Oleh Widodo Asmowiyoto*
INTELEKTUAL Indonesia kelas dunia ini jenazahnya dimakamkan Selasa pagi (20/9/2002) pukul 09.00 di Blok Z Nomor 426 Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta. Sebagai penghormatan atas jasa-jasanya almarhum dimakamkan dengan upacara militer. Hadir sejumlah tokoh baik yang mewakili pemerintah maupun para tokoh bangsa, cendekiawan, tokoh pers, dan keluarga.
Bangsa Indonesia pun berduka cita atas wafatnya Prof. Dr. Azyumardi Azra, MPhil, CBE (67 tahun) itu. Pria kelahiran 4 Maret 1955 di Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat itu terakhir menjabat sebagai Ketua Dewan Pers Periode 2022-2025. Mungkin sudah menjadi takdir dari Tuhan Yang Mahakuasa, almarhum hanya memimpin Dewan Pers sekitar empat bulan saja.
Hampir saja jenazah almarhum tidak bisa dibawa pulang ke Indonesia. Karena beliau meninggal dunia terkena Covid-19 saat dirawat di RS Serdang, Kualalumpur, Malaysia, Minggu siang (18/9/2022) pukul 12.30. Namun berkat lobi Kementerian Luar Negeri RI dan KBRI Kualalumpur serta pendekatan keluarga dan beberapa tokoh bangsa seperti Jusul Kalla dan Din Syamsuddin, maka akhirnya Pemerintah Malaysia mengizinkan Prof. Azyumardi Azra dimakamkan di tanah air. Diterbangkan dari Kualalumpur Senin malam dan akhirnya dimakamkan di TMP Kalibata Selasa pagi.
Kepergian almarhum ke Malaysia adalah untuk menghadiri undangan Seminar Internasional bertema “Kosmopolitan Islam, Mengilham Kebangkitan, Meneroka Masa Depan” di Bangi Avenue Convention Centre (BAAC), Kajang, Malaysia. Sebetulnya beliau sudah menyiapkan makalah berjudul “Nusantara untuk Kebangkitan Peradaban: Memperkuat Optimisme dan Peran Umat Muslim Asia Tenggara”, namun Allah Swt lebih dulu memanggilnya untuk berpulang.
Ucapan duka cita pun mengalir dari pemerintah dan berbagai lapisan masyarakat. Karangan bunga sebagai rasa belasungkawa itu pun berderet sangat panjang di sekitar kediamannya di Perumahan Puri Laras 2, Blok C-23, Cireundeu, Ciputat Timur, Tangerang Selatan. Banyaknya karangan bunga itu menggambarkan begitu besarnya simpati dari berbagai kalangan masyarakat. Sekaligus mencerminkan luasnya pergaulan almarhum serta kerendahan hatinya saat berinteraksi dengan banyak orang.
Sebelum terpilih menjadi Ketua Dewan Pers, almarhum telah menjalani sederet profesi dan memegang banyak jabatan. Beliau adalah Gurubesar Sejarah Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah. Pernah menjadi Staf Khusus Wakil Presiden RI untuk Bidang Reformasi Birokrasi (19 Januari 2017-20 Oktober 2019); anggota Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Kehormatan (GTK) Sekretaris Militer Presiden RI (2014-2019, 2019-2024).
Di lingkungan UIN Jakarta, almarhum pernah menjadi Direktur Sekolah Pascasarjana (2007-2011, 2011-2015); Rektor IAIN/UIN Syarif Hidayatullah selama dua periode (IAIN, 1988-2022, dan UIN, 2002-2006). Pada periode April 2007-20 Oktober 2009 beliau sebagai Deputi Kesra pada Sekretariat Wakil Presiden RI.
Prof. Azyumardi Azra memperoleh gelar MA (Kajian Timur Tengah), MPhil dan PhD (Sejarah/Comparative History of Muslim Societies) dari Columbia University, New York (1992) with distinction. Mei 2005 beliau memperoleh DR HC dalam humane letters dari Carrol College, Montana, USA. Almarhum juga gurubesar kehormatan Universitas Melbourne (2006-2009). Selain itu dia juga anggota Dewan Penyantun, penasihat dan gurubesar tamu di beberapa universitas di mancanegara; dan juga lembaga riset dan advokasi demokrasi internasional. (M. Purnama Alam, visi.news)
Almarhum telah menerbitkan lebih dari 44 buku dan puluhan artikel dalam bahasa Indonesia, Inggris, Arab, Italia, dan Jerman. Beliau mendapatkan berbagai penghargaan: The Asia Foundation Award 50 Tahun The Asia Foundation (2005); Bintang Mahaputra Utama RI (2005); gelar CBE (Commander of the Most Excellent Order of British Empire) dari Ratu Elizabeth, Kerajaan Inggris (2010); ‘MIPI Award’, Masyarakat Ilmu Pemerintahan (MIPI, 2014); ‘Commendations’ Kementerian Luar Negeri Jepang (2014); Cendekiawan Berdedikasi Harian Kompas (2015); Penghargaan Ahmad Bakri (2015); LIPI Sarwono Award (2017); Bintang Pemerintah Jepang ‘The Order of the Rising Sun: Gold and Silver Star’ diserahkan Kaisar Akihito dan Perdana Menteri Shinzo Abe di Imperial Palace, Tokyo, Jepang (2017).
