Menu

Mode Gelap

Didaktika · 26 Mei 2022 13:48 WIB ·

Jawa Barat Harus Punya Peta Jalan Pendidikan

 PROF Cecep Darmawan (kanan) menyampaikan pandangannya disaksikan Prof Endang Komara (kiri) dan Prof Dedi Mulyasana pada Sarasehan Pergubi Jabar, Rabu 25 Mei 2022.* Perbesar

PROF Cecep Darmawan (kanan) menyampaikan pandangannya disaksikan Prof Endang Komara (kiri) dan Prof Dedi Mulyasana pada Sarasehan Pergubi Jabar, Rabu 25 Mei 2022.*

TUGUBANDUNG.ID – Provinsi Jawa Barat harus segera memiliki peta jalan atau “grand design” pendidikan. Hal ini juga menjadi bagian integral dari rencana besar pengelolaan pendidikan bagi provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak di negeri ini.

Demikian disampaikan Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia Prof. Dr. Cecep Darmawan S.Pd., S.IP., S.H., M.H., M.Si pada Sarasehan “Membangun SDM Jawa Barat Yang Berjiwa Pancasilais Melalui Sistem Pendidikan Nasional Berkualitas” di Aula Dayang Sumbi Kampus Institut Teknologi Nasional (Itenas) Jalan PHH Mustopa Kota Bandung, Rabu 25 Mei 2022.

Pemantik lainnya adalah Prof. Dedi Mulyasana, M.Pd, dengan para penanggap Prof. Dr. Robertus Wahyudi Triweko, Ph.D., Prof. Dr. Endang Caturwati, M.Si., Prof. Dr. Imas Rosidawati, S.H., M.H., dan Prof. Dr. Ir. Ai Komariah, M.Si. Sarasehan dipandu oleh Moderator Prof Dr Endang Komara.

Menurut Cecep Darmawan, salah satu persoalan fundamental pendidikan di provinsi ini ialah belum adanya peta jalan atau road map pendidikan sebagai kompas atau penunjuk arah bagi dunia pendidikan. “Padahal peta jalan pendidikan bagi suatu wilayah dan merupakan hal yang sangat esensial agar perencanaan pembangunannya tepat, terarah, dan berkelanjutan. Akan seperti apa SDM Jabar pada lima sepuluh tahun ke depan dan selanjutnya bergantung pada panduan rencana besar yang sudah ditetapkan. Hal ini juga akan memandu siapapun pemimpin yang terpilih menakhodai Jawa Barat,” ucap Cecep.

Di sisi lain, guru besar yang akrab disapa Prof Cewan tersebut menegaskan saat ini urgensi kebijakan yang mendesak dilakukan adalah merevisi Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 5 tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Pendidikan.“Revisi  harus dilakukan karena perda tersebut elum mengatur secara komprehensif terkait keberadaan Dewan Pendidikan, PPDB zonasi, Persoalan guru non-ASN, pembiayaan pendidikan melalui ‘sekolah gratis’, dan sebagainya,” ungkap Prof Cewan.

Ia kemudian menguraikan beberapa tantangan bidang pendidikan yang dihadapi Jawa Barat dari mulai belum terpenuhinya delapan standar nasional pendidikan secara adil dan merata, persoalan guru honorer di Jawa Barat yang belum tertuntaskan, bantuan dana Biaya Opeasional Sekolah (BOS) ternyata di lapangan khususnya untuk SMA/SMK masih jauh dari kebutuhan.

“Kemudian, rata-rata lama sekolah di Jawa Barat Tahun 2021 baru berkisar  8,61 tahun (BPS Jabar, 2021), angka Partisipasi Kasar Perguruan Tinggi (APK PT) di Jawa Barat tahun 2021 baru sebesar 25,83% (BPS, 2021), rendahnya kemampuan masyarakat untuk pembiayaan pendidikan ke jenjang pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Juga, persoalan PPDB di Jawa Barat, tntangan pendidikan di masa pandemi yang menyebabkan terjadinya learning loss, serta tantangan lainnya,” katanya menguraikan.

Pohon ilmu

GURU Besar ISBI Prof Dr Endang Caturwati.*

Di sisi lain, Prof Dedi Mulyasana mengungkapkan konsep pendidikan bermutu berbasis pohon keilmuan. Ibarat pohon, ilmu diibaratkan sebagai buah (berupa prestasi, ijazah dan hasil kerja), ranting (karakter), batang (Cognitive affective and psychomotor “bloom”), serta akar (logika, hati dan iman).

“Tugas pemerintah adalah memperjuangkan tegaknya kebaikan, kebenaran, kejujuran, dan keadilan dalam pembangunan SDM. Pengembangan profesionalisme harus ditunjang oleh fasilitas, anggaran, kebijakan dan manajemen yang benar, transparan dan professional,” ucap Dedi Mulyasana.

Dalam tanggapannya, Prof. Dr. Robertus Wahyudi Triweko, Ph.D menegaskan empat pilar Pendidikan menurut UNESCO yang  kesamaan dengan nilai luhur budaya Sunda yaitu silih asah, silih asih, dan silih asuh.

Lebih jauh ia mengemukakan, dalam era baru pendidikan Indonesia, pembelajaran pertemuan tatap muka sangat penting karena pembentukan karakter akan terjadi. “Fungsi perpustakaan, bukan gudang buku melainkan prasarana pembelajaran dan kerja kelompok. Para guru harus berpegang pada nilai luhur budaya Sunda yang harus diimplementasikan terhadap proses pembelajaran,” katanya menguraikan.

Prof. Dr. Endang Caturwati, M.Si.  untuk membangun modal insani Jawa Barat yang bererspektif budaya maka harus diakhiri cara berpikir dan wacana prestasi akademik. Kemudian, melakukan rektualisasi pendidikan sebagaimana ditawarkan Ki Hadjar Dewantara sebagai tuntunan di dalam hidup dan tumbuh kembanganya anak. “Implementasikan hal ini sejak usia dini melalui konsep silih asih, silih asah, silih asuh seerta Pok Pek Prak (diucapkan, dipikirkan, dan dilakukan.) ***

 

     

 

Artikel ini telah dibaca 199 kali

Baca Lainnya

HIMAIF IWU Gelar Seminar “Perkembangan WEB: Tantangan dan Peluang di Era Digital”

10 Agustus 2024 - 22:15 WIB

Membersamai di 33 Tahun JNE, Kekuatan Perempuan Membagi Waktu pada Inovasi Lebih Pagi

31 Juli 2024 - 05:48 WIB

33 Tahun Hadir Menjadi Mitra, Pengiriman Perorangan Maupun Pelaku UMKM Jelas JNE Lebih Unggul

30 Juli 2024 - 18:47 WIB

Tim PKM FISIP Unpas Kenalkan Siswa SMA tentang Grafologi Sebagai Alat Analisis Karakter dan Potensi Diri

30 Juli 2024 - 06:20 WIB

IOM-ITB Turut Siapkan Generasi Emas

29 Juli 2024 - 00:12 WIB

Universitas Langlangbuana Wisuda 425 Lulusan

27 Juli 2024 - 16:07 WIB

Trending di Didaktika