KOTA BANDUNG (TUGUBANDUNG.ID) – Bermitra dengan MGMP PAI SMA Kota Bandung, beberapa dosen Politeknik Negeri Bandung (Polban) melaksanakan program pengabdian kepada msyarakat (PKM) dalam bentuk pelatihan peningkatan literasi moderasi beragama dengan pendekatan Most Significant Change untuk guru PAI pada SMA di Kota Bandung.
Tim pelaksana PKM ini diketuai oleh Waway Qodratulloh, selaku dosen Pendidikan Agama Polban dan beranggotakan Hazma, dosen bahasa Indonesia, Endang Hatma Juniwati, dosen Akuntansi serta Ida Suhartini dan Siti Dwi Setiarini dari Jurusan Teknik Komputer dan Informatika.
Kegiatan dilaksanakan di Aula Pertemuan SMAN 24 Kota Bandung dengan dihadiri oleh 20 orang guru PAI sebagai peserta. Dalam kegiatan ini, guru PAI dibekali keterampilan pembuatan naskah Most Significant Change (MSC).
“Tim PKM memberikan pelatihan dan pemahaman secara utuh mengenai urgensi literasi. Program mengerucut kepada peningkatan keterampilan dalam menulis dan menuangkan ide gagasan terkait program Moderasi Beragama bagi guru PAI SMA di Kota Bandung. Luaran lebih lanjut dari kegiatan PKM ini, tim pelaksana akan menyusun kompilasi MSC stories moderasi beragama pada guru SMA di Kota Bandung,” ungkap Ketua Tim PKM, Waway Qodratulloh.
MSC merupakan teori yang dikembangkan oleh Rick dan Jess 2007 terkait monitoring dan evaluasi untuk program pembangunan pedesaan di Bangladesh yang menekankan pada pendekatan evolusioner untuk pembelajaran organisasi. Rick dan Jess 2007 mengembangkan metode yang relatif baru ini didasarkan pada pendekatan kualitatif, partisipatif, dengan para pemangku kepentingan yang terlibat dalam semua aspek evaluasi yang didorong ke arah pendekatan sasaran dengan fokus pada dampak dari intervensi yang dilakukan oleh SDM. Pada intinya, MSC didasarkan pada cerita perubahan yang signifikan yang diungkapkan oleh para pemangku kepentingan yang terlibat.
Kang Waway — panggilan akrabnya — selaku ketua pelaksana memandang bahwa dari hasil kajiannya, konsep moderasi beragama ini adalah usaha dari pemerintah untuk menjaga dan mengikat kesatuan dan kebangsaan berbasis nilai agama. Dia melanjutkan cukup prihatin dengan pandangan yang men-stigmakan agama sebagai ancaman yang dapat memecah belah bangsa Indonesia.
“Dalam program ini, guru didorong untuk mengisahkan secara naratif dan ekspresif mengenai perubahan yang didapatkan setelah mengikuti program pelatihan dan sosialisasi moderasi beragama dari kementerian agama. secara sistematis guru diajak untuk menceritakan bagaimana kondisi dan pemahaman keagamaan sebelum pelatihan,” ungkapnya.
Setelah kisah tersebut didapatkan, selanjutnya guru diajak untuk menceritakan bagaimana kesan guru PAI selama pelaksanaan pelatihan dan sosialisasi. Baru kemudian guru diajak untuk menceritakan dampak yang didapatkan oleh guru setelah mendapatkan pelatihan dan sosialisasi tentang Moderasi Beragama tersebut. Cerita ini kemudian dikaitkan dengan program pembelajaran pendidikan agama di sekolah tempat guru tugas.
Menyambut baik
Edi Prihadi, selaku ketua MGMP PAI SMA Kota Bandung menyambut baik pelaksanaan kegiatan ini dan menyebutkan bahwa MGMP Kota Bandung adalah salah satu MGMP yang terhitung aktif melakukan pembinaan terhadap guru PAI pada SMA di Kota Bandung.
Dilihat dari profilnya, guru PAI SMA di Kota Bandung termasuk guru yang mempunyai semangat tinggi dalam mengembangkan diri, termasuk dalam tingkat pendidikan. Ada cukup banyak guru PAI SMA yang saat ini mengenyam pendidikan tingkat S3.
Hal ini diharapkan berimplikasi pada peningkatan kualitas pelaksanaan pembelajaran PAI pada SMA di Kota Bandung. Adapun terkait pelatihan Metode MSC ini, beliau berharap bahwa metode ini dapat dikembangkan lebih lanjut bukan hanya menjadi metode evaluasi program, namun bisa menjadi metode pembelajaran. Mengingat PAI di SMA merupakan sebuah program pembelajaran yang mempunyai fungsi utama membina karakter dan akhlak peserta didik.
Carolina Lasambouw, sebagai konsultan tim pelaksana PKM mengamini harapan dari ketua MGMP. Ia berharap pelatihan yang dilaksanakan oleh tim PKM ini dapat menyentuh guru-guru di Jawa Barat. Di sisi lain, Neneng Nuryati yang mewakili Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (P3M) Polban mengapresiasi pelaksanaan PKM ini dan berharap bahwa program PKM yang dilaksanakan dosen Polban dapat dirasakan manfaatnya secara luas oleh masyarakat sebagai bagian dari pengembangan tridarma dosen. ***