KOTA BANDUNG (TUGUBANDUNG.ID) – Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung (SBM-ITB) menyelenggarakan bedah buku berjudul ‘Transfer Teknologi untuk Inovasi: dari Riset ke Industri’. Acara yang terselenggara di Lobby Kresna SBM-ITB ini dihadiri oleh para penulisnya yaitu Dr.rer.pol. Eko Agus Prasetio, Dedy Sushandoyo, PhD, dan Uruqul Nadhif Dzakiy, MT. Ketiganya merupakan peneliti di Management of Technology Laboratory (MoT Lab) SBM-ITB. Acara dibuka oleh Prof. Pulung Nurprasetio selaku plt Wakil Dekan Sumber Daya SBM-ITB dan juga menghadirkan dua narasumber penting yaitu Ir. Ibnu Susilo (Founder & CEO FIN Komodo) dan Joko Sarwono, PhD. (Ketua LPIK-ITB).
“Semoga melalui penulisan buku ini
harapannya adalah for the greater good untuk masa depan dan juga dapat menciptakan multiplier effect”, harap Pulung membuka acara ini.
Dari siaran pers SBM ITB yang diterima Rabu (22/2/2023), di awal acara, ketiga penulis buku secara bergantian memberikan paparan singkat terkait gambaran buku. Penulis pertama, Eko Agus Prasetio, memberikan paparan terkait urgensi transfer teknologi untuk inovasi, dilanjutkan dengan Uruqul Nadhif yang memberikan penjelasan tentang bagaimana inisiasi transfer teknologi ini dijalankan di Indonesia dengan mengangkat beberapa studi kasus di Indonesia seperti FIN Komodo, Katalis Merah Putih, Vent-I, mikro kapsul, dan pengembangan KF-X/IF-X. Terakhir, Dedy Sushandoyo memberikan paparan terkait pelajaran yang dapat diambil (lesson-learned) dari kisah transfer teknologi dari riset ke industri.
“Di buku ini kita sengaja mengambil tiga kasus transfer teknologi dari beberapa kanal baik yang berasal dari industri yang dikembangkan secara in-house, transfer teknologi yang dilakukan untuk penguatan institusi, atau transfer teknologi yang dilakukan universitas”, ungkap Eko.
Meskipun demikian buku ini masih memiliki pekerjaan rumah dalam penyempurnaan kontennya yaitu dengan membentuk sebuah kerangka tentang pola transfer teknologi dari tiga jenis kanal tersebut.
Setelah sesi paparan dari panulis berakhir, acara dilanjutkan dengan sesi sharing dari Founder dan CEO FIN Komodo, Ir Ibnu Susilo. FIN Komodo merupakan perusahaan otomotif lokal berlokasi di Kota Cimahi Jawa Barat yang memproduksi mobil off-road. Dalam paparannya Ibnu Susilo mengungkapkan bahwa ide pengembangan fin komodo ini dilatarbelakangi oleh ide untuk menghubungkan desa melalui pengembangan kendaraan yang setangguh jeep dan senyaman sedan. Di awal pengembangan, Ibnu mengungkapkan bahwa di masa awal ini susah untuk mendapatkan pembiayaan dari Bank di mana pada saat itu ditolak. Beruntungnya Ia mendapatkan projek yang bisa membantu pendanaan awal.
“Untuk mendanai awal pengembangan purwarupa, saya mengerkakan projek pengembangan bagian pesawat di Malaysia. Modal itulah yang membantu di masa-masa awal pengembangan FIN Komodo”, ungkap Ibnu.
Ibnu mengatakan bahwa hal penting dalam pengembangan industri adalah komponen brainware yang terletak di manusianya. Makanya di awal, Ibnu melalui FIN membina sampai puluhan UKM guna dapat menyuplai pengembangan FIN komodo sampai tahapan produksi. Saat ini perusahaan ini sudah berusia 17 tahun di mana mobil yang dikembangkan sudah memasuki generasi kelima sejak 2005 pertama kali dikembangkan.
“Pengembangan industri berbasis teknologi terletak pada orangnya atau brainware-nya”, tambah Ibnu.
Narasumber selanjutnya adalah Joko Sarwono, PhD. yang merupakan ketua Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan (LPIK) ITB. Joko menceritakan tentang bagaimana tantangan pengembangan riset dan inovasi di kampus dengan mengambil best practice dari Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan (LPIK). (Pun) ***