KOTA TASIKMALAYA, (TUGU BANDUNG.ID).- Berbicara mengenai budaya, Indonesia terkenal dengan ribuan budayanya yang tersebar diseluruh wilayah mulai dari Sabang sampai Merauke.
Budaya terbentuk dari beberapa unsur diantaranya ada agama, suku, ras, bahasa, pakaian adat, bangunan, kesenian, dan lain-lain.
Begitu pula dengan Priangan sebagai daerah di tatar Sunda. Dimana masyarakatnya memiliki budaya da menjunjung tinggi nilai-nilai filosofis dan kepercayaan yang telah diturunkan berabad-abad lalu oleh nenek moyang mereka.
Memiliki keberagaman budaya yang tercetak jelas dalam setiap aspek kebudayaan masyarakatnya, dalam setiap lembaran naskah kuno.
Dialetika bahasa sunda khas Priangan, setiap nada dalam pantun dan tembang kuno.
Hingga pada setiap lembaran kain batik sebagai media ekspresi masyarakat, yang masih digunakan dari dulu hingga sekarang.
Pada sisi lain, keberagaman budaya di Priangan menjadi suatu tantangan tersendiri untuk melestarikannya.
Terlebih lagi dalam melestarikan budaya membutuhkan sumber daya manusia yang tidak boleh terputus.
Generasi ke generasi harus terus ikut serta dalam melestarikan budaya itu sendiri. Tantangan tiap generasi dalam melestarikan budaya pun semakin sulit.
Tentu karena perkembangan zaman ditambah masuknya budaya asing membuat pribadi masyarakat Indonesia semakin pusing dengan banyaknya budaya yang mereka ketahui.
Di era modern seperti sekarang eksistensi kebudayaan asli Indonesia sudah mulai tergerus oleh budaya-budaya asing yang berhasil masuk ke Indonesia termasuk Priangan.
Membuat masyarakat terutama generasi muda lebih tertarik untuk mengikuti tren kebudayaan asing tersebut.
Generasi muda saat ini lebih tertarik mengikuti kebudayaan asing seperti budaya Korea Pop (K-Pop).
Budaya berpakaian yang ketat dan terbuka, budaya mengonsumsi makanan cepat saji (junk food), dan masih banyak lagi budaya asing yang berhasil mempengaruhi masyarakat Indonesia hingga lalai dengan budayanya sendiri.
Deputi Kepala Perwakilan BI Tasikmalaya M. Alam Maulana menyebut, Pelestarian budaya tentunya membutuhkan kolaborasi semua pihak, mulai dari pemerintah, akademisi, budayawan, komunitas dan tentunya masyarakat itu sendiri.
“Kami Gelar Wicara dengan tema “Ngamumule Karya Budaya Priangan yang disinergikan dengan peluncuran dan bedah buku Pesona Bordir Priangan,” katanya di Bale Priangan BI Tasikmalaya, Senin (27/11/2023).
Narasumber dalam acara tersebut diantaranya, Taufik Faturohman, Godi Suwarna, Nunu Nazarudin Azhar dan Asep M Tamam yang luar biasa kontribusi dalam berbagai upaya pelestarian Budaya Priangan.
“Kami juga memberikan apresiasi yang tinggi kepada para komunitas literasi yang telah aktif dalam mengenalkan budaya melalui literasi,” sambung dia.
Menurutnya, Bank Indonesia Tasikmalaya turut berkomitmen dalam mendukung pelestarian budaya Priangan terutama dibidang wastra dan kriya khas Priangan Timur.
Diantaranya batik sukapura melalui program pendampingan kerajinan mendong yang telah diekspor ke berbagai negara dan program pendampingan klaster Batik Sukapura di Desa Jenggala Kec. Sukapura.
Sehingga pelestarian budaya ini juga berdampak terhadap kesejahteraan masyarakat.
Selain itu, Bank Indonesia Tasikmalaya setiap tahunnya menyelenggarakan Pagelaran Kreasi Priangan Timur yang bekerjasama dengan Dekranasda Kota Tasikmalaya.
Sebagai upaya mendorong pertumbuhan ekonomi dan pengembangan UMKM berbasis kearifan dan potensi lokal yang tentunya berkaitan erat dengan budaya yang ada di daerah tersebut.
Tambah dia, Dibidang literasi, Bank Indonesia melalui Perpustakaan Bank Indonesia ikut mendorong pelestarian budaya.
Melalui penerbitan Buku Pesona Batik Priangan merupakan hasil karya masyarakat Priangan Timur dan sekitarnya yang mengangkat budaya batik Priangan.
Buku ini merupakan wujud kepedulian dan apresiasi tinggi terhadap budaya lokal Priangan.
“Kami turut berbangga dapat menjadi bagian dalam upaya melestarikan budaya batik Priangan dan mengabadikan kreativitas warga Priangan,” katanya.***