KEJURNAS balap sepeda Track Indonesia 2023 (Indonesia Track National Championship 2023) digelar di Velodrome Munaip Saleh, Cisangkan-Cimahi selama tiga hari, Jumat (8/12/2023) hingga Minggu (10/12/2023). Lomba digelar PB ISSI dan Pengprov ISSI Jabar.
Jabar selaku tuan rumah dipertanyakan kesiapan para atletnya terlebih untuk kategori Junior (U18) dan Youth (pemula U16) karena sama sekali tidak ada persiapan, siapa yang akan turun atas nama Pengprov ISSI Jabar atau pengcab/klub. Pelatih yang menangani tentu juga harus sudah ditentukan, belum lagi alokasi biaya-biaya yang diperlukan. Karena tujuan menggelar lomba apalagi sebagai tuan rumah adalah untuk mengukur kekuatan kita setelah para atletnya disiapkan dengan baik.
Sepatutnya bila ISSI Jabar ingin menggelar kegiatan tingkat nasional apalagi nomor track yang langka dilombakan, sudah tentu kesiapan atlet yang akan diturunkan sudah harus disiapkan minimal 2 bulan sebeluymnya sehingga bisa memberi perlawanan/bersaing dengan atlet provinsi lainnya. Peralatan pendukung termasuk sepeda balap track dan juga harus disiapkan sebagaimana mestinya.
Bila hanya menggelar lomba saja tanpa memperhatikan kesiapan atlet tuan rumah, tentu hasilnya akan jauh dari harapan. Saat ini untuk kategori elit, Jabar tentu masih bisa unjuk gigi dengan mengandalkan atletnya yang berada di Pelatnas yaitu putri Ayustina Delia Priatna atlet nasional asal PBS. Sangkuriang, Bandung. Dengan berada di Pelatnas sepanjang tahun dan ikut belomba di bebagai lomba di luar negeri baik tingkat Asean (SEA Games), Asia (Asian Games) dan kejuaraan dunia tentu performa Ayu tak usah diragukan lagi, untuk tingkat nasional saat ini tak tersaingi, dan pasti bisa mengangkat nama Jabar.
Untuk dikategori Junior dan Pemula (Youth) para atlet asal Jabar tanpa persiapan yang memadai harus berjuang keras dan hasilnya sulit dipastikan.
Jabar hingga PON 2016 masih menjadi barometer kekuatan balap sepeda nasional dengan menjadi juara umum dengan kekuatan merata di putra (Tonton Susanto dkk.) dan putri (Fujiyanti dan Ayustina), namun setelah itu apalagi sejak Covid-19 merebak tahun 2020 dan PON Papua 2020 yang tertunda hingga 2021 (balap sepeda ditiadakan), kekuatan balap sepeda Jabar menurun drastis, terlebih dengan pensiunnya beberapa atlet kawakan (Tonton Susanto dan Fujiyanti). Yang tersisa hanya hasil binaan program usia dini yang dlaksanakan PBS. Sangkuriang dengan dukungan ISSI Jabar sejak 2008 hingga 2019, di antaranya yang kini jadi andalan nasional Ayustina D. Priatna, Jamal Hibatullah, Agung Alisahbana, Abdul Soleh dan Bintang Syawal.
Namun kepengurusan ISSI Jabar setelah PON 2016, telah berganti 3 kali sebelum selesai akibat ketuanya mengundukan diri oleh berbagai sebab, dari tidak adanya keseriusan, komitmen dan kepengurusan tidak bisa bekerja dengan baik. Akibatnya program pembinaan tesendat dan tak jelas arahnya. Setiap pengcab ISSI di Jabar dan klub yang jumlahnya amat minim juga harus bekerja sendiri sendiri dan dengan dana yang amat terbatas. Wabah Covid-19 (2020-2021) semakin memperumit kondisi pembinaan.
Kini kepengurusan ISSI Jabar yang baru melalui munaslub sudah terbentuk kembali peiode 2023-2027, hasilnya tentu kita tunggu semoga lebih baik dengan jumlah pengurus yang konon mencapai 81 orang (jumlah yang sangat banyak), semoga mereka bisa menata kembali pembinaan yang teratur seperti Jabar dahulu yang selalu juara PON sejak 1981 hingga 2016 apalagi PON 2024 sudah semakin dekat dan usia atlet yang bisa diturunkan juga sesuai ketentuan maksimal 21 tahun, artinya semua atlet senior andalan Jabar tidak bisa diturunkan dan hanya yang muda di bawah U21 yang bisa diturunkan.
Tanpa ada arah program pembinaan yang jelas dari ISSI Jabar untuk kategori atlet usia dini, pemula dan junior, akan sulit untuk menelurkan bibit bibit unggual sekelas Ayustina, Jamal dan Bintang Syawal karena butuh pembinaan yang lama dan terstruktur.
Contohnya membina Ayusytina melalui program lomba usia dini yang dikelola PBS. Sangkuriang dan dukungan sponsor PT Ultra Jaya hingga mencapai prestasi seperti sekarang sejak usia 10 tahun, butuh 6 tahun pembinaan di kategori usia dini dan 4 tahun kategori junior hingga senior. Jadi sekitar 10 tahun waktu yang dibutuhkan untuk mengobitkan atlet sekelas Ayustina. (Bambang Kunthady)***