Menu

Mode Gelap

Diskursus · 16 Mei 2023 05:41 WIB ·

Menyimak Suka Duka Perbukuan Nasional Sejak Awal Kemerdekaan Hingga Era Digital

 Kegiatan bincang buku yang menghadirkan jurnalis dan penulis Maman Suherman di ITB Press Store, Jalan Ganesha, Kota Bandung, Senin (20/3/2023). (Foto: Nada).* Perbesar

Kegiatan bincang buku yang menghadirkan jurnalis dan penulis Maman Suherman di ITB Press Store, Jalan Ganesha, Kota Bandung, Senin (20/3/2023). (Foto: Nada).*

SEBENARNYA industi penerbitan buku di Indonesia sudah berkembang pesat sejak akhir abad ke-19. Akan tetapi mengapa penetapan Hari Buku Nasional baru berlangsung belakangan, tepatnya pada tanggal 17 Mei 2002? Jika disimak lebih dalam, ternyata dalam rentang waktu sekian dekade itu terdapat kisah suka duka atau plus minus yang layak direnungi kembali.

Tercatat sejak 17 Mei 1950 telah berdiri Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi). Lima tahun kemudian sejak berdiri itu Ikapi telah menghimpun sebanyak 46 penerbit yang berdomisili di Pulau Jawa dan Sumatra. Sedangkan pada 2021 lalu atau 70 tahun sejak berdiri, anggota Ikapi tercatat sebanyak 1.488 penerbit dan 94 persen di antaranya adalah penerbit aktif.

Berdasarkan data yang dihimpun oleh Kompartemen Diklat-Litbang-Informasi Ikapi, industri penerbit buku di Indonesia tumbuh sebanyak 6 persen per tahun, dan tercatat lebih dari 30.000 judul diterbitkan setiap tahunnya. Angka tersebut hanya mewakili buku-buku yang terdaftar dalam catatan resmi toko buku, serta judul-judul yang diajukan ISB (International Standard Book)-nya di Perpusnas (Perpustakaan Nasional).

Industri penerbit buku di Indonesia mengalami pertumbuhan yang signifikan selama enam dekade terakhir. Di satu sisi, perkembangan industri penerbit buku merupakan penanda meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan minat baca masyarakat Indonesia.

Selain itu, industri penerbit buku merupakan salah satu subsektor industri kreatif Indonesia. Bahkan, menjadi subsektor industri yang menempati peringkat keempat dalam permintaan ekspor produk ekonomi kreatif. (Nando Rifky, GoodNewsFromIndonesia.id, 2/5/2021)

Pertumbuhan industri penerbit buku harus terus didukung dan dipertahankan oleh seluruh pelaku dan stake holder industri. Mulai dari kreator atau penulis, percetakan, penerbit, dan distributor atau toko buku.

Namun, pertumbuhan yang cukup pesat ini memicu kekhawatiran bahwa industri ini membawa dampak negatif bagi lingkungan hidup. Sebagaimana diketahui, bahan baku utama untuk industri buku adalah kertas.

Di seluruh dunia, sekitar 20 juta pohon ditebang setiap tahunnya untuk memproduksi kertas. Sebesar 90 persen dari seluruh kertas yang dihasilkan kemudian digunakan oleh industri penerbitan suratkabar dan buku. Padahal pembalakan hutan menyumbang 25 persen dari emisi gas rumah kaca dunia yang disebabkan oleh ulah manusia.

Di Indonesia sendiri beberapa dampak negatif dan kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh penebangan pohon sudah mulai dirasakan. Industri kertas tercatat sebagai salah satu kontributor terbesar penyebab pembalakan hutan di Indonesia. Tercatat sebanyak 1,6 juta hektare hutan alami ditebang dan diubah menjadi sarana pengolahan industri kertas.

Indonesia adalah negara produsen kertas terbesar ke-6 dunia dan produsen pulp ke-9 dunia. Kerusakan lingkungan hidup, khususnya rusaknya hutan-hutan tropis di Indonesia adalah imbas tidak langsung dari pertumbuhan industri buku lokal dan dunia.

Meningkatkan minat baca

Latar belakang ditetapkannya pertama kali tanggal 17 Mei 2002 sebagai Hari Buku Nasional adalah masih rendahnya minat baca buku di Indonesia. Tujuannya adalah untuk menumbuhkan minat baca dan literasi masyarakat Indonesia. Pencetusnya adalah Menteri Pendidikan Nasional dalam Kabinet Gotong Royong, Prof. Abdul Malik Fadjar. Tanggal 17 Mei dipilih karena didasarkan pada tanggal berdirinya Perpustakaan Nasional yakni tanggal 17 Mei 1980. (Almanda Jazroh Hardiyanti, Gramedia.com, 17/5/2002)

Pada dekade hingga 2002 itu, penjualan buku di Indonesia tergolong rendah. Indonesia hanya mencetak sekitar 18.000 buku setiap tahunnya. Angka tersebut sangat jauh dibandingkan dengan negara Asia lain, seperti Jepang yang mencetak 40.000 buku dan Cina yang mencetak 140.000 buku setiap tahunnya.

