Oleh Widodo Asmowiyoto*
TAHUN 2022 segera berlalu. Kita warga planet bumi ini punya kenangan masing-masing terhadap kaum ibu. Namun secara obyektif ada yang membanggakan bahkan sangat mengagumkan. Sebaliknya ada yang menyedihkan bahkan sangat memprihatinkan.
Sangat menarik untuk sekilas menengok kembali fenomena kehidupan makhluk Tuhan yang bernama umat manusia itu, terutama pada tahun 2022. Selanjutnya, menapaki kehidupan tahun 2023 dan seterusnya, terserah bagaimana kita berusaha tetap menerapkan yang baik dan meninggalkan yang buruk.
Secara subyektif, dan mudah-mudahan obyektif, saya mencatat sikap menghormati kaum ibu yang sangat menonjol menjelang akhir 2022. Yakni, jajaran tim nasional sepakbola Maroko yang dalam gelaran Piala Dunia 2022 lalu akhirnya “sukses” mencapai semifinal. Atas prestasi “gemilang” itu, para pemain timnas Maroko tidak malu untuk segera menghampiri dan merangkul para ibunya masing-masing.
Penghormatan tersebut tidak hanya berhenti di lapangan hijau. Raja Maroko pun mengundang jajaran timnas Maroko ke Istana Kerajaan. Yang mengagumkan, Raja Mohammed VI meminta mereka didampingi para ibu kandungnya masing-masing. Bukan para istrinya yang selama ini menjadi kelaziman di negara-negara lain. (hajinews.id, 22/12/2022)
Penghormatan yang tinggi ke para ibu kandung di Maroko –negara pertama dari benua Afrika yang berhasil masuk semifinal Pilala Dunia—itu, tentu saja tidak lepas dari mendalamnya pemahaman dan penghayatan atas ajaran agama yang mereka anut. Di sana sebagian besar penduduknya (99 persen dari sekitar 36 juta jiwa) beragama Islam (Sunni).
Secara umum di seluruh dunia, terlepas dari aliran pemikiran atau mazhab yang dianut, agama Islam mengajarkan pemberian penghormatan yang sangat tinggi kepada kaum ibu. Karena itu sangat memprihatinkan, ketika di Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam ini, ada “satu-dua” pemeluknya yang notabene pemeluk Islam, tega membunuh ibu kandungnya.
Bagi manusia normal, pembunuhan terhadap ibu kandung dengan motif apa pun, sangat tidak masuk akal. Oknum pelakunya mungkin sudah termasuk “gila”. Mungkin sudah gila harta atau jenis gila yang lain. Fenomena “zaman now” yang henodis ini memang layak untuk diwaspadai. Sebab, jika kegilaan terhadap harta benda itu berlangsung di kalangan yang sudah kaya raya dan punya jabatan, fenomenanya berubah menjadi maraknya tindak manipulasi dan korupsi.
Maraknya korupsi memang bukan merupakan tindakan membunuh ibu kandung. Namun lambat atau cepat dapat “membunuh ibu pertiwi” ini: Indonesia yang sama-sama kita cintai ini. Wujud yang merupakan dampak dari “pembantaian terhadap ibu pertiwi” adalah maraknya kemiskinan atau kemelaratan. Saat ini, sikap “satu-dua oknum” yang tega membunuh ibu kandung, mungkin juga karena himpitan atas kemelaratan itu.
Cermin dari peringatan Hari Ibu
Kebetulan, momentum peringatan Hari Ibu tanggal 22 Desember, berada di ujung tahun 2022 dan segera masuk tahun baru 2023. Dalam suasana peringatan Hari Ibu kali ini, saya mencatat beragam cara peringatan atau perayaan yang mengharukan dan sekaligus mengagumkan. Mudah-mudah hal itu dapat digunakan sebagai cermin ketika kita nanti mengisi hari-hari sepanjang tahun 2023.
Sebagai contoh. Melalui sebuah rekaman video yang beredar di media sosial, seorang guru meminta para muridnya untuk masing-masing memberi pendapat tentang ibunya. Berikut sebagian cuplikan dari pernyataan (spontan) para murid tersebut:
“Dia (ibuku) adalah inspirasiku; Susah diungkapkan; Hanya memberi dan tidak berharap kembali; Tidak bisa digantikan; Tanpamu aku bukan apa-apa; Dia yang menyayangi tanpa batas; Ibuku adalah rumahku; Dia adalah pahlawanku; Ibu adalah kedamaian; Salah satu keajaiban ciptaan Tuhan; Orang yang sabar; Doanya cepat dikabulkan; Dia orang yang paling hebat; Masakannya paling enak; Jago merapikan pakaian; Selalu mengantarkanku ke sekolah”.
Sang Guru mengomentari adanya pernyataan seorang murid yang menyatakan bahwa ibunya suka marah-marah. Pak Guru mengatakan bahwa, “Walaupun ibumu suka marah-marah tetapi sejatinya ia sangat mencintai kita”.
