KOTA Bandung merupakan ibukota Provinsi Jawa Barat dan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia. Sebagai pusat dari ibukota menjadikan Kota Bandung sebagai salah satu kota yang besar. Kota ini selalu menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung.
Kota berjuluk “Parijs van Java” ini terkenal dengan kuliner dan wisata alamnya yang beragam. Selain itu, Kota Bandung juga memiliki banyak masjid yang tidak hanya digunakan untuk beribadah saja melainkan juga sebagai wadah edukasi dan wisata religi.
Masjid Al-Jabbar, yang terletak di Jalan Cimincrang No.14, Cimenerang, Kecamatan Gedebage, Kota Bandung menjadi salah satu ikon wisata terbaru di kota berhawa sejuk ini. Al-Jabbar merupakan Masjid Provinsi Jawa Barat yang mempunyai arsitektur yang menawan. Masjid tesebut dikenal juga sebagai Masjid Terapung. Hal ini karena bangunan masjid yang berdiri di atas danau.
Masjid Al-Jabbar ini dibangun atas usulan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan yang saat itu menjabat pada masa periode terakhir di tahun 2017. Berangkat dari gagasannya bahwa pada saat itu, belum ada Masjid yang dibangun oleh provinsi Jawa Barat. Sehingga tergagaslah untuk membuat Masjid Raya provinsi Jawa Barat. Ahmad Heryawan sebagai pencetus juga menggandeng Ridwan Kamil yang saat itu menjadi Wali Kota Bandung untuk ikut andil dalam mendesain Masjid Al-Jabbar.
Kawasan Gede Bage terpilih menjadi titik pembangunan Masjid Raya Al-Jabbar. Setelah kepemimpinan Ahmad Heryawan berakhir, kemudian pembangunan Masjid Raya Al-Jabbar dilanjutkan oleh Ridwan Kamil sebagai Gubernur Jawa Barat juga pemilik kekuasaan di Provinsi Jawa Barat.
Masjid Raya Al-Jabbar menjadi masjid yang sangat ikonik karena tidak berbentuk kubah. Arsitektur Masjid Raya Al-Jabbar berbeda dari arsitektur masjid yang biasa ditemukan sehari-hari. Bentuknya seperti setengah bola raksasa yang berukuran 99 x 99 meter dengan tinggi 40 meter. Dengan bentuk yang sama dan konsisten dari sisi manapun membuat arsitektur masjid ini ikonik. Istimewanya lagi, masjid ini berdiri tanpa satupun kolom penyangga.
Dilihat dari sisi penerapan arsitektur, Masjid Raya Al-Jabbar sendiri dirancang dari perpaduan arsitektur modern kontemporer. Dipadukan aksentuasi Masjid Turki yang dihiasi seni dekoratif khas Jawa Barat yang bertujuan untuk mengimplementasikan konsep desain arsitektur secara universal.
Di balik ornamen dan tiang yang membangun kemegahan-kemegahan arsitektur Masjid Al-Jabbar, tiang-tiang yang menjulang tinggi bukan hanya sebagai unsur dekoratif semata tetapi juga sebagai representasi simbolis yang dalam. Ornamen masjid ini mempunyai 12 pilar yang merupakan gabungan dari rukun iman, islam dan ihsan.
“Sebenarnya itu adalah AC dan juga speaker itu ada 12 pilar simbolnya adalah rukun iman, islam dan ihsan jadi 12 ya. Rukun iman ada 6, rukun islam ada 5 terus rukun ihsan 1 jadi 12, jadi 12 pilar itu ada maknanya. Kalo prinsipnya dari desain Allah itu ada di Masjid Al-Jabbar adalah konsepnya semacam gua yang tiangnya menjadi stalaktit, dan itulah yang menjadi keunikan Masjid Al-Jabbar sendiri.”ucap M Yassir Sjarif, DKM Masjid Raya Al-Jabbar
Ornamen dan tiang menjadi titik fokus dalam pengalaman keagamaan serta memperdalam apresiasi terhadap seni arsitektur Islam yang tercermin dalam bangunan ini.
Masjid Al-Jabbar yang berdiri ditengah-tengah danau bukan hanya sekedar elemen dekoratif, akan tetapi danau ini memiliki peran yang mendalam. Yassir menuturkan bahwa sebenarnya masjid ini bukan di atas danau tetapi danaulah yang mengelilingi masjid.
“Sebenarnya ini adalah rawa yang dijadikan danau buatan, jadi sebenarnya Gedebage ini adalah rawa yang dulunya disebut sebagai danau purba, yang dimana waktu terakhir surut itu tahun 1930, sehingga disebutnya danau purba. Jadi Masjid di Al-Jabbar itu bukan berdiri diatas danau justru danau itu sendiri sengaja dibuat karena Bapak Ridwan Kamil itu setiap membuat masjid pasti ada unsur air karena itu menjadi sisi keindahannya,” kata Yassir
Danau besar yang mengelilingi masjid ini diibaratkan sebagai cermin, yang bertujuan untuk merefleksikan masjid menjadi berbentuk bulat utuh. Tidak hanya keindahan semata, danau ini memiliki fungsi penting lain yaitu sebagai retensi banjir sekaligus penyimpan air. Semua hal tersebut memang direncanakan dengan sangat seksama oleh sang arsitek, Mochamad Ridwan Kamil alias Kang Emil.***
Mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Pasundan yang mengikuti perkuliahan Media dan Agama (Amelia Fauziah Rohman, Arianti Yulia Rahmawati, Mutiara Hidayat, Putri Andriani, Resha Raudia Rahmah) melakukan peliputan jurnalistik beberapa waktu lalu. Feature ini adalah salah satu karya yang dihasilkan mereka.*