ALTO DE L’ANGLIRU, SPANYOL (TUGUBANDUNG.ID) – Melalui perjuangan extra keras Sepp Kuss (29) berhasil mempertahankan kaus merah (pimpinan klasemen) Vuelta 2023 dengan keunggulan tipis 8 detik pada “Battle of Team Jumbo Visma” di rute tanjakan etape XVII Vuelta 2023 finis di puncak gunung terkemuka kategori HC Alto de l’Angliru, Rabu (13/9/2023).
Pada etape sejauh 124 km melintasi 3 tanjakan berat (Ribadesella – Alto de L’Angliru) ini terjadi persaingan sengit dominasi tiga atlet tim Jumbo Visma pada 2 km terakhir, tampil sebagai pemenang juara 3 kali Vuelta Primoz Roglic (Slovenia), kedua Jonas Vingegaard (Denmark) keduanya mencatat waktu sama 3 jam 15 menit 56 detik, sedangkan Sepp Kuss (AS) harus berjuang keras finis ketiga +19 detik terbantu oleh Mikel Landa (Bahrain Victorious/Spanyol) yang menyusul dan membantu “pacing” di depan hingga finis. Kuss secara tidak terduga di “tinggalkan” oleh Kapten tim Jumbo Visma Roglic dan Jonas pada 1,8 km terakhir.
Bagi Sepp Kuss yang berulang tahun yang ke-29 pada 13 September, sukses mempertahankan kaus merah merupakan kado istimewa karena nyaris diambil alih oleh rekan setimnya yang juga kapten tim, Jonas Vingegaard juara TdF 2023.
Setelah melintasi finis, Kuss bisa tetap tersenyum setelah mendapat kabar meski finis ketiga tertinggal dari dua rekan setimnya masih tetap menguasai kaus merah dengan keunggulan menipis hanya 8 detik atas rangking kedua Jonas Vingegaard dan unggul 1 menit 8 detik atas rangking ketiga Primoz Roglic.
“Saya menyadari haus berjuang maksimal meraih kemenangan, dan tidak ada free ride (tumpangan gratis) untuk menjadi juara. Kemenangan yang sejati adalah bertarung secara sportif, dan tentu kemenangan atas dasar ‘hadiah’ kurang bernilai,” ungkap Sepp Kuss diplomatis.
Ketika Roglic ditanya oleh Eurosport mengapa meninggalkan rekan setimnya pemegang kaus merah Sepp Kuss jelang finis, juara 3 kali Vuelta dan awal tahun ini menjuarai Giro d’Italia dengan dibantu oleh Sepp Kuss, dia mengatakan, “Saya melaju dengan tempo (kecepatan) sendiri, dibuntuti Jonas, tanpa maksud meninggalkan Sepp.”
Roglic kemudian mengatakan dia berharap Sepp akan mampu mempertahankan pimpinan klasemen Vuelta hingga finis di Madrid menjadi juara Vuelta pertama kali, namun Roglic menambahkan dirinya juga punya ambisi pribadi yang harus dipertimbangkannya.
Roglic juga memuji peran krusial Sepp Kuss yang membantunya menjadi juara Vuelta 3 kali dan Giro d’Italia tahun ini serta berperan amat penting atas kemenangan Jonas menjuarai Tour de France tahun ini. “Saya yang pertama mengatakan Sepp selalu ada bersama kami ketika semua sukses itu diraih, karena itu saya berharap dia sukses menjuarai Vuelta 2023. Namun saya melihat diri saya sendiri dan tanggung jawab yang saya hadapi, siapa saya dan saya berada disini untuk berlomba dan berupaya mencapai hasil terbaik. Pada akhirnya yang terbaiklah yang akan menang,” jelasnya.
Sementara Jonas Vingegaard juara Tour de France 2 kali juga mengungkapkan hal senada mengenai peran Sepp Kuss, namun secara diplomatis menghindar menjawab langsung ketika ditanya apa yang ada di pikirannya ketika Sepp Kuss tertinggal saat dia menempel Roglic.
“Saya sangat berharap Sepp akan bisa bertahan hingga mencapai Madrid menjadi juara grand tour Vuelta pertama kali,” ungkapnya.
“Kemenangan hari ini sesuai target utama menjauhkan lawan lawan di klasemen umum, finis 1-2-3 dan di klasemen posisi yang sama 1-2-3. Semuanya berjalan sesuai rencana dan kami semua menikmati momen ini, secara jujur saya bahagia Sepp masih menguasai kaus merah dan akan sangat senang melihatnya menjadi juara Vuelta 2023,” ujarnya.
Sedangkan Sepp Kuss yang diwawancarai Alberto Contador pemenang etape ke Angliru 2017 sebelum pensiun, mengatakan apa adanya. Menurut Sepp, posisinya yang bukan kapten tim tapi kini memegang kaus merah adalah hal yang amat unik.
