Menu

Mode Gelap

Diskursus · 13 Agu 2022 06:12 WIB ·

Masjid Jami Gresik Tertua di Pulau Jawa

 Masjid Jami Gresik, masjid tertua di Pulau Jawa. (Foto: Widodo A.).* Perbesar

Masjid Jami Gresik, masjid tertua di Pulau Jawa. (Foto: Widodo A.).*

Oleh Widodo Asmowiyoto*

BAGI pendatang baru di Kabupaten Gresik, Jawa Timur, agak bingung untuk mengetahui mana masjid peninggalan wali songo. Selintas tentu kita akan menuju Masjid Agung bernama Maulana Malik Ibrahim di Jalan Dr. Wahidin Sudiro Husodo. Fisik bangunan masjid itu tampak besar, tingggi, berada di area yang luas dan strategis serta menaranya juga menjulang tinggi melebihi tinggi masjidnya.

Namun ternyata masjid tersebut adalah masih relatif baru. Sebagai bukti di tembok depan terdapat prasasti bertuliskan, “Dengan Rachmat Allah Swt, Masjid Agung Gresik Diresmikan pada Jumat 27 Pebruari 2004 oleh Bupati Gresik, Drs. KH Robbach Ma’sum, MM”. Sedangkan di pagar depan pekarangan masjid tertulis dengan huruf sangat besar berwarna kuning, “Masjid Agung Maulana Malik Ibrahim Gresik”, lazim disingkat MAG (Masjid Agung Gresik).

Luas MAG sekitar 10.000 m2 dan mampu menampung kurang lebih 5.000 jamaah. Desain MAG dikerjakan oleh tim dari Pemkab Gresik bersama konsultan yang telah berpengalaman membangun surau-surau besar di Nusantara. MAG terdiri atas tiga lantai. Lantai dasar digunakan sebagai ruang serbaguna dengan aula atau convention hall yang sangat luas. (jejakpiknik.com)

Ruang serbaguna tersebut selain digunakan untuk kegiatan masjid juga untuk resepsi pernikahan, seminar, dan lain-lain. Harga sewa aula agak mahal yakni sekitar Rp 17 juta. Sedangkan lantai satu dikhususkan untuk salat dan lantai dua untuk salat jamaah wanita, namun pada saat ibadah Jumat juga bisa untuk salat jamaah pria.

MAG memiliki deretan pintu-pintu besar dari kayu yang berhias ukiran kaligrafi. Jamaah bisa memasuki masjid melalui pintu timur, barat atau selatan. Ada pula akses menuju ruang serbaguna dan lantai satu.

Menara MAG berada di sebelah utara gedung utama masjid. Bentuknya unik, yakni kotak menyempit ke atas, mekar sedikit dan mengerucut lagi sampai berakhir dengan logam penjinak petir. Menara difungsikan sebagai sarana untuk mengumandangkan azan.

Di sebelah timur masjid ada dua ruang wudhu yang dipisahkan oleh jarak yang cukup jauh agar jamaah pria dan wanita tidak saling bertemu. Di halaman masjid ada peninggalan sejarah berupa sendang atau kolam air Sunan Giri. Selain untuk kepentingan warga sekitar, dulu menjelang musim panen, para petani yang hendak mengunjungi makam Sang Sunan berwudhu terlebih dulu di mata air tersebut.

Masjid Jami peninggalan Sunan Gresik

Sedikit kebingunan tersebut terobati ketika beberapa warga yang ditanya mengatakan bahwa masjid peninggalan atau yang pernah dibangun Maulana Malik Ibrahim adalah Masjid Jami Gresik. Jadi masjid yang berada di sebelah barat Alun-Alun Kota Gresik atau tepatnya di Jalan KH Wachid Hasyim itu justru tidak menggunakan nama generasi awal wali songo itu.

