KOTA BANDUNG (TUGUBANDUNG.ID) – Dalam upaya mencetak generasi muda yang cerdas dan berpartisipasi dalam dinamika sosial politik, Tim Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Prodi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Pasundan menggelar program pengabdian dengan tema “Optimalisasi Kemampuan Literasi Komunikasi Politik Siswa SMAN 24 Kota Bandung”, beberapa waktu lalu.
Kegiatan ini dilaksanakan oleh Tim PKM Prodi Ilkom FISIP yang diektuai oleh Teuku Yuliansyah, S.Si., M.I.Kom, Wawan Wartono, S.I.Kom (anggota), M.I.Kom, serta melibatkan dua anggota dari mahasiswa yakni Galuh Pradiva Gerlan Gaivari.
Kegiatan yang dilaksanakan di Kampus SMAN 24 Jalan AH Nasution No.27, Pasir Endah, Kec. Ujung Berung, Kota Bandungini menyajikan materi menarik tentang proses demokrasi, analisis isu politik terkini, dan cara memilih pemimpin yang bertanggung jawab.
Teuku Yuliansyah, dosen Prodi Ilkom FISIP Unpas, selaku ketua pelaksana kegiatan, menyampaikan bahwa literasi politik sangat penting bagi generasi muda, terutama dalam meningkatkan kualitas partisipasi politik kelompok muda. “Dengan memahami proses politik, siswa dapat menjadi pemilih yang cerdas dan tidak mudah terpengaruh oleh hoaks atau ujaran kebencian yang belakangan banyak mewarnai ruang sosial digital,” ujarnya.
Menurut Teuku, literasi komunikasi politik merupakan kemampuan individu untuk memahami, menganalisis, dan merespons informasi politik yang ada di sekitarnya. “Bagi siswa SMA, kemampuan ini sangat penting untuk membekali mereka menjadi warga negara yang aktif, kritis, dan bertanggung jawab,” ucapnya menegaskan.
Dalam kegiatan ini, siswa juga diajak untuk berdiskusi dan bertukar pikiran tentang isu-isu politik yang sedang hangat. Selain itu, mahasiswa juga memberikan simulasi pemilu untuk memberikan pengalaman langsung kepada siswa.
Salah satu peserta kegiatan, mengungkapkan bahwa dirinya merasa termotivasi untuk menggunakan hak pilihnya pada pemilu mendatang. “Saya baru tahu banyak tentang proses politik dari kegiatan ini. Ternyata memilih itu bukan hanya hak, tapi juga tanggung jawab,” ujarnya.
Siswa SMA kelas III sudah memiliki hak pilih, namun pada umumnya belum memiliki literasi komunikasi politik yang memadai dalam menangkap dan memahami pesan-pesan komunikasi politik terutama menghadapi pemilu tahun 2024.
Dalam Pelaksanaanya ada dua metode pendekatan yang diterapkan. Hal ini dilakukan guna mengetahui khalayak sasaran PKM , agar ilmu yang diimplementasikan dapat tepat guna sampai kepada mitra. Adapun metode pendekatan yang kita gunakan adalah metode pengarahan dan metode pendampingan.
“Metode pengarahan dalam bentuk pemberian materi pelatihan hak dan kewajiban Warga Negara Indonesia, PKM dalam praktik secara langsung, sehingga mampu mengimplementasikan “softskill politics communication”, yaitu konsep dan teknik bagaimana berbicara di depan publik,” ungkap Wawan Wartono, salah seorang pemateri. ***