Oleh Bung Husni FM*
TANGGAL 23 Juli 2022 organisasi Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) telah menjejak usianya yang ke-49. Kurun usia yang cukup sahih untuk menguji bagaimana eksistensi dan kontribusi sebuah organisasi masyarakat dalam peta dinamika bangsa.
Refleksi yang tepat tentu harus dilakukan guna melahirkan rekomendasi yang tepat pula, bagaimana kelanjutan organisasi ini menapaki langkahnya kemudian. Refleksi kritisnya adalah, apakah KNPI tetap bisa menyumbang manfaat atau hanya menambah daftar masalah dalam kondisi bangsa yang makin sarat beban ini.
KNPI lahir melalui kesepakatan Deklarasi Pemuda Indonesia 1973 yang menjadi kesatuan sikap para pemimpin organisasi kepemudaan dalam menata konstalasi kepemudaan Indonesia saat itu. Sebuah semangat bersama dalam melanjutkan kiprah sejarah perjuangan para pemuda bumi putra era generasi emas Budi Oetomo 1908, era Sumpah Pemoeda 1928 dan era Proklamasi Kemerdekaan 1945.
Setelah proklamasi hingga Orde Baru berkuasa, tak ditemukan jejak besar yang menandai pergolakan perjuangan organisasi-organisasi kepemudaan secara kolektif kolegial. Seluruh elemen bangsa yang baru lahir saat itu fokus pada upaya mempertahankan kemerdekaan yang sangat berat. Kemudian setelah itu, situasi Orde Lama membuat para pemimpin politik sibuk dengan kompetisi-kompetisi politik seperti pemilu dan dinamika perkembangan konstitusi RI.
Wadah berhimpun yang terpecahbelah
Selama 49 tahun, KNPI menjadi rumah bersama seluruh Pemuda Indonesia, khususnya yang terwadahi dalam ratusan organisasi-organisasi kemasyarakatan pemuda (OKP). Keberhimpunan OKP dalam KNPI dilandasi oleh kesamaan dasar ke-Indonesia-an yang dimiliki seluruh elemen bangsa yakni Pancasila, NKRI, UUD 1945 dan Bhineka Tunggal Ika yang sekaligus berfungsi sebagai perekat persatuan dan kesatuan Pemuda Indonesia dalam mengabdikan diri kepada kepentingan bangsa jauh diatas kepentingan masing-masing golongan.
Beragamnya OKP yang berhimpun menunjukkan KNPI tetap dipercaya untuk mewadahi aspirasi kelembagaan pemuda dalam banyak sektor. KNPI juga tetap menjadi “rebutan” bagi saluran distribusi kader masing-masing organisasi tersebut dalam membangun interaksi dan gengsi eksternalnya.
Tentu agendanya kemudian, KNPI harus bisa menjawab kepercayaan tersebut dengan peningkatan kualitas kinerja proporsionalitas dan profesionalitas organisasi yang berhimpun. KNPI memang tidak berwenang mengintervensi rumah tangga masing-masing OKP sebagai pemilik langsug kader-kader pemuda, tetapi seharusnya dapat mengambil peran sebagai stimulator eksistensi OKP yang berhimpun didalamnya.
Sebagai wadah bersama yang makin disesaki bertambahnya organisasi kepemudaan setiap tahunnya, KNPI memang menjadi media kaderisasi sekaligus saluran komunikasi politik negara kepada para pemimpin pemuda. Bahkan sejak disahkannya Undang-Undang Kepemudaan, negara berkewajiban lebih banyak mengurus sektor kepemudaan ini.
Namun suatu fakta keprihatinan amat dalam, amat miris, dan bahkan bisa juga amat memalukan kembali dipertontonkan segelintir elit pemimpin pemuda era kekinian. KNPI yang masih memiliki label formal konstitusional sebagai wadah berhimpun itu kini dipimpin oleh beberapa kepengurusan ditingkat pusat.
Kata “beberapa” saja sudah menimbulkan tanda tanya memangnya ada berapa. Karena umumnya bila terjadi kepengurusan kembar misalnya istilahnya adalah dualisme. Bila yang terjadi jumlahnya lebih dari dua atau tiga, apalah jadinya.
Inilah catatan paling kelam dalam sejarah pemuda pergerakan atau kelembagaan pemuda di Indonesia. Dipicu “hanya” karena perbedaan cara pandang dalam mekanisme organisasi KNPI, pemuda Indonesia era milenial ini begitu mudah terbelah dan kemudian berkonsolidasi membentuk kepengurusan versi demi versi. Kondisi yang sangat jauh berlainan dari catatan emas soliditas pemuda Indonesia yang begitu teruji sejak era pergerakan kemerdekaan hingga proklamasi kemerdekaan republik. Dengan bersatu pemuda mampu bangkitkan spirit kebangsaan yang menghantarkan hingga ke pintu gerbang kemerdekaan.
Idealisme para elit pemuda kita harus kembali ditegak luruskan ditengah tantangan bangsa kekinian yang tentu jauh berbeda dengan era-era sebelumnya. Idealismelah yang akan menjadi harta dan senjata terkuat mengawal peran para pemuda sejak kini hingga nanti saat menjadi penerus estafeta regenerasi bangsa.
