Menu

Mode Gelap

Berita · 28 Mar 2023 16:47 WIB ·

Sketsa Serba-Serbi Salat Subuh (6): Zikir Jelang Salat Subuh

 Ilustrasi zikir (Sumber foto: seekersguidance.org).* Perbesar

Ilustrasi zikir (Sumber foto: seekersguidance.org).*

Oleh Wina Armada Sukardi*

Wina Armada Sukardi.*

SALAT subuh di mesjid banyak menghasilkan pengalaman “spritulitas”. Pengalaman yang memperkuat batin. Pengalaman yang membuat kita berupaya menjadi hamba yang lebih baik lagi. Tapi juga pengalaman yang sering menunjukkan jalan terjal menggapai kebaikan. Pengalaman yang sering membaurkan antara realitas dan fantasi.

Itu terjadi baik sebelum salat, saat salat maupun setelah salat. Salat satu pengalaman tersebut hamba  “abadikan” dalam sebuah karya puisi hamba berjudul “Zikir” tahun 2019. Langsung saja hamba kutip utuh puisi tersebut tanpa perlu hamba imbuhkan apapun lagi.

Zikir

​​Aku duduk memegang tasbih

​​berzikir

​​Laa Ilaaha Illaahu : tiada Tuhan melainkan Allah

​​Laa Ilaaha Illaahu : tiada Tuhan melainkan Allah

​​Laa Ilaaha Illaahu : tiada Tuhan melainkan Allah.

​​

Tidak! Mataku tidak tertutup.

​​Tidak! Kesadaranku tidak hilang

​​Tapi dimanakah aku?

​​Tubuhku begitu ringan, bahkan seakan tak ada

​​Aku serasa menembus tujuh langit

​​melewati bulan, melewati matahari.

​​Laa Ilaaha Illaahu : tiada Tuhan melainkan Allah

​​Aku melihat dua mahluk memandang tajam ke arahku

​​mereka menunjuk-nunjukku

​​boleh jadi berdikusi tentang aku

Satu menunjuk-nunjuk ke arah depan

satu lagi sebaliknya menunjuk-nunjuk ke balakang

lantas mereka menghilang begitu saja

membiarkan aku kembali sendirian.

Di depan aku melihat pemandangan lapang tak berbatas

orang-orang berwajah murung dengan derita lalu lalang.

Preeaaattt!!!

Tiba-tiba petir menyambar seluruh manusia disana

tak ada tubuh yang tidak hangus

mereka mengerang, merintih dan menjerit

tapi mereka masih tetap hidup

tubuh penuh luka dan nanah.

Nyeri.

Bau.

Lalu : buuaaarrr!

Manakala tubuh masih sedemikian sakit bukan alang kepalang

munculah tsunami mengulung semuanya

padahal gelombangnya yang  datang lahar tak terperkiraan panasnya

sebagian terpental-pental

sebagin tergulung ombak lahar

Tentu, tentu, orang-orang itu berteriak kesakitan

​​ Ngeri luar biasa.

​​Lebih ngeri lagi mereka semua masih hidup.

​​Itulah orang-orng yang penuh derita

​​tiada akhir

​​mereka menunggu masuk kawah derita abadi.

​​Sementara aneka ragam mahluk seram dan sadis

bentuknya tak beraturan

bergentayangan

​​ada yang kepalanya bertanduk tunggal dengan taring tajam

​​menembus bibirnya sendiri

​​matanya satu di dahi satu di dagu

​​ada pula yang lidahnya menjulur menyemburkan cairan beracun.

​​Dan: Bum!!

​​Tiba-tiba-tiba beberapa dari mereka telah berada

​​di belakangku

​​dekat sekali.

​​Rupanya mereka mengancam diriku.

​​Laa Ilaaha Illaahu : tiada Tuhan melainkan Allah

​​Laa Ilaaha Illaahu : tiada Tuhan melainkan Allah

​​Laa Ilaaha Illaahu : tiada Tuhan melainkan Allah

Mahluk-mahluk itu berhenti sejenak.

​​Laa Ilaaha Illaahu : tiada Tuhan melainkan Allah

​​Perlahan para mahluk kejam itu meninggalkanku.

​​Laa Ilaaha Illaahu : tiada Tuhan melainkan Allah

​​Aku berbalik kembali memandang ke depan

​​Segalanya kini telah berubah

​​hamparan pemandangan yang serba indah.

​​Serasi.

​​Pohon buah-buahan segar ada dimana-mana

Semua tersedia

Para mahluk berinteraksi dengan kebahagiaan.

​​Aku menatap lebih jauh lagi

​​Belum sempat aku bertanya-tanya

​​Apakah ini potongan surga

​​Sebuah karpet panjang terpentang di hadapanku.

​​Laa Ilaaha Illaahu : tiada Tuhan melainkan Allah

​​Perilaku zikir yang telah mendarah daging pada diriku

​​Kukira telah membuka jalan petunjuk ke arah  surga

​​Aku seperti meloncat ke atas karpet itu

​​Ada perasaan tentram meliputi diriku

​​Damai.

​​Bahagia.

​​Laa Ilaaha Illaahu : tiada Tuhan melainkan Allah.

​​Laa Ilaaha Illaahu : tiada Tuhan melainkan Allah.

​​

Tidak! Mataku tidak tertutup

​​Aku masih berzikir

​​suara azan jelas kudengar di bumi nyata tempat aku bersila

Aku bangkit memenuhi panggilan Sang Maha Kuasa

Salat berjemaah di mesjid.

​​​​Jalan Mawar, Bintaro, Subuh di Ulang tahun hari perkawinan, 25 April 2019.

(Dikutip dari Kumpulan Puisi  Religi “Mata Burung Gagak Gitaris Rock,” karya Wina Armada Sukardi, 2022).

Apakah itu fakta? Kenyataan? Ataukah cuma ilusi dan halusinasi? Hamba serahkan semua jawabanya kepada sidang pembaca yang budiman.

Tabik! ***

*Penulis adalah wartawan dan advokat senior, serta Dewan Pakar Muhammadiyah. Tulisan ini merupakan reportase/opini pribadi dan tidak mewakili organisasi.

Artikel ini telah dibaca 106 kali

badge-check

Redaksi

Baca Lainnya

Yuk ke Kampung Batagor Cibangkong, Wisata Kuliner Kota Bandung!

8 Desember 2024 - 19:09 WIB

Monumen Pahlawan Covid-19 Kota Bandung: Cara Menghormati Perjuangan dan Solidaritas Warga

8 Desember 2024 - 18:55 WIB

Mau Nongkrong dengan Tema Otomotif di Kota Bandung? Disini Tempatnya!

8 Desember 2024 - 18:47 WIB

Manfaatkan Layanan Pengaduan Masyarakat SP4N-LAPOR, Begini Caranya!

8 Desember 2024 - 18:43 WIB

Call Center 112 Kota Bandung, Solusi Cepat dan Tepat untuk Situasi Darurat

8 Desember 2024 - 18:34 WIB

Larangan Jalsah Salanah Ahmadiyah Disesalkan Pimpinan DPRD Jabar, Ini Alasannya!

8 Desember 2024 - 11:07 WIB

Trending di Berita