TASIKMALAYA, (TUGU BANDUNG ID).- Merekatkan tali persaudaraan antar sesama umat beragama harus terus digelorakan. Terlebih dalam kehidupan berbangsa dan berenegara di Indonesia yang nota bene Bhineka Tunggal Ika.
Saling menghormati serta keragaman adat tradisi agama yang dianut masyarakat Indonesia, seperti di wilayah Priangan Timur.
Warna toleransi umat beragama sangat terasa. Hadir warga Tionghoa lintas iman yang tersebar di daerah Priangan dari Gereja Katolik, dari Gereja Bethel, dari Klenteng Hok Tek Bio dari Konghuchu dan umat Muslim.
Juga dari berbagai kalangan hadir dan bersukacita menikmati acara sajian makanan khas imlek, berbagai tampilan tarian tradisional, angklung dan gamelan lintas agama serta tampilan naga liong dan barongsai tonggak.
Sebagaimana dijelaskan dalam Keputusan Presiden No 19 Tahun 2002 yang menyatakan bahwa, Tahun Baru Imlek adalah tradisi masyarakat Cina yang dirayakan secara turun temurun di berbagai wilayah Indonesia. Maka tradisi Imlek ini ditetapkan sebagai Hari Nasional.
Tradisi yang sudah turun temurun ini juga dirayakan oleh warga Tionghoa lintas iman di daerah priangan dalam bentuk Imlek Bersama yang dirayakan pada Minggu (29/1/ 2023) malam di Graha Plaza Asia Tasikmalaya.
Ketua panitia Imlek tahun ini, David Tjong mengatakan, bahwa Perayaan Tradisi Imlek Bersama ini adalah kesempatan yang ketiga setelah sebelumnya diadakan pada 2016 dan 2019 di tempat yang sama.
Mengusung Sehati Sejiwa Membangun Sukacita Hidup Berbangsa ini, sebanyak lebih dari 700 orang tionghoa, berbaur dengan warga muslim dan berbagai elemen menjadi ajakan untuk bahu membahu membangun kecintaan pada bangsa dan negara Indonesia.
“Acara Imlek bersama ini, selain sebagai ekpresi rasa syukur warga Tionghoa yang ada di daerah Priangan atas Tahun Baru Imlek,” katanya.
“Juga sebagai sarana perjumpaan sesama anak bangsa, sarana silaturahmi antar umat beragama untuk terus bergandengan tangan membangun sukacita hidup berbangsa sebagai satu saudara,” sambung David.
Perayaan Imlek warga Tionghoa juga mendapat apresiasi dari KH. Mohammad Nuruzzaman (Staf Khusus Menteri Agama RI).
KH Ate Musodik, sebagai Ketua MUI dan FKUB Kota Tasikmalaya mengatakan, sesama umat beragama harus saling menghormati dan bergandengan tangan. Karena dengan kebersamaan maka akan terjalin perdamaian.
“Mencintai bangsa dan negara Indonesia tidak hanya segelintir golongan saja. Namuan seluruh bangsa dan antar umat beragama saling bergandengan tangan mencintai bangsa dan negara Indonesia,” katanya.
H. Ate juga mengajak, salah satunya bentuk kecintaan pada bangsa adalah dengan mencintai tradisi, mengupayakan persaudaraan dan kesatuan tanpa membeda-bedakan agama, suku, ras dan golonngan.
Vikaris Jendral Keuskupan Bandung Romo Hilman Pujiatmoko mengatakan, sebagai umat yang beragama, semua bersaudara tidak ada perbedaan di mata Tuhan YME.
“Mari kita bersama-sama saling menghormati agar ketentraman umat terjada dan bangsa ini bangkit dan maju,” katanya.
Dalam perayaan Imlek kali ini juga berbagai tampilan kesenian lagu kebangsaan lintas iman digelar. Ada juga penampilan dari Pemuda Muslim dari gamelan Ki Pamanah Rasa berkolaborasi bersama dengan Umat Katolik dari Angklung Silih Asih Gereja Santo Yohanes Ciamis.
Tak ketinggalan tarian tradisional tiongkok ditampilkan. Nama tarian-tarian yàn wú xuē (Walet yang tidak pernah beristirahat), Tarian mèng hui tiānshān (Kembali ke gunung langit). Tarian lān huā sao (Cantik menarik).
Pada acara Imlek 2574 ini juga, Lagu Yaa Lal Wathan karya KH Wahab Chasbullah yang identik dengan lagu perjuangan dari Nahdlatul Ulama dinyanyikan pada acara imlek bersama.
Sebagai upaya persaudaraan dan perjuangan lintas iman dalam mencintai bangsa. Lagu ini didedikasikan bagi NU yang berulang tahun seabad.
Perayaan ditutup dengan atraksi Naga Liong dan Barongsai Tonggak. Dimana atraksi kedua tradisi tionghoa itu sangat mengedepankan kebersamaan dalam memainkanya.***