DI TENGAH kesibukan mempersiapkan rangkaian puncak acara peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 9 Februari 2023 di Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara, Panitia Pusat HPN masih menyempatkan diri mengunjungi Galeri Rahmat. Bertaraf internasional, “Rahmat International Wildlife Museum & Gallery” ini berlokasi di Jalan S. Parman, Medan, merupakan satu-satunya di Asia.
Panitia Pusat HPN 2023 itu antara lain terdiri atas Atal Sembiring Depari (Ketua Umum PWI Pusat, sekaligus Penanggung Jawab HPN), Mirza Zuhadi (Sekjen PWI Pusat/Ketua Umum Panitia HPN), Zulkifli Gani Otoh (Ketua Bidang Organisasi PWI Pusat), Dar Edi Yoga (Wakil Bendara PWI Pusat), Farianda Sinik (Ketua PWI Provinsi Sumatera Utara), dan TB Adhi (Wakil Penanggung Jawab Bidang Transportasi Panpus HPN).
Menurut Humas Panpus HPN 2023, Mercys Charles, rombongan merasa kagum karena Museum dan Galeri milik tokoh masyarakat Sumatera Utara, Rahmat Syah itu berisi hampir 5.000 koleksi spesies binatang liar (yang telah diawetkan) mulai dari semut, nyamuk, kupu-kupu, singa, buaya hingga gajah.
“Museum ini sangat luar biasa, saya sangat mengapresiasi dan kagum,” kata Atal S. Depari, Minggu (5/2/2023) malam.
Atal mengatakan, museum ini merupakan yang terbesar dan terlengkap yang pernah dia kunjungi dan sangat baik untuk sarana edukasi bagi siapapun.
“Koleksi di galeri ini berasal dari perburuan legal dengan koservasi dan pemanfaatan yang telah dilakukan oleh hampir seluruh negara,” ungkap Rahmat Syah kepada tamu spesialnya, Ketua Umum PWI Pusat yang didampingi sejumlah pengurus dan bahkan juga pengurus IKWI (Ikatan Keluarga Wartawan Indonesia) PWI Pusat itu.
Koleksi binatang-binatang yang mati dan diawetkan itu, lanjut Rahmat Syah, berasal dari dalam dan luar negeri, baik itu pemberian dari berbagai negara maupun hasil pembelian secara legal.
Hebatnya lagi, koleksi museum ini menggunaan konsep berstandar dunia conservation by utilization. Standar tersebut sebagai pencegahan kepunahan dan peningkatan populasi satwa liar di habitat asli.
Pada lantai dasar Galeri Rahmat ini terdapat berbagai jenis burung, yang dikelompokkan dengan sebutan Pheasants of The World. Di salah satu sudut terdapat Bear Room, di mana berbagai jenis beruang dapat dilihat di sini dalam suasana yag sangat dingin. Keberadaan beruang-beruang ini ditampilkan seperti di atas hamparan salju. Masih di salah satu sudut di lantai satu juga terdapat koleksi African Big Five.
Desain khusus bagai hutan
Semua ruangan di gedung 3 lantai dengan luas 5.000 meter persegi ini memang ditata dengan desain khusus layaknya hutan yang menyeramkan saat malam hari. Suara auman raja hutan, menggema melalui sistem suara yang telah diatur sedemikian rupa sehingga memacu adrenalin pengunjung yang memasuki ruangan ini.
“Saya sempat kaget mendengar suara-suara binatang ini,” ujar Sekjen PWI Pusat, Mirza Zulhadi.
Pendirian dan keberadaan museum serta galeri ini tidak lepas dari inspirasi dan keinginan yang kuat Rahmat Syah, yang sangat mencintai alam serta ingin mecegah agar hewan-hewan tidak punah.
Rahmat merupakan seorang konservasionis dan sering berpetualang ke berbagai wilayah penjuru dunia. Ia merupakan putra Indonesia pertama yang menerima berbagai penghargaan dan pengakuan berburu internasional. Sebagian besar satwa yang berada di dalam museum ini dikumpulkan dari kegiatan berburu resminya. (Wid, TuguBandung.id)***