Menu

Mode Gelap

Didaktika · 30 Mei 2024 13:06 WIB ·

Seni Wayang Golek Sebagai Medium “Dakwah” Islam

 MAHASISWA Prodi Ilkom FISIP Universitas Pasundan melakukan liputan jurnalistik ke Kampung Wayang Giri Harja di Kecamatan Bale Endah, Kabupaten Bandung, beberapa waktu lalu.* Perbesar

MAHASISWA Prodi Ilkom FISIP Universitas Pasundan melakukan liputan jurnalistik ke Kampung Wayang Giri Harja di Kecamatan Bale Endah, Kabupaten Bandung, beberapa waktu lalu.*

KABUPATEN BANDUNG (TUGUBANDUNG.ID) –  DI tengah geliat modernisasi dan hiruk-pikuk kota Bandung, tersembunyi sebuah permata budaya nan tak ternilai. Kampung Giri Harja di Baleendah, Kab. Bandung, Jawa Barat.

Dalam harmoni irama gamelan dan alunan suara dalang yang mendayu, sebuah pertunjukan wayang golek membuka tabir malam di desa-desa Sunda. Namun, ini bukan sekadar hiburan biasa. Di balik layar, tersembunyi pesan-pesan suci yang menggugah kesadaran spiritual masyarakat. Inilah fenomena “wayang dakwah”, yakni sebuah upaya menyebarkan ajaran Islam melalui medium budaya lokal Sunda klasik, wayang golek.

“Wayang golek adalah hasil perpaduan cerdas antara kesenian tradisional dan dakwah Islam. Dalam tradisi Sunda, wayang telah lama menjadi media komunikasi yang efektif pada masanya. Para dalang, sebagai narator utama, memiliki peran sentral dalam mengisahkan cerita yang sarat akan nilai moral dan filosofi hidup. Dengan memasukkan unsur-unsur Islam, cerita wayang tidak hanya menghibur tetapi juga pesan moral kepada penonton,” ungkap Adhi Konthea Kosasih Sunarya, seorang dalang muda dari Padepokan Wayang Golek Giri Harja II di Jalan Giri Harja Kecamatan Bale Endah Kabupaten Bandung, beberapa waktu lalu.

DALANG muda Adhi Konthea Kosasih Sunarya tengah menerangkan ihwal wayang sebagai medium “dakwah” Islam kepada mahasiswa.*

Menurut cucu keponakan dari dalang legendarisMendiang Asep Sunandar Sunarya, cerita dalam wayang golek, sejatinya sering kali mengambil inspirasi dari kisah-kisah para nabi, sahabat, dan tokoh-tokoh penting dalam sejarah Islam. “Misalnya, kisah Nabi Yusuf yang penuh dengan ujian dan kesabaran, atau kepahlawanan Ali bin Abi Thalib yang penuh dengan keberanian dan kejujuran. Melalui wayang, kisah-kisah ini dihadirkan dengan sentuhan lokal yang akrab bagi masyarakat Sunda, membuat pesan-pesan Islam lebih mudah dicerna dan dihayati,” kata lelaki kelahiran Bandung 38 tahun silam ini.

Melalui wayang golek, masyarakat Sunda diajak untuk tidak hanya mencintai budaya mereka, tetapi juga memahami dan mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. “Ini adalah contoh indah bagaimana budaya lokal dan agama dapat berjalan seiring, saling memperkaya dan menguatkan,” demikian ditegaskan sosok yang berkeinginan untuk bisa menyiarkan wayang dan budaya tradisi di kalangan anak muda

Seni pembuatan wayang di Kampung Giri Harja

Kampung Giri Harja saat ini masih menjadi pusat seni wayang golek, yang telah menjadi bagian integral dari identitas budaya Sunda. Seni ini diwariskan dari generasi ke generasi, dengan setiap generasi menambahkan sentuhan kreatif mereka sendiri. Sejarah ini bukan hanya tentang seni, tetapi juga tentang bagaimana komunitas menjaga warisan mereka tetap hidup di tengah perubahan zaman.

