BANYAK orang mungkin belum memahami apa arti seren taun. Seren Taun merupakan istilah dari salah satu upacara adat yang digelar di sebagian wilayah Jawa Barat. Di Kabupaten Kuningan, acara budaya ini bahkan dapat berlangsung selama satu pekan dan sudah menjadi kalender acara bagi masyarakat adat Sunda yang masih menjalankan tradisi nenek moyang, khsusnya warga di Desa Cigugur, Kecamatan Cigugur.
Dikutip dari wikipedia, istilah seren taun berasal dari kata dalam Bahasa Sunda seren yang artinya serah, seserahan, atau menyerahkan, dan taun yang berarti tahun. Jadi Seren taun bermakna serah terima tahun yang lalu ke tahun yang akan datang sebagai penggantinya. Dalam konteks kehidupan tradisi masyarakat peladang Sunda, seren taun merupakan sarana untuk bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala hasil pertanian yang dilaksanakan pada tahun ini, seraya berharap hasil pertanian mereka akan meningkat pada tahun yang akan datang.
Lebih spesifik lagi, upacara seren taun merupakan acara penyerahan hasil bumi berupa padi yang dihasilkan dalam kurun waktu satu tahun untuk disimpan ke dalam lumbung atau dalam bahasa Sunda disebut leuit. Ada dua leuit; yaitu lumbung utama yang bisa disebut leuit sijimat, leuit ratna inten, atau leuit indung (lumbung utama); serta leuit pangiring atau leuit leutik (lumbung kecil). Leuit indung digunakan sebagai sebagai tempat menyimpan padi ibu yang ditutupi kain putih dan pare bapa yang ditutupi kain hitam. Padi di kedua leuit itu untuk dijadikan bibit atau benih pada musim tanam yang akan datang. Leuit pangiring menjadi tempat menyimpan padi yang tidak tertampung di leuit indung.
Adapun makna dari seren taun menurut P. Gumirat Barna Alam, selaku putra dari sesepuh adat P. Djatikusumah, kegiatan yang sudah mentradisi dam dilaksanakan setahun sekali ini menjadi ungkapan rasa syukur kepada Tuhan yang Mahakuasa atas karunia-Nya. Ungkapan rasa syukur atas semua angerah yang sejatinya telah diterima oleh kita semua sebagai makhluk ciptaan-Nya, tanpa memedulikan perbedaan agama, apakah Islam, Kristen, Hindu, Budha, Konghucu dan lainnya, itu sudah menikmati rasa syukur dari tuhan yang maha esa, menerima anugerah berkah yang sama.
“Tujuan seren taun itu sebenarnya kalau dari leluhur itu adalah sebagai pengikat persatuan silaturahmi. Walaupun kita berbeda beda keyakinan tetapi kita sepengertian. Meski kami tidak sepengakuan tapi kami berupaya untuk menjalin satu pengertian di dalam kehidupan bermasyarakat, bukan hanya dalam seren taun saja sebetulnya saling pengertian itu dalam kehidupan keseharian,” ucapnya menambahkan.
Upacara adat sebagai syukuran masyarakat agraris (Sunda) ini dihadiri ribuan warga lokal dari Jawa Barat dan mancanegara, khususnya dari Desa Cigugur. Dengan adanya upacara adat Seren Taun, masyarakat ini memenuhi salah satu unsur sarat dari masyarakat terdahulu dan erat kaitannya dengan kepercayaan Sunda Wiwitan.***
Mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Pasundan yang mengikuti perkuliahan Media dan Agama (Ando Dwi Irianto, Aryes Dinova Zulhaq, Khalief Ilhan, Yusril Resmahadi, Zikra Riyanizar Arsyad) melakukan peliputan jurnalistik beberapa waktu lalu. Feature ini adalah salah satu karya yang dihasilkan mereka.*