Masjid Agung Gresik. (Foto: Widodo A.).*

Masjid Jami Gresik sudah berdiri sejak tahun 1400-an Masehi atau di masa Syekh Maulana Malik Ibrahim. Masjid yang kini terlihat mempunyai dua menara itu merupakan masjid tertua baik di Gresik maupun di Pulau Jawa. Penyebutan tertua di Pulau Jawa itu benar adanya jika merunut dari awal sejarah penyebaran agama Islam yang dilakukan oleh wali songo.

Pada awalnya masjid tersebut hanyalah sebuah musala kecil yang sering digunakan oleh umat Islam untuk beribadah. Namun, di saat pemerintahan Gresik dipimpin oleh Kanjeng Poesponegoro pada tahun 1600 Masehi, masjid dibangun megah secara bertahap. Hingga sekarang pun masih mengalami pembangunan dan pemeliharaan bahkan sudah mempunyai menara kembar. (khasgresik.com, 1/8/2021)

Masjid Jami merupakan salah satu ikon Kota Gresik dan merupakan masjid terbesar di masanya. Masjid ini selalu ramai dikunjungi masyarakat untuk menjalankan rutinitas ibadah salat sunah maupun salat fardu. Masjid Jami uga menjadi rujukan kebijakan keagamaan bagi masjid-masjid lain yang ada di Kota Wali ini. Hal itu dikarenakan Masjid Jami dekat dengan pusat pemerintahan.

Dalam perkembangan pembangunannya, dulu Masjid Jami Gresik tertinggal dari masjid-masjid lain. Namun, pada akhirnya masjid tersebut mengalami pembangunan yang sangat pesat hingga memiliki dua menara yang berdiri sangat megah.

Meskipun umurnya sudah tua bahkan tertua, fungsi Masjid Jami Gresik masih sangat besar dalam penyebaran agama Islam dan dakwah. Tidak sedikit masyarakat yang mengunjunginya berasal dari berbagai daerah lain dan bahkan dari mancanegara. Terlebih pada hari-hari libur bersamaan dengan masyarakat yang melakukan ziarah ke makan Sunan Maulana Malik Ibrahim, Sunan Giri/Raden Paku (Syekh Maulana Ainul Yaqin), dan Syekh Ali Murtadlo (Raden Santri).

Biografi Maulana Malik Ibrahim

Syekh Mulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik lahir di Campa, Kamboja. Tanggal lahirnya tidak diketahui dengan jelas. Namun, dari silsilah keturunannya, nasab Sunan Gresik sampai pada Nabi Muhammad Saw melalui jalur Husein bin Ali RA. Nasab Sunan Gresik itu bersumber dari catatan As-Sayyid Bahruddin Ba’alawi Al-Husaini yang kemudian dibukukan dalam Ensiklopedi Nasab Ahlul Bait. Sunan Gresik  memperoleh didikan langsung dari ayahnya, Barokat Zainul Alam, seorang ulama terkenal di Kamboja.

Plang nama Masjid Jami’ Gresik di gerbang masuk masjid. (Foto: Widodo A.).*

Pada abad ke-14, beliau hijrah ke daerah Jawa dan berlabuh di Gerwarasi atau Gresik. Sunan Gresik menginjakkan kaki pertama kali di Desa Sembalo, saat ini berada di daerah Leran, Kecamatan Manyar, Gresik. Tepatnya 9 km ke arah utara Kota Gresik. Pada saat itu, Gresik dikenal sebagai bandar niaga yang maju dan terkenal di wilayah AsiaTenggara. Bersama rombongannya, dia berlayar ke Jawa pada  tahun 1371 M dan menghadap Raja Majapahit Brawijaya untuk mendakwahkan Islam. (Laduni.Id, Kamis, 23/6/2022)

Agus Sunyoto dalam Atlas Wali Songo (2016) menjelaskan bahwa Raja Majapahit menolak ajakan masuk Islam Sunan Gresik, namun menyambut baik kedatangannya. Oleh Raja Majapahit, Sunan Gresik diangkat menjadi syahbandar dan diperbolehkan menyebarkan Islam kepada warga setempat. Melalui restu itu, Sunan Gresik lalu mendirikan masjid pertama di Desa Pasucinan, Manyar.