Proses pembuatan wayang dimulai dengan pemilihan bahan yang tepat. Kayu albasia atau sengon adalah pilihan utama karena teksturnya yang lembut dan mudah dibentuk. Kayu-kayu ini dipilih dengan hati-hati untuk memastikan kualitas terbaik bagi wayang yang akan dibuat. Para pengrajin percaya bahwa kualitas bahan dasar menentukan keindahan dan ketahanan wayang.

Setelah kayu dipilih, tahap selanjutnya adalah pengukiran. Di sinilah keterampilan dan keahlian para pengrajin diuji. Menggunakan alat tradisional, mereka dengan teliti mengukir bentuk dasar wayang, memperhatikan setiap detail anatomi dan ekspresi wajah. Tahap ini membutuhkan ketelitian tinggi dan kesabaran luar biasa, karena setiap ukiran menentukan karakter dan kepribadian wayang.

MEJA dan deretan wayang golek yang dihasilkan di kampung kerajinan wayang Giri Harja.*

Setelah proses pengukiran selesai, wayang dipoles dan dihaluskan sebelum memasuki tahap pengecatan. Pewarnaan adalah seni tersendiri, di mana setiap warna dipilih dengan cermat untuk mencerminkan identitas dan peran karakter wayang. Warna-warna alami dari bahan-bahan tradisional digunakan untuk memberikan kesan autentik dan estetika yang mendalam. Detail wajah dan pakaian diperlakukan dengan perhatian khusus, menjadikan setiap wayang unik dan penuh karakter.

“Tahap terakhir adalah penyempurnaan dan perakitan. Bagian-bagian tubuh wayang, seperti tangan dan kaki, dipasang dengan mekanisme yang memungkinkan gerakan yang halus dan luwes. Kemudian, wayang dihiasi dengan aksesoris tambahan seperti mahkota, senjata, dan pakaian tradisional yang menjadikannya siap untuk tampil di panggung pertunjukan,” kata Adhi Konthea K Sunarya mengakhiri perbincangan.

Pada akhirnya, balik setiap wayang yang indah, terdapat para pengrajin yang berdedikasi dan penuh semangat. Mereka bukan hanya pembuat wayang, tetapi juga penjaga tradisi dan budaya. Setiap goresan dan sentuhan tangan mereka adalah bentuk penghormatan kepada leluhur dan upaya untuk menjaga seni ini tetap hidup. ***

Mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Pasundan yang mengikuti perkuliahan Media dan Agama (Aura Nur Amalia, Alfira Gojali, Sofi Aulia, Rangga Rizky Maulana, Syahrul Rizki Nasrulloh) melakukan peliputan jurnalistik beberapa waktu lalu. Feature ini adalah salah satu karya yang dihasilkan mereka.*

 

Artikel ini telah dibaca 101 kali

Baca Lainnya

Menanti Realisasi Kementerian Haji dan Umroh

10 Oktober 2024 - 17:03 WIB

Pelatihan Jurnalistik di Era Digital di Politeknik STIA LAN Bandung: Tantangan dan Peluang di Tengah Kemajuan Teknologi

8 Oktober 2024 - 10:35 WIB

Keren, Tel-U Ciptakan Produk Inovasi Abdimas Internasional di Arjasari dan Banyuwangi

7 Oktober 2024 - 06:04 WIB

Ada 7 Golongan Manusia Beruntung di Padang Mahsyar, Ini Diantaranya!

1 Oktober 2024 - 14:13 WIB

Desa Wisata Penyangga Perekonomian Warga Wilayah Borobudur, Desa di Priangan Timur Bisa Mencontoh Pola Pengembanganya

28 September 2024 - 07:56 WIB

Dosen dan Mahasiswa Ubhara Jaya Ciptakan GIS untuk Mitigasi Longsor di Cibadak Sukabumi

26 September 2024 - 10:59 WIB

Trending di Didaktika