KOTA TASIKMALAYA, (TUGU BANDUNG.ID).- Dampak dari anomali cuaca yang berimbas pada stabilitas harga pangan yang fluktiatif. TPID Priangan Timur dapat melakukan berbagai hal diantaranya penguatan peran BUMD pangan sebagai agregator untuk melakukan kerjasama dengan daerah pemasok (KAD).
Kepala BI Tasikmalaya Aswin Kosotali mengatakan, beberapa hal mengenai upaya pengendalian inflasi di Priangan Timur. Pengendalian inflasi perlu diselaraskan antar lembaga agar dapat menyasar pengendalian inflasi jangka pendek, menengah, dan jangka panjang.
Selain itu, komoditas bahan pangan masih menjadi faktor utama tekanan inflasi di Priangan Timur dan Faktor struktural (infrastruktur, sapras, dan kelembagaan) yang belum optimal sehingga mendorong gejolak harga pangan.
Lebih lanjut, kata Aswin, saat ini kita dihadapkan dengan risiko anomali cuaca yang akan berdampak pada peningkatan harga pangan khususnya beras dan hortikultura.
Kabar baiknya, meskipun pada awal tahun tekanan inflasi di Priangan Timur tergolong tinggi namun pada bulan April tekanan inflasi mulai melandai dan berbalik menjadi deflasi pada bulan Mei 2024.
Demikian diungkapkan Aswin Kosotali usai membuka “Pengamanan Produksi dan Peningkatan Efisiensi Rantai Pasok Untuk Mendukung Stabilitas Harga”
Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) se-Priangan Timur dalam gelaran High Level Meeting (HLM) sekaligus mengikuti bersama arahan Presiden Republik Indonesia dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Pengendalian Inflasi 2024 yang dilaksanakan secara daring, Jumat (14/6/2024).
Menurutnya, hal ini terjadi tidak lepas dari upaya bersama pemerintah daerah dan instansi terkait dalam melakukan upaya pengendalian inflasi di wilayah priangan timur.
Berbagai tantangan pengendalian inflasi di Priangan Timur, Aswin menyampaikan rekomendasi pengendalian inflasi melalui penguatan strategi 4K yang disinergikan dengan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP), merupakan upaya mutlak agar sasaran inflasi berada pada rentang target nasional sekaligus menjaga daya beli masyarakat.
“TPID Priangan Timur dapat melakukan berbagai hal diantaranya penguatan peran BUMD pangan sebagai agregator untuk melakukan kerjasama dengan daerah pemasok (KAD),” katanya.
Program intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian dalam rangka menjaga ketersediaan pangan, serta pemanfaatan dana BTT dalam dukungan transportasi pengiriman bahan pangan.
Selanjutnya, dalam rangkaian Rakornas Pengendalian Inflasi 2024 Presiden Republik Indonesia, menginstruksikan Tim Pengendalian Inflasi Pusat (TPIP) dan TPID dalam menjaga stabilitas harga.
Pengamanan produksi dan peningkatan efisiensi rantai pasok melalui, Pengamanan produksi pangan untuk mengantisipasi dampak anomali cuaca dan kekeringan yang berkepanjangan melalui pembangunan infrasruktur penyediaan air untuk pertanian seperti pompa dan waduk.
Mendorong upgrade sistem pertanian dengan pemanfaatan teknologi dan smart agriculture yang berfokus pada komoditas unggulan di daerah.
Mendorong investasi pada sektor hilirisasi produk pertanian untuk meningkatkan nilai tambah. Membangun sistem distribusi yang terintegrasi untuk meningkatkan efisiensi rantai pasok.
Seluruh TPID di Priangan Timur terus berupaya melakukan perbaikan untuk memastikan stabilitas harga tidak hanya jangka pendek, namun juga jangka panjang.
“Mendorong investasi pada sektor hilirisasi produk pertanian untuk meningkatkan nilai tambah,” katanya.
“Pelaksanaan HLM TPID se-Priangan Timur yang disinergikan dengan Rakornas Pengendalian Inflasi 2024 merupakan upaya bersama untuk menjaga stabilisasi harga maupun kepastian pasokan pangan ditengah berbagai risiko dan tantangan ketahanan pangan yang saat ini sedang dan akan kita hadapi,” pungkas dia.***