lumrah atau wajar.

Content creator yang memiliki influence atau pengaruh besar serta memiliki followers yang tinggi menggunakan kata tidak senonoh pada konten yang dibuat atau diunggahnya serta menjadikan hal tersebut sebagai sesuatu yang lumrah untuk digunakan.

Pada kolom komentar di konten yang diunggah oleh content creator tersebut, audience atau followers mereka juga menggunakan kata tidak senonoh serta sebagian besar tidak ada yang menyanggah atau berkomentar negatif tentang penggunaan kata tidak senonoh yang dilontarkan oleh sang content creator. Audience dan followers mereka justru merasa hal tersebut biasa saja atau menjadi sesuatu hal yang lumrah digunakan.

Menurut  Dr.  Antar Venus, M.A.Comm mengatakan bahwa Tujuan penelitian ini ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pola penggunaan kata tidak senonoh yang muncul di TikTok, bagaimana penerimaan khalayak terhadap penggunaan kata tidak senonoh content creator di TikTok dan bagaimana persepsi khalayak terhadap penggunaan kata tidak senonoh content creator di TikTok.

Lebih lanjut menjelaskam bahwa penelitian ini menggunakan metode etnografi virtual dengan mengamati secara langsung dilapangan untuk melihat apa yang terjadi pada kehidupan sehari-hari khalayak atau masyarakat. Kemudian juga dilakukan Etnografi dalam dunia maya untuk memberikan pemahaman khas mengenai impilkasi serta signifikansi dari penggunaan internet.

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data observasi dan dokumentasi dan data dianalisis menggunakan analisis data Miles dan Huberman serta keabsahan data menggunakan triangulasi sumber data.

Hasil penelitian yang dilakukan Julystia bersama tim dosen menunjukan bahwa kata tidak senonoh di TikTok jarang digunakan oleh anak kecil, tetapi banyak digunakan di kalangan anak muda dan dewasa, dimana dilansir dari situs resmi WHO dengan judul “Adolescent health in the South-East Asia Region”, menyebutkan bahwa usia 10-24 tahun termasuk dalam kelompok anak muda ([HOAKS] WHO Perbaharui Kriteria Usia Pemuda Berusia 18-65 Tahun, n.d.) serta menurut Business of Apps, mayoritas pengguna TikTok berusia 18-24 tahun.

Persepsi Khalayak Terhadap Penggunaan Kata Tidak Senonoh Content Creator di TikTok

Kata tidak senonoh di TikTok sering ditemukan digunakan oleh seseorang yang mempunyai pengaruh besar dan dapat dilihat orang banyak orang seperti public figure. Mereka menggunakan kata tidak senonoh tersebut untuk menarik khalayak serta memposisikan diri mereka sebagai pembawa pesan dan khalayak pada situasi informal untuk menghilangkan rasa canggung yang ada diantara keduanya, dapat dinilai lebih seru, lebih lucu dan juga dipandang tidak munafik bagi khalayak serta penggunaan kata tersebut juga bisa saja menjadi ciri khas tersendiri bagi beberapa content creator, sehingga konten yang diunggahnya menjadi lebih ramai dan lebih menarik.

Kata tidak senonoh yang digunakan pada konten yang diunggah oleh content creator di TikTok sebagai komunikator atau penyampai pesan, khalayak dapat menerima, memahami dan bahkan ditanggapi positif oleh khalayak. Khalayak tidak memperhatikan atau mempermasalahkan tata bahasa yang digunakan, namun khalayak lebih memperhatikan isu-isu yang memang sedang viral atau banyak dibicarakan oleh orang lain.

Penggunaan kata tidak senonoh juga dianggap tidak begitu dipermasalahkan selama penggunaannya tidak dimaksudkan untuk menyinggung pihak lain. Hal tersebut dapat juga terjadi karena adanya penerimaan persepsi yang sama bagi khalayak.

Persepsi Khalayak Terhadap Penggunaan Kata Tidak Senonoh Content Creator di TikTok

Maraknya penggunaan kata tidak senonoh di TikTok dikarenakan hal yang seharusnya menjadi salah satu perilaku kurang baik jika dilakukan, namun menjadi lumrah atau dinormalisasi untuk digunakan, khususnya di kalangan anak muda tanpa memikirkan dampak apa yang akan terjadi. Penggunaan kata tidak senonoh juga dianggap tidak begitu dipermasalahkan selama penggunaannya tidak dimaksudkan untuk menyinggung pihak lain.

Penggunaan kata tidak senonoh adalah sebenarnya merupakan hal yang tidak wajar untuk digunakan di media sosial walaupun di TikTok setiap orang bebas untuk berekspresi. Terdapat pendapat bahwa kata tidak senonoh yang digunakan secara langsung (real life) atau dunia nyata masih dapat dianggap lumrah dikarenakan tidak ada jejak digital, namun ketika kata tidak senonoh digunakan di media sosial seperti TikTok itu dapat meninggalkan jejak sehingga dapat dilihat oleh banyak orang dan bahkan anak kecil.

Julystia Cantika Isardini menyimpulkan bahwa kata tidak senonoh merupakan perilaku kurang baik yang telah dinormalisasikan atau menjadi lumrah digunakan di TikTok, khususnya di kalangan anak muda dan dewasa. Kata tidak senonoh semakin banyak digunakan oleh content creator di TikTok.

Mereka menggunakan kata tersebut untuk menarik khalayak serta memposisikan diri mereka sebagai pembawa pesan dan khalayak pada situasi informal untuk menghilangkan rasa canggung yang ada diantara keduanya, dapat dinilai lebih seru serta bisa saja menjadi ciri khas tersendiri bagi beberapa content creator.

Kata tidak senonoh yang digunakan pada konten yang diunggah oleh content creator di TikTok sebagai komunikator atau penyampai pesan, khalayak dapat menerima, memahami dan bahkan ditanggapi.***

Komentar