KABUPATEN BANDUNG BARAT (TUGUBANDUNG.ID) – Asosiasi Dosen Pendidikan Agama Islam Indonesia (ADPISI) Jawa Barat bekerjasama dengan Kementerian Agama RI menyelenggarakan Dikusi Kelompok Terpumpun (FGD) dan Workshop “Pengembangan Nilai-nilai Moderasi Beragama Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis Project Based Learning” di Lembang Kabupaten Bandung Barat, belum lama ini.
Hadir dalam kegiatan tersebut dosen-dosen PAI dari berbagai kampus di Jawa Barat.
Terlaksananya kegiatan ini dilatarbelakangi oleh merebaknya gejala eksklusivisme dalam beragama, yang membuat agama seperti kehilangan peran vitalnya sebagai pendorong berkembangnya budaya dan peradaban.
“Pandangan keagamaan yang sangat tertutup tersebut seharusnya ditransformasi agar dapat menyikapi berbagai tantangan dan problematika sosial budaya dengan cara pandang yang genuine berasal dari sumber keagamaan resmi di satu sisi (ta’shil), namun di sisi lain harus bisa diartikulasikan dengan cara yang baru (mu’ashoroh) agar dapat relevan dan kompatibel dengan zaman yang telah berubah,” demikian disampaikan Risris Hari Nugraha selaku ketua pelaksana kegiatan ini.
Ia mengatakan Pendidikan Agama (dalam hal ini Pendidikan Agama Islam) pada perguruan tinggi memiliki peran penting untuk mengembalikan peran vital agama sebagai pendorong berkembangnya budaya dan peradaban tersebut. “Dosen PAI hendaknya secara serius berkumpul untuk mendiskusikan masa depan agama dan pendidikan agama agar dapat mengisi ruang-ruang kehidupan masyarakat tanpa harus menjerumuskan kemanusiaan pada persengketaan doktrin yang hanya akan menimbulkan konflik kemanusiaan,” ungkapnya.
Hal senada ditegaskan Makhmud Syafei, Guru Besar Pendidikan Agama Islam dari UPI yang menjadi pemateri pertama, sekaligus Ketua DPW ADPISI Jawa Barat.
Makhmud menegaskan spirit utama moderasi beragama dalam pembelajaran PAI haruslah diarahkan pada penanaman semangat beragama yang moderat, namun tetap berpegang atas dasar jatidiri sebagai seorang muslim yang memegang nilai keislaman dengan kokoh.
“Seorang muslim dengan nilai yang dianutnya menjadikan dia pribadi yang bisa menempatkan diri, paham dengan kondisi sosial budaya yang ada di sekitarnya sehingga mampu menyikapi setiap permasalahan yang muncul dalam kehidupan sosial secara proporsional,” ucapnya.
Sementara itu, Ali Abdul Latif, dari Kementerian Agama RI menyebutkan bahwa dalam konteks Jawa Barat, terdapat 49,94 juta jiwa yang 97,29%-nya menganut agama Islam, 1,81% beragama Kristen, 0,63% beragama Katholik, 0,21% beragama Buddha, 0,04% beragama Hindu, 0,03% beragama Konghucu, dan 0,01% merupakan penghayat Aliran Kepercayaan.
Ragam keyakinan yang ada di Jawa Barat, mendorong setiap muslim untuk mengimplementasikan nilai toleransi dalam kehidupan sosial. Nilai-nilai tersebut sejatinya menjadi ruh dalam pembelajaran PAI di Perguruan Tinggi yang ada di Jawa Barat.
Hasil dari FGD dan Workshop yang dihelat tanggal 26 dan 29 Desember 2022 tersebut adalah tersusunnya dokumen project yang dapat dilaksanakan oleh dosen PAI dalam melaksanakan pembelajaran PAI di kelasnya masing-masing. Draf dokumen projek tersebut rencananya menjadi rekomendasi kepada Kementerian Agama dalam upaya peningkatan kualitas pengelolaan PAI pada Perguruan Tinggi Umum.***