“Saya berlomba di Vuelta ini seperti lomba lainnya bekerja keras sebagai letnan, mendukung Jonas dan Roglic namun kini saya tanpa direncanakan memakai kaus merah yang indah ini sebagai pimpinan klasemen. Ini adalah situasi amat tak terduga dan saya menikmatinya, memberi pengalaman berharga sebagai pimpinan klasemen lomba grand tour yang tak terbayangkan sebelumnya,” jelasnya.
“Saya kini menemukan rasanya menjadi pimpinan lomba besar, menemukan naluri bersaing, membaca situasi lomba dan tingkat percaya diri yang semakin meningkat, itu semua sangat indah,” tambahnya.
“Bekerja sama dengan dua juara grand tour sangat menyenangkan, kerja sama kami selalu baik dan saat saya harus bekerja mendukung mereka saya selalu siap karena itu tugas saya tapi saya juga punya target sasaran pribadi yang ingin saya capai,” tegas Kuss.
Roglic dan Jonas Tidak Fair
Tiga komentator Eurosport pada Vuelta 2023 yang semuanya mantan atlet sepeda, Sean Kelly, Adam Blythe dan Dan Lloyd mengungkapkan rasa kecewa dengan tindakan Primoz Roglic dan Jonas Vingegaard meninggalkan Sepp Kuss pemegang kaus merah pada tahap akhir etape XVII.
“Apa yang dilakukan keduanya sangat disesali dan tidak fair, apa yang telah dilakukan Sepp Kuss selama ini membantu Jonas dan Roglic menjuarai lomba besar grand tour (Tour de France, Giro d’Italia dan Vuelta) seakan tidak dihargai ketika Kuss pada posisi memimpin Vuelta, tidak ada balas jasa atas kerja Sepp selama ini. Tindakan itu menunjukan ego yang tinggi dua kapten Jumbo Visma ini,” ujar Sean Kelly juara Vuelta 1988.
“Pemandangan yang sangat tidak patut dilihat, letnan tim yang begitu setia membantu mereka ditinggalkan tanpa menoleh ke belakang. Sepp Kuss yang meminta kecepatan dikurangi karena terlalu cepat melalui komunikasi radio tak ditanggapi Roglic dan jonas,” ungkap Dan Lloyd.
“Tentu banyak juga penggemar balap sepeda yang beranggapan yang terkuatlah yang seharusnya menjadi juara, itu pandangan yang fair tapi harus diingat apa yang telah dilakukan Sepp Kuss membantu Roglic di Giro 2023, membantunya saat kesulitan ditinggalkan Geraint Thomas dan Joao Almeida. Dialah yang menjadi “pacer” menarik Roglic untuk mengejar ketinggalannya menyelamatkanya hingga finis. Apa kah ini balasan Roglic pada letnan Sepp Kuss?” tambah Lloyd.
“Dengan apa yang telah dilakukan Sepp pada Roglic dan Jonas, sepatutnya Sepp diberi dukungan hadiah kemenangan pada Vuelta 2023. Sepp tidak ingin menjadi tim leader, tapi membantu mimpinya menjadi juara Vuelta sudah akan sangat dinikmatinya. Setelah itu dia akan bekerja kembali seperti sedaikala mendukung Jonas dan Roglic memenangi lomba grand tour berikutnya. Dia adalah tipe pekerja yang selalu menjalankan tugasnya tanpa pamrih,“ ungkap Adam Blythe.
Klasemen umum setelah etape XVII:
- Sepp Kuss (Jumbo Visma/AS) 60 jam 34 menit 21 detik
- Jonas Vingegaard (Jumbo Visma/Denmark) + 8 detik
- Primoz Roglic (Jumbo Visma/Slovenia) + 1 menit 8 detik
- Juan Ayuso (tim UAE Emirates/Spanyol) + 4 menit
- Mikel Landa (Bahrain Victorious/Spanyol) + 4 menit 16 detik
- Enric Mas (Movistar/Spanyol) + 4 menit 30 detik
…….15. Remco Evenepoel (Soudal Quick Step/Belgia) + 37 menit 38 detik
Kamis (14/9/2023) Vuelta dilanjutkan etape XVIII rute tanjakan Polla de Allande ke La Cuz 178 km, tanjakan kategori 1 finis di ketinggian 840 m, panjang tanjakan 8,3 km yang cukup terjal. Pesaingan akan terjadi pada dua grup, yaitu grup unggulan untuk persaingan klasemen dan grup non unggulan dan oportunis akan “break away” untuk perebutan etape.
Sementara bagi tiga teratas klasemen dari tim Jumbo Visma, setelah kejadian yang tidak fair pada etape XVII oleh Roglic dan Jonas meninggalkan pemegang kaus merah rekan timnya sendiri Sepp Kuss. Akankan kini memberi dukungan yang fair bagi Kuss untuk mempertahankan keunggulan yang kini hanya 8 detik atas Jonas. (Bambang Kunthady)***