Syekh Maulana Malik Ibrahim wafat pada Senin Rabiul Awal 822 H atau 1419 M dan dikebumikan di daerah Gresik. Lokasi makamnya tepat berada di wilayah Gapura Wetan, Gresik. Di lokasi makam, terdapat dua bagian makam yang berisikan Sunan Gresik sendiri dan ulama Gresik lainnya.

Semasa hidupnya, sesampainya di Jawa, beliau melanjutkan dakwahnya menggunakan beberapa cara atau metode dan tidak pernah menggunakan kekerasan atau memaksa masyarakat. Beliau dengan sabar mengenalkan Islam secara perlahan dan dengan kelembutan.

Beliau juga berdagang berbagai acam kebutuhan pokok dengan harga murah dan mulai berinteraksi dengan masyarakat setempat. Melalui perdagangan, beliau bisa mendekati masyarakat dan sedikit demi sedikit mulai bisa mengenalkan ajaran Islam.

Selain itu, almarhum juga menawarkan diri untuk mengobati masyarakat yang sedang sakit dengan tidak memungut biaya alias gratis. Saat beliau masih di Campa, Kamboja, beliau pernah diundang ke salah satu kerajaan untuk mengobati seorang istri raja. Melalui cara itulah Maulana Malik Ibrahim dapat dengan mudah mendapat simpati rakyat.

Ulama yang juga memiliki sebutan Kakek Bantal ini tidak berhenti hanya menggunakan metode perdagangan dan pengobatan. Namun juga memanfaatkan profesi masyarakat yang rata-rata adalah petani dengan cara mengajarkan bercocok tanam. Beliau mengenalkan terobosan dan teknik baru dalam bercocok tanam sehingga menghasilkan panen yang lebih banyak.

Berkat keramahtamahannya, banyak masyarakat yang tertarik masuk ke dalam agama Islam. Melalui berdagang beliau dapat berinteraksi dengan masyarakat banyak. Selain itu raja dan bangsawan dapat pula turut-serta dalam kegiatan perdagangan tersebut sebagai pelaku jual-beli, pemilik kapal atau pemodal.

Masjid Agung Gresik. (Foto: Widodo A.).*

Setelah cukup mapan di masyarakat, Sunan Gresik kemudian melakukan kunjungan ke Ibu Kota Majapahit di Trowulan. Raja Majapahit meskipun tidak masuk Islam tetapi menerimanya dengan baik, bahkan memberikannya sebidang tanah di pinggiran Kota Gresik. Wilayah itulah yang sekarang dikenal dengan nama Desa Gapura.

Demikianlah, dalam rangka mempersiapkan kader untuk melanjutkan perjuangan menegakkan ajaran Islam, Sunan Gresik membuka pesantren di daerah itu, yang merupakan kawah candradimuka bagi estafet perjuangan agama Islam di masa selanjutnya. Hingga saat ini makamnya masih diziarahi oleh berjuta-juta umat Islam di Indonesia. ***

*Penulis Dewan Redaksi TuguBandung.id

Artikel ini telah dibaca 1,427 kali

badge-check

Redaksi

Baca Lainnya

Membersamai di 33 Tahun JNE, Kekuatan Perempuan Membagi Waktu pada Inovasi Lebih Pagi

31 Juli 2024 - 05:48 WIB

33 Tahun Hadir Menjadi Mitra, Pengiriman Perorangan Maupun Pelaku UMKM Jelas JNE Lebih Unggul

30 Juli 2024 - 18:47 WIB

Mandatori Seputar Pansus Haji 2024

16 Juli 2024 - 18:00 WIB

Herman Suryatman, Kebermanfaatan Keterbukaan Informasi untuk Kesejahteraan Rakyat Jawa Barat

11 Juli 2024 - 10:13 WIB

Pebulutangkis Spidernoy Ingin Membangun Masjid

23 Juni 2024 - 12:49 WIB

Prof Dr Suwatno, Sosok Guru Besar yang Tiga Dekade Berkhidmat Menjadi Pengurus RT

18 Juni 2024 - 08:28 WIB

Trending di Feature