Menu

Mode Gelap

Diskursus · 13 Nov 2023 08:36 WIB ·

Wawasan Kebhinekaan Global

 Wawasan Kebhinekaan Global Perbesar

OLEH : ENI NURAENI, S.pd

Di lingkungan kita ini beragam, mulai dari agama, suku, budaya, ras hingga Bahasa. Adapun pada topik ini kita diberikan beberapa pertanyaan, misalnya “Bagaimana kalau dunia ini hanya ada satu warna?”. Beragam jawaban dijawab oleh peserta, diantaranya tidak akan indah, dunia akan monoton, bosan, dll. Dari situ kita menyadari bahwa ternyata keragaman itu adalah sebuah keindahan yang patut disyukuri, bukan untuk dipertentangkan.

Kemungkinan besar akan menjadi membosankan kehidupan ini, ketika memiliki saudara kandung, tetangga atau negara lain, dengan nuansa sama maka akan membuat kehidupan ini tak menarik dan membosankan. Oleh sebab itu keberagaman ini adalah sebuah anugerah yang harus dinikmati bersama secara nyaman, tentram dan aman sehingga diperoleh kebahagian dalam kehidupan ini.

Tidak pernah terlintas dipikiran saya untuk dilahirkan kembali sebagai bangsa lain, sebab terlahir di negara Indonesia sudah membuat saya sangat nyaman dan bahagia, kehidupan di negara Indonesia tercinta ini  penuh dengan harmonisasi. Saya menyadari bahwa lahir dimanapun buka sebuah pilihan tetapi sebuah ketetapan (kodrat) dari Tuhan Yang Maha Esa. Allah SWT telah mengatur semua perjalanan hidup manusia dan kita sebagai makhluk ciptaanya harus terus mensyukuri nikmat yang telah diberikanNya.

Perkembangan dunia yang semakin pesat dan penuh tantangan baik secara politik, ekonomi, dan sosial nampak tidak dalam kondisi baik-baik saja, Kepedualian atas perdamaian di dunia masih perlu dipertanyakan, sebab masih ada perselisihan antar negara seperti yang terjadi di Rusia danUkraina, Krisis kemanusiaan yang dialami Palestina oleh Israel, Masyarakat Rohingya yang ada di Myanmar. Pertumbuhan ekonomi dunia yang menunjukkan kontraksi, mengakibatkan persaingan antar negara semakin memuncak. Untuk itu dibutuhkan sikap kepekaan dan kepedulian terhadap kondisi global ini.

Indonesia sebagai negara kepuluan terbesar yang terdiri dari berbagai suku dari sabang hingga merauke serta keberagaman agama, suku, dan budaya perlu dijaga rasa persatuan untuk menghargai perbedaan yang ada. Sikap saling menghargai dan menghormati diperlukan agar kita bisa hidup damai dan tentram. Sikap saling menghargai ini salah satu wujud Profil Pelajar Pancasila yaitu Berkebhinekaan Global. Dimana murid diharapkan memiliki semangat untuk mempertahankan budaya luhur, lokalitas dan identitas bangsa serta mau berfikir terbuka terhadap budaya lain.

Kebhinekaan global merupakan perasaan saling menghormati keberagaman yang ada di sekitar kita dan sebuah toleransi terhadap perbedaan tersebut

Bentuk perilaku/sikap berbhinekaan global dalam kegiatan pembelajaran di sekolah adalah:

Menerapkan perilaku yang tidak membeda-bedakan teman di kelas/sekolah.

Memberi tauladan untuk selalu bergaul dengan setiap individu tanpa melihat dari agama, suku, dan ras tertentu.

Mengembakan sikap saling toleransi demi menjaga persatuan bangsa.

Bersikap tidak mengganggu/menghambat jalannya ritual peribadatan orang lain yang berbeda agama dan kpercayaan.

