GATRIK, Galah Asin, Sapintrong, Boyboyan, Kaleci, Bekel, Congklak, Sonlah/engklek, Bebentengan, dan Bakiak. Ke-10 nama ini adalah jenis permainan tradisional.
Anak-anak zaman dulu sangat mengenal nama-nama kaulinan barudak ini. Karena, dulu zamannya masih belum kenal gadget, sehingga mayoritas anak-anak main seperti permainan tradisional tersebut.
Berbeda dengan zaman saat ini, rata-rata anak-anak jarang mengenal permainan tradisional tersebut. Zamannya sudah berbeda, gadget adalah yang utama. Padahal kaulinan barudak merupakan budaya Sunda yang idealnya diwariskan ke generasi berikutnya.
Sejatinya kaulinan barudak itu tidak hanya sarana hiburan bagi anak-anak, tapi lebih dari itu. Bagaimana dari permainan-permainan itu mengajarkan anak sportivitas, kejujuran, gotong royong, menyusun strategi, kekompakan, dan disiplin.
Hal inilah yang mencoba kembali diperkenalkan oleh SMP Darul Hikam Bandung. Dalam rangka ngamumule bahasa dan budaya Sunda juga sekaligus memperingati Hari Bahasa Ibu Internasional yang jatuh pada 21 Februari, SMP Darul Hikam menggelar Festival Kaulinan Sunda.
Kegiatan yang digelar di SMP Darul Hikam Jalan Ir. H. Djuanda Kota Bandung pada Selasa (21/2) ini pun mendapat antusiasme dari siswa dan guru. seluruh siswa yang berjumlah 346 berbaur untuk mengikuti sedikitnya 1 permainan tradisional.
Wajah senang terpancar dari siswa-siswi SMP Darul Hikam. Seperti yang diakui Czeresna alwaan suyanto. Siswa kelas 8 ini mengakui senang bisa mengikuti festival Kaulinan Sunda ini.
“Seru ya, ikutan permainan tradisional. Terus terang serasa kembali ke zaman dulu pas waktu TK dan SD. Karena dulu saya sering main permainan tradisional ini. Jadi nostalgia,” jelas Alwan.
Ia mengaku saat ini memang jarang main permainan tradisional karena temannya juga sudah beda. “Selain belajar, sekarang kan lebih banyak main HP. Jadi, ada permainan tradisonal di sekolah ini snagat seru banger. Main bareng sama teman-teman,” jelasnya.
Hal senada diungkapkan Khesya Gaessani Madeeha. Siswa kelas 8 ini pun mengaku senang bisa main kaulinan barudak bareng teman-temannya. “Seru banget. Kita bisa main sama teman-teman. Kita mengakui memang di rumah jarang main kayak gini. Jadi pas main di sini sangat antusias, seru,” ujarnya.
Sementara itu, Wakil Kepala SMP Darul Hikam Kota Bandung Bidang Kesiswaan, Danis Wijaksana mengatakan, pihaknya memperingati Hari Bahasa Ibu Internasional dengan menggelar festival Kaulinan Sunda dan lomba biantara (lomba pidato basa Sunda).
“Ini kegiatan rutin kami laksanakan. Saat pandemi saja memang dilakukannya secara daring. Tujuan digelarnya kegiatan ini untuk ngamumule budaya dan bahasa Sunda dan mengenalkannya kepada peserta didik,” ungkap Danis.
Diharapkan dengan kegiatan tersebut generasia muda saat ini tidak melupakan kepada budaya dan bahasa ibu dan nenek moyangnya. Bagaimana pun juga bahasa dan budaya Sunda ini harus tetap dijaga oleh generasi penerus.
“Alhamdulillah respons anak-anak sangat antusias mengikuti kegiatan permainan tradisional tersebut. MUngkin karena memang permainan ini jarang mereka lakukan di rumah,” jelasnya.
Diakuinya anak-anak zaman sekarang memang sudah jarang memainkan permainan tradisional bersama temannya, karena memang sekarang anak-anak sudah mengenal gadget.
“Dengan teknologi atau gadget saat ini aspek sosial kita sebagai manusia memang berkurang. Padahal dengan permainan tradisional diajarkan berinteraksi sosial dengan sesama. Selain itu diajarkan bagaimana membangun kebersamaan, strategi, dan kekompakan,” katanya.
“Kami berharap meski di tengah gempuran teknologi, dengan terus dikenalkan terus budaya dan bahasa Sunda setidaknya mereka bisa lebih terbiasa menggunakan bahasa Sunda dan mengenal budaya leluhur mereka,” sambungnya.
Ia juga mengakui bahwa anak-anak memang sulit menggunakan basa Sunda yang baik dan benar. Meski diajarkan di sekolah, namun karena kebiasaan di lingkungan dan keluarga termasuk lingkungan sekolah yang kurang mendukung jadi mereka tidak terbiasa. (Ade Bayu Indra/Tugu Bandung)***