Selain itu, Prof. Azyumardi Azra termasuk ‘The 500 Most Influential Muslim Leaders’ (2009) dalam bidang Scholarly (kesarjanaan/keilmuan, Prince Waleed bin Talal Center for Muslim-Christian Understanding, Georgetown University, Washington DC dan The Royal Islamic Strategic Studies Centre, Amman, Yordania di bawah pimpinan Prof. John Esposito dan Prof. Ibrahim Kalin.
Sangat berdedikasi dan kredibilitas tinggi
Tentu saja banyak sahabat dan kolega yang memberikan testimoni atas kepribadian almarhum Prof. Azyumardi Azra. Salah satunya adalah mantan Wakil Ketua Dewan Pers dan mantan Sekjen Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat, Hendry Ch. Bangun.
Dalam catatan kesan atas kepergian almarhum Prof. Azra, Hendry mengatakan almarhum adalah orang yang sangat berdedikasi dan egaliter, selain tentu seorang intelektual yang mengagumkan dan memiliki kredibiltas tinggi. Sederhana, apa adanya, dan tidak peduli dengan statusnya. Santai saja. Cepat akrab dengan siapa saja dan integritasnya kukuh terjaga.
Satu hal yang pasti tentang Dewan Pers, dia ingin koleganya mampu menjaga martabat dan kewibawaan lembaga tanpa cacat, menjaga jarak dengan kekuasaan, independen, dan berpikir kritis.
“Dalam pertemuan kami yang tidak banyak, mungkin hanya 10 kali selama dia menjabat Ketua Dewan Pers mulai 18 Mei lalu, banyak hal yang dia kroscek ke saya, agar dia tidak salah dalam menilai seseorang. Saya menyampaikan apa adanya versi saya dan menyilakan beliau untuk menguji informasi agar berimbang. Sebab, saya juga selama di Dewan Pers ingin lembaga ini dihargai siapa pun karena pengurusnya orang yang terpercaya. Dan itu bisa terjadi apabila para anggota mampu berperan sesuai harapan masyarakat pers dan masyarakat umum, atau sering dikelakarkan ‘Dewanya Pers’,” papar Hendry Ch. Bangun. (www.mimbar-rakyat.com, 18/9/2022)
Menurut Hendry, semangat almarhum yang tinggi untuk menjaga kemerdekaan pers tercermin dari bagaimana Prof. Azyumardi ikut secara personal melakukan pendekatan ke wakil-wakil partai di DPR, kepada pejabat negara terkait. Beliau tidak setengah-setengah.
Begitu pula diadakan syukuran pada awal September, setelah Dewan Pers menang dalam judicial review atas Pasal 15 UU No. 40/1999 yang dilakukan sekelompok orang. Itu menjadi passion almarhum yang luar biasa, karena mungkin sejalan dengan posisinya sebagai intelektual yang selalu bersikap kritis dan ingin negara ini betul-betul berlandaskan demokrasi.
Almarhum adalah Ketua Dewan Pers tersingkat dalam sejarah, hanya menjabat 124 hari, mulai 18 Mei dan selesai 18 September 2022. Tetapi sumbangsihnya begitu besar karena Dewan Pers lalu menjadi lembaga yang “naik daun” ketika RUU KUHP menjadi pembicaraan karena waktu itu sempat ditargetkan diundangkan pada 17 Agustus 2022. “Dia memberi arti dengan komitmen yang jelas atas kemerdekaan pers, dengan caranya yang khas,” ujar Hendry.
Prof. Azyumardi Azra sebelum menjadi dosen, rektor, dan pejabat pemerintah pernah menjadi wartawan Majalah Panji Masyarakat, bahkan pernah juga menjadi anggota PWI. Karena itu almarhum tidak asing dengan dunia jurnalistik dan media massa ketika terpilih menjadi anggota –dan kemudian sebagai ketua—Dewan Pers 2022-2025.
Sementara itu bagi UIN Jakarta, kepergian almarhum tentu saja akan membuat seluruh sivitas akademika dan alumninya berduka karena mengingat jasa beliau yang sangat besar memajukan perguruan tinggi Islam tersebut. Menurut Dr. Anwar Abbas, Ketua PP Muhammadiyah dan Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, almarhum selain telah mampu mengubah wajah fisik kampus juga berhasil menumbuh-suburkan budaya akademik dan ilmiah di kalangan dosen dan mahasiswa UIN Jakarta. (gerbangnetwork.com, Minggu, 18/9/2022)
Almarhum telah mengangkat UIN tersebut menjadi sebuah Perguruan Tinggi Islam bergengsi yang tidak hanya dikenal di tanah air tetapi juga oleh dunia internasional, terutama oleh kalangan yang tertarik dengan kajian-kajian keislaman.
Di samping itu, karena jasa dan reputasinya, almarhum adalah satu-satunya orang di Indonesia bahkan mungkin di Asia yang mendapatkan gelar SIR dari Kerajaan Inggris. Kemudian bagi teman-temannya yang berasal dari Sumatera Barat, kepergian beliau tentu saja sangat mengejutkan dan menyedihkan karena almarhum adalah salah seorang tokoh yang mendorong bagi diselenggarakannnya Kongres Kebudayaan Minangkabau yang akan dilaksanakan akhir tahun ini. ***
*Penulis Dewan Redaksi TuguBandung.id