Adanya Hari Buku Nasional diharapkan bisa meningkatkan angka penjualan buku di Indonesia dan angka melek huruf pada masyarakat Indonesia. Kebiasaan membaca akan beriringan dengan perkembangan pendidikan. Karena itu, untuk meningkatkan kualitas pendidikan, kita harus meningkatkan daya literasi terlebih dulu.

Solusi melalui buku digital

Sesuai dengan hasil temuan The Cleantech Group bahwa industri buku meninggalkan jejak karbon tertinggi. Mulai dari proses perolehan bahan bakunya, limbah produksi kertas, hingga proses percetakan, distribusi dan disposal limbah buku yang tidak terserap oleh pasar. Problem ini tentu saja semakin berat bila minat baca masyarakat melalui buku cetak terus meningkat sesuai harapan ditetapkannya Hari Buku Nasional.

Beruntung sejak dekade lalu hadir era digital yang pertumbuhannya terus meningkat pesat, termasuk di Indonesia. Karena itu beberapa organisasi bahkan penerbit buku sendiri mulai memikirkan upaya-upaya untuk menekan dampak negatif tersebut tanpa mengurangi pertumbuhan industri buku. Salah satu solusi yang kini banyak diterapkan oleh penerbit-penerbit buku, termasuk penerbit buku di Indonesia yang tergabung di Ikapi adalah melalui buku digital.

Buku digital adalah buku elektronik (buku-e atau e-book). Sesuai namanya, buku digital adalah versi elektronik dalam buku. Penggunaan e-book didukung pula dengan pertumbuhan signifikan jaringan serta pengguna internet Indonesia. Kedua hal itu mendorong terciptanya pasar dan permintaan akan cetak e-book.

E-book dipandang sebagai solusi karena proses pra-produksi buku digital tidak berbeda dengan produksi buku fisik. Memang ada kekhawatiran bahwa emisi karbon dan dampak negatif terhadap lingkungan yang ditimbulkan saat memproduksi sebuah gawai lebih buruk, dibandingkan dampak dan emisi karbon yang timbul dari proses produksi buku tradisional. Namun menurut penelitian Ecolibris dengan memiliki satu gawai saja, seseorang dapat membaca ratusan hingga ribuan buku. Tidak terhitung suratkabar, tabloid, dan majalah yang juga dapat dibaca secara digital.

Karena itu memiliki sebuah gawai jauh lebih ramah lingkungan dibandingkan membeli 18 buku fisik. Dengan kata lain dampak negatif yang diakibatkan oleh produksi sebuah gawai akan berbanding impas dengan kertas dan air yang digunakan untuk memproduksi setidaknya 18 buku.

Literasi Jakarta, sebuah contoh sukses

Mungkin Kota Jakarta dapat dianggap sebagai contoh sukses pembangunan kota literasi. Pada tahun 2021 atau di masa Daerah Khusus Ibu Kota ini dipimpinan oleh Gubernur Anies Baswedan, Jakarta ditetapkan  oleh UNESCO creative of city network sebagai salah satu dari 42 kota city of literature. Selain itu, Jakarta juga ditunjuk sebagai tuan rumah kongres ke-33 International Publisher Association tahun 2022.

Pada tahun 2021-2022 itu di Jakarta terdapat lebih dari 30 persen toko buku modern di Indonesia dan terdapat 5.248 penerbit. Di seluruh Jakarta tersebar 5.600 perpustakaan dengan pengunjung mencapai 4,5 juta per tahun, dan 2,8 juta peminjaman e-book. (Nico Andrianto, Rekam Jejak Anies di Jakarta, Pustaka Al-Kautsar, Maret 2023)

Untuk lebih mendorong peningkatan literasi, Pemprov DKI Jakarta berinovasi menggabungkan konsep taman dengan konsep perpustakaan. Salah satunya adalah Taman Literasi Martha Tiahahu seluas 20.960 meter persegi yang merupakan taman terluas di Jakarta Selatan. Taman Literasi tersebut merupakan bagian utama pengembangan kawasan berorientasi transit Blok M-Sisingamangraja Jakarta Selatan.

Taman Literasi Martha Tiahahu didesain sebagai ruang kota yang menyatukan manusia, kegiatan, bangunan dan ruang publik dalam konektivitas yang mudah. Sebagai “ruang ketiga”, Taman Literasi ini diharapkan dapat memberikan ruang serta energi yang menginspirasi anak muda Jakarta untuk membudayakan literasi dalam kesehariannya. (Widodo A, TuguBandung.id)***

Artikel ini telah dibaca 66 kali

badge-check

Redaksi

Baca Lainnya

Kenaikan Gaji Guru Non-ASN dan ASN; Menjadi Cambuk Guru Guna Mencetak Generasi Emas

1 Desember 2024 - 07:09 WIB

Detik-Detik Publik Memilih

25 November 2024 - 06:09 WIB

Kualitas Debat Pilkada 2024

15 November 2024 - 08:11 WIB

Stroke dan Penyebabnya, Bisakah Kita Hindari?

1 November 2024 - 09:14 WIB

Pentingnya Konsultasi pada Dokter di Saat Hamil, Ini Alasannya!

1 November 2024 - 03:54 WIB

Mandatori Seputar Pansus Haji 2024

16 Juli 2024 - 18:00 WIB

Trending di Diskursus