KOTA BANDUNG (TUGUBANDUNG.ID) – Selama hampir dua tahun pelaksanaan kurikulum merdeka, harus diakui belum semua pemangku kepentingan terkait benar-benar mengimplementasikan tujuan, hakikat, dan filosofi di dalamnya. Masih banyak catatan dan perbaikan yang harus didiskusikan dan dievaluasi sehingga tujuan peningkatan kualitas pembelajaran dan kompetensi siswa benar-benar tercapai.
Untuk itu diperlukan upaya-upapa kolaboratif dan evaluasi menyeluruh untuk mengembalikan tujuan mendasar dari kurikulum merdeka. Salah satunya dengan mengupayakan pelatihan dan workshop lanjutan bagi guru-guru di tingkat satuan pendidikan dan menengah agar memahami dan melaksanakan metode pembelajaran kurikulum merdeka dengan benar.
Demikian benang merah yang mengemuka pada Seminar Daring (Webinar) “Implementasi Kurikulum Merdeka, Pembelajaran dan Pengembangan Media Pembelajaran Sains” yang diselenggarakan oleh Pusat Kajian dan Pengembangan Pendidikan Humaniora, Sains dan Teknologi (Pusdikhumsaintek) LPPM Universitas Pendidikan Indonesia, Sabtu 4 November 2023.
Webinar yang disambut antusias ratusan peserta dari kalangan guru tersebut, dibuka oleh Kepala LPPM UPI Prof Dr Dadang Sunendar, M.Hum serta Kepala Pusdikhumsaintek, Prof Topik Hidayat, MSi, PhD. Adapun para pembicara adalah Dr Sandi Budi Irawan, MPd (Dosen Prodi PGSD FIP UPI) serta Drs Suhara, MPd (Dosen Pendidikan Biologi FMIPA UPI) dengan moderator Try Kurniawan Mutaqien, SSi.
Dalam sambutannya, Dadang Sunendar mengatakan data empirik menunjukkan bahwa kinerja dan hasil pembelajaran khususnya pada bidang sains pendidikan dasar dan menengah masih berkutat di posisi bawah dibandingkan data yang sama di negara tetangga.
“Bahkan dibandingkan dengan negara-negara tetangga terdekat seperti Malaysia atau Singapura. Pada data PISA terakhir (akhir 2019) yang menguji kompetensi siswa dalam tiga aspek yakni membaca, sains, dan matematika, semua turun. Tingkat literasi siswa dan murid kita masih belum menggembirakan, belum bagus,” ungkap Dadang.
Sebagaimana diketahui, Programme for International Student Assessment atau PISA adalah program yang yang diinisiasi oleh Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD). PISA merupakan suatu studi untuk mengevaluasi sistem pendidikan yang diikuti oleh lebih dari 70 negara di seluruh dunia.
Ia menegaskan data tersebut harus menjadi perhatian semua pihak. Utamanya para guru yang harus tergerak menyikapi masih lemahnya tingkat literasi murid dan siswa di sekolah dasar dan menengah kita. “Harus menjadi catatan penting. Negara-negara di Asia Timur skornya sudah di atas 400, Indonesia masih di bawah. Harus diakui masih ada masalah pada pendidikan untuk usia 10 s.d 15 tahunan artinya di tingkat dasar dan menengah,” ucapnya.
Banyak pertanyaan
Sementara itu, Prof Topik Hidayat mengungkapkan dari berbagai kegiata survey informal pusat kajian yang dipimpinnya, ditemukan fakta bahwa kurikulum merdeka belajar masih belum dipahami dengan komprehensif.
“Baik dari aspek desain bahan ajar, metode praktikum terutama dalam kaitan dengan mata pelajaran matematika dan IPA. Masih banyak pertanyaan yang muncul termasuk tentang differentiated learning misalnya, bagaimana penyesuasian dengan gaya belajar siswa. Hal ini membutuhkan skill dan pengalaman guru, sehingga tidak hanya mengajar tapi juga membimbing,” ujarnya.
Maka, dalam pandangan Topik, keterampilan guru tidak sekadar dari aspek bekal keilmuan tapi juga bagimana cara menyampaikan keilmuannya. “Bukan hanya tentang kompetensi dalam mata pelajaran tapi juga soal penyampaian atau delivery. Ke depan, Pusat Kajian akan segera menggelar berbagai workshop terkait baik secara luring maupun daring agar memudahkan para guru di luar Kota Bandung utnuk mengikuti,” katanya.
Dalam peluncurannya beberapa waktu lalu, kurikulum merdeka belajar dinyatakan sebagai kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam. Di mana konten pembelajaran akan lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi.
Dalam hal ini, siswa tidak diwajibkan lagi untuk mempelajari semua mata pelajaran seperti kurikulum yang sebelumnya. Siswa diberikan keleluasaan untuk memilih sendiri mata pelajaran yang benar-benar sesuai dengan minat dan bakatnya. Kurikulum Merdeka merupakan kurikulum dengan metode pembelajaran intra-kurikuler dan dirancang untuk proses studi yang lebih fleksibel. ***