Seorang keponakan saya yang kini sudah berkeluarga dan dulu ditinggal wafat ibu kandungnya sejak kelas 1 SD, sengaja membagikan video melalui WhatsApp Keluarga Besar. Video itu berisi aksi seorang remaja yang sedang menyanyi sambil memetik gitar. Dia menirukan lagu Iwan Fals berjudul “Ibu”:
“Ribuan kilo jalan yang kau tempuh, lewati rintang untuk aku anakmu. Ibuku sayang masih terus berjalan walau tapak kaki penuh darah penuh nanah. Seperti udara kasih yang engkau berikan. Tak mampu ku membalas ibu…ibu…”
Keponakan saya yang lain juga nge-share video berisi aksi saat Iwan Fals mengungkapkan kisah berikut:
“Ada sahabat bertanya pada Nabi, adakah orang yang lebih disayangi oleh Allah selain engkau ya Rasulullah. Nabi menjawab: ada. Dia adalah Salman Alfarisi. Lalu sahabat bertanya lagi. Mengapa ya Rasulullah ada seorang yang lebih disayangi oleh Allah padahal engkau adalah kekasih Allah. Nabi pun menjawab, karena dia berasal dari keluarga miskin, sementara ibunya ingin naik haji, tetapi untuk berjalan pun ibunya tidak mampu. Sebagai bentuk kecintaan terhadap ibunya, dia rela mengantar ibunya naik haji dengan cara menggendongnya selama berhari-hari, melintasi teriknya matahari dan dinginnya gurun malam ke Mekah hingga kulit punggung hampir seluruhnya terkelupas. Pengabdian yang teramat tulus dari seorang anak kepada ibunya yang mengantarkannya menjadi orang yang sangat disayangi oleh Allah Swt”.
Saya sendiri yang dulu ditinggal wafat ibu kandung saat saya berusia enam tahun, seringkali merasa rindu atas kehadiran sosoknya. Sebagai bentuk pengabdian dan penghormatan atas jasa-jasa almarhumah, setelah menjadi “lansia”saya sering mendoakan agar beliau memperoleh ampunan dari Allah Swt dan melapangkan kuburnya serta memasukkan ke surgaNya.
Beda Indonesia dengan Afganistan
Dalam tahun 2022 ini pula muncul berita bahwa Pemerintah Taliban yang berkuasa di Afganistan melarang kaum perempuan di sana untuk masuk kampus atau studi di perguruan tinggi. Kebijakan itu memperoleh reaksi penentangan dari banyak negara di dunia, termasuk dari Pemerintah Indonesia.
Indonesia, yang jajaran pemerintah maupun rakyatnya didominasi pemeluk agama Islam, menilai kebijakan penguasa Taliban tersebut tidak tepat, atau bahkan menganggap remeh potensi kemampuan kaum wanita atau kaum ibu.
Sejauh ini Pemerintah Indonesia sudah menetapkan Hari Ibu yakni setiap tanggal 22 Desember. Penetapan Hari Ibu ini merupakan penghargaan dan penghormatan atas eksistensi kaum ibu serta kaum perempuan di negeri ini. Setiap tahun Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPAA) selalu memberikan panduan bagi terselenggaranya peringatan atau perayaan Hari Ibu.
Pada peringatan Hari Ibu ke-94 tanggal 22 Desember 2022 ini, Kementerian PPPA mencanangkan tema “Perempuan Berdaya, Indonesia Maju”. Tema itu pula yang dijadikan pegangan bagi kalangan kementerian, lembaga, dan organisasi dalam memperingati Hari Ibu.
Hari Ibu di Indonesia identik dengan tonggak gerakan perempuan untuk berkontribusi aktif memajukan bangsa. Sebagai contoh, tahun 2022 ini, Kementerian Keuangan mengundang berbagai komunitas perempuan dan pelaku UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) untuk menjadi aktor strategis dalam mendukung tercapainya ketahanan ekonomi. Yakni melalui kontribusinya menggerakkan sektor UMKM dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif untuk Indonesia maju dan sejahtera. (kemenkeu.go.id)
Menteri Keuangan, Sri Mulyani, antara lain menekankan pemaknaan Hari Ibu sebagai momentum untuk memaknai peran strategis perempuan yang sangat berdaya. Yakni bahwa perempuan berperan sentral dalam mendukung tercapainya ketahanan ekonomi melalui kontribusi menggerakkan sektor UMKM.
Tahun 2023, menurut Menkeu, tantangan bergeser dari ancaman risiko kesehatan menjadi ancaman risiko finansial dan geopolitik yang berimbas pada ketahanan pangan dan energi. Meskipun pada satu sisi perempuan merupakan salah satu kelompok paling rentan dan terdampak, tetapi di sisi lain perempuan bisa berperan penting menghadapi ancaman itu dalam membangun resiliensi (kemampuan mengatasi kesulitan) ekonomi negeri, salah satunya melalui UMKM.
UMKM berperan signifikan bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia dengan menyumbang 60,5 persen PDB (Produk Domestik Bruto) nasional dan menyerap 96,9 persen tenaga kerja nasional. “Pada tahun 2021 dari total 65,5 juta jumlah UMKM, 64,5 persen atau 37 juta UMKM dikelola oleh perempuan dalam skala mikro,” ujar Sri Mulyani.
*Penulis Dewan Redaksi TuguBandung.id