KOTA TASIKMALAYA, (TUGU BANDUNG.ID.).- Masyarakat Kota Tasikmalaya akhir-akhir ini kerap dibuat resah dengan ulah dan aksi sadis Geng Motor. Bahkan aksi para Geng Motor itu kerap memakan korban, hingga warga yang tidak berdosa pun jadi sasaran kebrutalan Geng Motor.
Aksi-aksi geng motor dengan tega melakukan penganiayaan hingga memakan korban tersebut banyak anak remaja yang masih duduk di bangku sekolah. Baru-baru ini dua warga jadi korban kebrutalan Geng Motor di Jalan SL Tobing Kota Tasikmalaya.
Para Geng Motor itu dilabeli sebagai oknum club motor yang melakukan tindakan pelanggaran hukum serta menggangu keamanan dan ketertiban masyarakat (KAMTIBMAS).
“Menyikapi statemen dari PJ Walikota terkait ulah geng motor, diperpanjang Kapolres Tasikmalaya Kota yang baru menjabat ini, kami dari mahasiswa sangat heran, karena dari kedua pimpinan daerah ini seperti orang linglung, kebingungan dan tak bisa diandalkan dalam mencari sebuah solusi dan seolah miskin akan konsepsi,” katanya Mahasiswa Ardiana Nugraha, Jumat (29/12/2023).
Nampaknya, kata dia, belum bisa memberikan solusi terukur dan akurat dalam mencari sebuah solusi atas penyakit masyarakat.
“Saya menyatakan bahwa, apa yang diungkapkan Pak PJ persoalan dengan menganologikan bahwa kita sedang mendiagnosa atau meninjau dulu penyakitnya untuk dicarikan obatnya,” ujarnya.
Apalagi, lanjut dia, Kapolres Tasikmalaya Kota yang hanya bisa menghimbau dengan berkata “hindari kegiatan negatif, yang berdampak pada pelanggaran hukum.
Padahal kegiatan-kegiatan Polres Tasikmalaya Kota pun sangat jarang menyentuh anak-anak motor. “Ini jangan sampai paradoks. Kapolres yang baru menjabat harus membawa terobosan dan pergerakan. Jangan hanya memberi himbauan,” ujarnya.
Solusi atas persoalan Geng Motor maupun oknum yang menyebut club motor ini sebetulnya ada pada persoalan kurangnya edukasi, fasilitasi, pengakuan lingkungan, apresiasi, dan pemahaman sadar hukum.
“Jika misalnya edukasi hari ini tidak efektif itu yang harus dikoreksi, bahwa kegiatan formalitas bagi anak muda hari ini sangat sulit untuk masuk, maka mereka perlu sedikit diberi sentuhan improvisasi oleh pemerintah,” katanya.
Pemerintah harus memfasilitasi ekspresi dan memberikan ruang. Lebih dari itu adalah mengarahkan, memberi arahan kepada anak muda (termasuk geng motor), untuk diarahkan ketempat yang seharusnya misal: ke sirkuit, studio atau tempat olahraga yang representatif.
Sehingga tidak akan lagi ada anak remaja yang mengekspresikan jiwa mudanya dijalan umum dan mereka akan konsen berkarya.***