KABUPATEN TASIKMALAYA, (TUGU BANDUNG.ID). – Penanaman 1000 pohon yang digagas oleh PesanGreen, Aliansi Masyarakat Peduli Galunggung (AMPEG), dan Barcode, bukan sekadar simbol peringatan, melainkan sebuah deklarasi tegas dari kekuatan masyarakat dalam mempertahankan hak mereka atas lingkungan yang sehat dan lestari.
Dalam perayaan Hari Konservasi Alam yang penuh makna di lereng Gunung Galunggung, Kampung Leuweung Keusik, Desa Padakembang, Tasikmalaya, merupakan sebuah momen bersejarah kembali dihidupkan.
Dengan keberanian dan solidaritas, masyarakat berhasil menghentikan aktivitas tambang yang merugikan dan merusak alam, menjadikan Leuweung Keusik sebagai lambang perlawanan terhadap ketidakadilan ekologis.
Leuweung Keusik, sebuah desa yang pernah menjadi medan perlawanan sengit melawan eksploitasi tambang pasir, kini menjadi simbol kemenangan masyarakat Indonesia dalam menentang aktivitas pertambangan yang merusak.
Tempat ini bukan lagi sekadar tanah yang diinjak, tetapi monumen hidup yang mengingatkan kita semua bahwa perjuangan untuk keadilan lingkungan bukanlah hal yang mustahil.
Ketua PesanGreen Diwan Masnawi, menekankan pentingnya aksi ini. “Kita tidak hanya menanam pohon, tetapi juga menanam harapan,” ujarnya, Selasa (13/8/2024) dengan penuh semangat.
“Harapan bahwa masa depan bumi kita bisa diselamatkan dari cengkeraman tangan-tangan yang rakus akan sumber daya alam,” sambung dia.
Diwan menegaskan, bahwa hutan-hutan yang telah rusak oleh pertambangan perlu direstorasi sebagai upaya untuk mengembalikan keseimbangan ekologi.
Salah satu partisipan dalam kegiatan ini Trendi, melihat penanaman pohon sebagai bentuk perlawanan terhadap eksploitasi alam yang tak bertanggung jawab. “Kita menanam kembali hutan-hutan yang telah dirusak oleh mereka yang tidak peduli. Ini adalah cara kita untuk mengambil alih nasib bumi ini,” katanya.
Yang lebih menggembirakan adalah partisipasi dari generasi muda, yang turut berperan aktif dalam menjaga warisan bumi ini. Generasi Z dan Alpha, yang selama ini dianggap apatis, kini tampil di garis depan perjuangan ekologi.
Keterlibatan mereka dalam kegiatan ini menjadi penanda bahwa kesadaran akan pentingnya pelestarian lingkungan telah meresap hingga ke akar rumput.
Diwan menambahkan, betapa pentingnya peran generasi muda dalam menjaga keadilan antar generasi. “Kita di sini, bersama teman-teman generasi Z dan Alpha, menjaga ruang hidup kita untuk keadilan di masa depan,” tegasnya.
Azmi, seorang siswa SMP Islam Cipasung, merasa bangga bisa menjadi bagian dari peristiwa ini. “Ini adalah ikhtiar kita untuk menyelamatkan bumi dari polusi dan pemanasan global. Semoga apa yang kita lakukan hari ini akan memberikan dampak positif bagi bumi yang kita tinggali,” harapnya.
Perjuangan melawan tambang di Leuweung Keusik tidak hanya menjadi kemenangan masyarakat setempat, tetapi juga menjadi inspirasi bagi masyarakat di seluruh Indonesia, bahwa kekuatan kolektif dapat menghentikan ketidakadilan dan meraih kemenangan atas mereka yang hanya peduli pada keuntungan jangka pendek.
Kegiatan penanaman 1000 pohon ini, pada akhirnya, adalah perwujudan dari semangat tersebut, sebuah langkah kecil namun penuh arti dalam merawat bumi untuk generasi yang akan datang.(ERW).***