Saling menghormati dan menghargai teman di kelas/sekolah yang sedang menjalankan ritual ibadahnya meskipun berbeda agama.

Adapun contoh perilaku berkebhinekaan global yang bisa dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari ialah:

Mencintai kebudayaan tradisional asli Indonesia

Berusaha memahamai dan menghargai seseorang walaupun dari suku yang berbeda

Melakukan kolaborasi dengan semua individu tanpa memandang agama, suku dan ras

Memperat persaudaran antar semua masyarakat dan bangsa

Berupaya menciptakan perdamaian dan keharmonisan sosial di muka bumi

Terkait dengan konsep kerentanan dan kunci sukses di abad ke-21 maka dibutuhkan antisipasi terhadap kerentanan akan kebhinekaan, sejak dini anak dilatih dan dibiasakan melakukan empat keterampilan kunci sukses yakni: (1) membangun kreativitas melalui memunculkan gagasan, ide, atau koneksi antara gagasan dan anggitan yang sudah ada, (2) mewujudkan cara berpikir kritis guna merespons seseorang melalui menganalisis fakta untuk menciptakan sebuah penilaian, (3) melakukan komunikasi dengan kegiatan mentransfer informasi baik secara tertulis ataupun perkataan. Karena komunikasi menjadi hal pokok dalam peradaban manusia, (4) melaksanakan kolaborasi antar teman dengan harapan dapat memecahkan berbagai permasalahan.

Oleh karenanya, setiap individu harus memiliki karakter kebangsaan yang kuat untuk menjaga nilai-nilai karakter dirinya melalui wawasan kebangsaan yang tangguh. Sebab jika tidak demikian, sangat dimungkinkan melenceng dari ideologi Pancasila. setiap individu tidak hanya menjadikan Pancasila sebagai jargon, tetapi harus mampu menjadi teladan dalam menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan serta menjauhkan diri dari sikap-sikap dekonstruksi yang belakangan ini sering muncul sebagai tanda kemerosotan rasa, paham, dan semangat kebangsaan yang bisa dilihat dari beberapa indikasi, seperti lunturnya budaya menghormati simbol negara, tren mencontoh budaya asing dan menghujat budaya sendiri, tawuran antar pelajar yang menonjolnya kepentingan kelompok dan golongan sendiri dengan mengorbankan kepentingan bangsa dan negara, menguatnya semangat primordialisme (sikap memegang teguh hal-hal yang dibawa sejak kecil, baik tradisi, adat istiadat, kepercayaan, dan segala sesuatu yang ada di lingkungan), mengemukanya pemaksaan kehendak mayoritas terhadap minoritas, serta memudarnya semangat dan asas satu wilayah Nusantara.

Semoga dengan memiliki Wawasan Kebangsaan global ini diharapkan masyarakatnya menjadi masyarakat yang maju, tentram dan sejahtera, mampu berdaya saing dengan tetap berkarakter Pancasilais, menguatkan pemahaman untuk menjaga kerukunan di tengah perbedaan serta wujudkan sikap toleransi dan harmonisasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.***

Artikel ini telah dibaca 471 kali

Baca Lainnya

Mandatori Seputar Pansus Haji 2024

16 Juli 2024 - 18:00 WIB

Sekjen PA GMNI Abdy Yuhana Sebut Konsepsi Bernegara Oase Bagi Indonesia Raya

1 Juni 2024 - 09:34 WIB

Prabowo Presiden: Selamat Datang Orde Baru & Selamat Tinggal Reformasi!

6 Mei 2024 - 08:18 WIB

Senyum, Kunci Efektivitas Komunikasi Nabi Muhammad SAW

25 April 2024 - 23:43 WIB

PERLUKAH TEMPO MEMINTA MAAF?

26 Maret 2024 - 21:14 WIB

Mengkaji Ulang Pilpres dan Pilkada oleh Legislatif

16 Februari 2024 - 20:04 WIB

Trending di Diskursus