TASIKMALAYA (TUGU BANDUNG).- KOPRI PMII Tasikmalaya melakukan kunjungan terhadap korban tak senonoh yang dilakukan oleh pria paruh baya berinisial GS(40) terhadap korban berinisial O (16). Para aktivis perempuan ini menelusuri asal mula permasalahan besar ini bisa terjadi dan viral .
Teror yang dilalukan pria dewasa atau om om terhadap siswi SMA di Kota Tasikmalaya, mendapat perhatian dari sejumlah aktivis mahasiswi. Mereka mendatangi rumah korban dan melakukan pendampingan terhadap korban.
Setelah hampir 3 tahun korban diikuti kehidupannya oleh pelaku, sampai hari Rabu (5/4/2023) pelaku di tangkap oleh Polsek Tawang, karena ulah pelaku yang meresahkan. Sehingga dikarenakan ulahnya itu warga melakukan pelaporan kepada Polsek setempat.
Sehingga korban bisa kembali dari trauma yang yang menghantuinya selama mendapat teror dari pelaku. Korban saat ini terus diberikan motivasi dari para mahasiswi. Agar mental dan jiwa korban bisa pulih kembali dan mampu melawan ketakutan yang sempat ditebar oleh pelaku.
Ketua KOPRI PMII Kota Tasikmalaya Annisa Permata Bunda menyebutkan, bahwasannya pelaku tersebut bukan lagi memiliki rasa suka melainkan rasa obsesi terhadap korban O (16) yang nota bene masih dibawah umur.
“Menurut saya, pelaku bukan memiliki rasa sayang ataupun mencintai terhadap seorang perempuan. Tetapi pelaku sudah memiliki rasa obsesi yang mendalam terhadap korban. Sehingga hal – hal yang menyangkut dengan korban, apalagi korban memiliki teman pria sebayanya, maka pelaku akan melakukan tindakan brutal semacam perusakan rumah bisa terjadi” ujarnya, Senin (10/4/2023).
Saat ini pelaku sudah di pindahkan ke Polres Tasikmalaya Kota untuk pemeriksaan lebih lanjut. Annisa mengharapkan, hukuman yang setimpal yang akan membuat jera terhadap pelaku.
“Harapan saya semoga Polres Tasikmalaya Kota bisa memberikan hukuman yang setimpal dengan apa yang sudah dilalukan pelaku, agar nantinya ketika pelaku terbebas ditakutkan adanya rasa kesal dan dendam terhadap korban dan keluarga sehingga melakukan hal – hal yang tidak diinginkan lagi” tegasnya.
Sekretaris KOPRI Neng Isa Denisa juga mengharapkan, pihak PPA dan KPIAD Kota Tasikmalaya senantiasa membantu tumbuh membaiknya perkembangan psikologi korban.
“Selain itu, kami KOPRI PMII mendampingi pemulihan psikologi korban, karena trauma dan rasa was – was ini perlu dihilangkan agar korban bisa ceria kembali. Perlu adanya pendampingan juga dari pihak PPA dan KPAD Kota Tasikmalaya untuk kesembuhan psikologi korban, dikarenakan korban memiliki rasa was – was terhadap lingkungan nya. Ditakutkan korban tidak mau bersosialisasi lagi setelah adanya kejadian ini” ujarnya.
Neng Isa menegaskan, akan mengawal kasus ini sampai jatuhan hukuman dan psikologi korban pulih, karena ia khawatir akan terjadi hal seperti ini kepada anak-anak remaja perempuan yang lain.
“Kami akan senantiasa memantau, mendampingi, dan mengawal kasus ini . Karena ditakutkan akan terjadi juga kasus serupa kepada anak yang lain” tegasnya.
Ketua Kopri PMII juga mengharapkan perlu adanya edukasi kepada masyarakat agar kasus serupa tidak lagi terjadi setelah ini .
“Dengan memberikan edukasi, saya mengharapkan kasus pelecehan, kekerasan, terhadap anak dan perempuan di Kota Tasikmalaya berkurang, hal ini dikarenakan kurangnya edukasi perihal kekerasan dan pelecehan terhadap perempuan dan anak, sehingga hal seperti ini terus saja terjadi,” katanya.
“Perlu adanya edukasi kepada masyarakat Kota Tasikmalaya untuk setidaknya mengetahui efek dan hal hal yang akan terjadi apabila hal ini terus berulang, bagaimana kita sebagai perempuan bisa merasakan keamanan dan kenyamanan ketika lingkungan kita terlalu toxic untuk di tinggali,” tambah Annisa.***