KOTA BANDUNG (TUGUBANDUNG.ID) – Saat ini, pemerintah terus menggaungkan Gerakan Transisi PAUD ke SD. Tujuannya untuk menciptakan efektivias pembelajaran siswa. Selain itu, membuat siswa nyaman dan menyenangkan ketika belajar di sekolah.
“Selama ini ada miss-konsepsi dan miss-manajemen dalam masa transisi PAUD ke SD. Di antaranya calistung selalu menjadi tolak ukur dalam masa transisi ini. Padahal hal ini akan membuat anak-anak kaget,” ungkap Anggota Komisi X DPR RI, Sodik Mudjahid dalam acara workshop pendidikan di Hotel Papandayan Jalan Gatot Subroto Kota Bandung, Selasa 15 Agustus 2023.
Oleh sebab itu, pihaknya di Komisi X DPR RI dan Kemendibud beserta jajarannya hingga ke Dinas Pendidikan di Provinsi dan kabupaten/kota terus menggaungkan hal ini. Penguatan masa transisi ini sekitar 2 minggu.
“Di masa transisi ini siswa diperkenalkan dengan lingkungannya, gugu-guru, toilet, dan yang lainnta. Dulu kan kita masuk sekolah langsung belajar calistung. Ini yang menyebabkan anak-anak kaget dan tidak mengenal sekolahnya yang pada akhirnya belajarnya tidak menyenangkan. Ini kan bahaya untuk masa depan anak kita,” tegas Sodik yang juga Ketua Yayasan Darul Hikam itu.
Sementara itu, Kasi PAUD Dikmas Bidang Pembinaan, Pengembangan Pendidikan dan Tenaga. Kependidikan (P3TK) P3TK Disdik Kota Bandung, Melly Rosally, S.Pd. M.Ap mengatakan gerakan transisi di Kota Bandung sudah dilaksanakan mulai tahun ini.
“Masa transisi ini selama dua minggu. Tidak hanya masa transisi PAUD ke SD tapi juga di tingkat PAUD atau TK. Saya rasa ini memang cukup penting untuk perkembangan belajar siswa yang harus nyaman dan menyenangkan,” ujar Melly.
Di samping itu, gerakan transisi ini merupakan kebijakan Mendikbud. Pihaknya langsung melakukan sosialisasi kepada satuan pendidikan dan di Kota Bandung gerakan ini sudah dimulai pada tahun ini.
“Adanya masa transisi ini bukan menganggap calistung atau hafalan tidak penting, tapi bagaimana guru bisa berinovasi dalam pembelajaran, sehingga pembelajarannya bisa menyenangkan tidak menjadi beban. Jadi, guru bisa menggali potensi anak-anak tapi si siswa merasa tidak sedang dites oleh gurunya,” tegas Melly. (Ade Bayu Indra/Tugu Bandung.id) ***