Kontribusi nyata
Melalui KNPI, para Pemuda Indonesia dicita-citakan dapat menjadi generasi penerus yang siap sedia mengawal perjalanan bangsa dan negara mencapai berbagai tujuannya dengan cara yang benar. Menjadi generasi andalan dan harapan bangsa adalah tujuan yang harus dicapai bersama, bukan sebaliknya. Para Pemimpin Pemuda Indonesia berkewajiban menjaga kualitas, integritas dan idealismenya demi cerahnya cuaca bangsa di masa datang. Dalam konteks itulah, KNPI bersama seluruh Organisasi Kepemudaan mengemban tanggung jawab yang besar untuk mempersiapkan diri sebaik mungkin menyongsong siklus regenerasi kepemimpinan bangsa di semua tingkatan.
Di usia 49 tahun, KNPI memang seharusnya banyak berbenah diri, mengoreksi banyak fungsi dan perannya yang masih kurang selama ini. Rejuvenasi KNPI bisa menjadi pilihan karena realitas obyektif internal dan eksternal yang dihadapi oleh KNPI telah mengalami perubahan signifikan dibanding pada saat dilahirkan.
KNPI sebagai Indonesian Youth Ambassador harus memposisikan pemuda sebagai mitra kritis pembangunan sekaligus mampu tampil sebagai jawaban pada berbagai persoalan bangsa. Hanya dengan visi seperti ini, eksistensi KNPI tetap dapat dipertanggungjawabkan.
Dalam konteks itulah, sebagai bagian tidak terpisahkan dengan pembangunan sudah selayaknya pemuda dapat memberikan kontribusi kongkret bagi kemajuan bangsa dan negara. Pemuda/KNPI harus dapat menyumbangkan nilai tambah bagi proses pembangunan, bukan malah sebaliknya menjadi beban berat pembangunan.
Kontribusi nyata organisasi kepemudaan dapat teruji dari terlatihnya para aktivisnya untuk siap tampil dalam berbagai peran sosial dengan menunjukkan berbagai kemampuan keras (hard skill) dan kemampuan lunak (soft skill) yang dipersiapkan secara sistematis dan proporsional untuk mendukung kualitas sumber daya insani bangsa yang unggul.
Organisasi pemuda harus memproses lahirnya generasi baru Indonesia yang berkarakter kuat yakni para pemuda yang taat pada Tuhan-nya, cinta Bangsa-nya, tinggi daya saing-nya, peduli lingkungan-nya, sayang alam-nya, disiplin dan berani. Bila ini diterjemahkan pada kontribusi pembangunan, maka akan hadir sebanyak mungkin kondusifitas dikalangan aktivis pemuda serta program-program yang langsung menyentuh pada akar kebutuhan kemajuan bangsa untuk jangka waktu yang panjang kedepan.
Para pemuda harus tampil paling depan dalam menjaga spirit kemajuan bangsa menyongsong agenda-agenda globalisasi, termasuk juga mempersiapkan pertahanan mengadapi berbagai ancaman. Di semua bidang pembangunan prioritas seperti pendidikan, teknologi dan lingkungan, pemuda harus berkompetisi menghadirkan sebanyak mungkin prestasi-prestasi terbaik yang bisa dibanggakan.
Kompetisi dengan bangsa-bangsa asing adalah keniscayaan yang mesti dijawab dengan benar. Bila generasi muda kita tak sanggup bersaing dengan mereka, maka dimasa datang kita kita akan kembali “terjajah” dalam konteks yang berbeda. Menjadi tamu atau bahkan menjadi pembantu di tanah sendiri tentu sangat menyakitkan. Sekarang pun potret tersebut sudah terlihat jelas, ratusan ribu pemuda kita jadi pegawai dari perusahaan-perusahaan yang dimiliki asing. Ini penjajahan gaya baru akibat ketidakberdayaan dan keterbelakangan kita. Karenanya tak ada kata lain, mementingkan persiapan diri menuju persaingan global tentu lebih penting daripada berkonflik dalam arti luas dengan saudara sebangsa sendiri.
Mengurus pemuda memang membutuhkan semangat, cinta, keseriusan dan keterpanggilan tulus akan tanggungjawab mempersiapkan generasi mendatang yang lebih baik. Salah mengurus akibatnya sangat fatal, kita akan lihat warna masa depan bangsa kita yang tidak lagi cerah karena gambaran masa depan sebuah bangsa dapat dengan mudah dilihat dari bagaimana generasi mudanya pada masa kini.
Pemuda memiliki definisi khusus yakni pemimpin kaum muda yang mengandung arti terpikulnya secara otomatis tanggungjawab dan komitmen para pemuda untuk menjadi generasi harapan dimasa datang, karena pemuda kini adalah pemimpin di hari esok (“subbanul yaum rijalul ghad”). Dirgahayu KNPI!***
*Penulis, Ketua DPD KNPI Jawa Barat 2010 – 2013