SUKOHARJO (TUGUBANDUNG.ID) – Pakar Komunikasi dan Motivator Nasional Dr Aqua Dwipayana selama ini dikenal sebagai sosok yang sangat memuliakan guru. Juga sebagai motivator terkenal dengan honor mencapai Rp 70 juta untuk dua jam bicara dan penulis buku-buku super best seller.
Akan tetapi, berbeda dengan motivator terkenal lainnya, Dr Aqua yang sangat menghargai sosok guru di manapun, akan bersemangat menyampaikan Sharing Komunikasi dan Motivasi bahkan tanpa dibayar alias gratis. Malah biasanya bapak dua anak ini berbagi rezeki kepada para peserta.
Hal serupa dilakukannya saat bersilaturahim dengan Kepala Cabang Bank BTN Malang Surasta, belum lama ini. Dr Aqua langsung menawarkan diri untuk menyampaikan Sharing Komunikasi dan Motivasi kepada sekitar 17 guru yang mengajar Alquran di lembaga pendidikan Yayasan Al Hidayah di Dusun Baran Kulon, Desa Baran, Kecamatan Nguter, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. Hal itu sebagai bentuk apresiasi dan penghargaan tinggi untuk kalangan guru dan pendidik.
Kesiapan menyampaikan Sharing Komunikasi dan Motivasi tersebut disampaikan Dr Aqua kepada Surasta. Keduanya bertemu dalam dua kesempatan, yakni yang pertama di Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Malang pada Selasa (22/11/2022) sore dan di Kantor BTN Cabang Malang pada Rabu (23/11/2022) sore.
Pada pertemuan akrab keduanya, Dr Aqua kagum dan tertarik dengan aktivitas sosial keluarga besar Surasta. Ia dengan dukungan kuat sang ibunda, Hj Dini mendirikan Yayasan Al Hidayah serta membangun masjid dan lembaga pendidikan Alquran. Dr Aqua memberikan apresiasi atas hal tersebut.
Dr Aqua kemudian saling bertukar pesan WhatsApp (WA) untuk menggali informasi tentang aktivitas mulia tersebut. “Masya ALLAH… Mulia sekali yang dilakukan keluarga besar Bapak. Saya sangat terharu membacanya n ingin segera ketemu semua gurunya yang merupakan para pejuang agama n bangsa”, demikian pesan Dr Aqua.
“Semoga ALLAH SWT memudahkan semua niat baik keluarga besar Bapak. Aamiin ya robbal aalamiin..” doa tersebut disampaikan doktor Komunikasi lulusan Fakultas Ilmu Komuniikasi Universitas Padjadjaran tersebut dalam pesan WA-nya kepada Surasta.
Silaturahim ke orangtua
Sebagaimana sudah menjadi kebiasaan baik Dr Aqua yang senantiasa memberikan atensi tak hanya kepada sahabatnya, melainkan juga kepada orangtua (terutama ibunda) dari sahabat-sahabatnya tersebut. Saat silaturahim dengan Surasta, Dr Aqua berjanji akan berkunjung langsung bersilaturahim dan menemui ibunda Surasta, yakni Hj Dini (81 tahun).
“Insya Allah saya akan bersilaturahim dan berkunjung ke rumah ibunda Pak Surasta,” kata Dr Aqua.
Apa yang disampaikan bapak dari Alira Vania Putri Dwipayana itu bukan semata basa-basi. Ia memang sosok yang senang silaturahim ke orangtua teman-teman dan sudah menjadi kebiasaan baiknya ketika berkunjung ke sebuah kota atau daerah, selalu meluangkan waktu bersilaturahim kepada orangtua temannya. Meskipun teman dan sahabatnya tidak berada di kota tersebut.
Dalam masa empat hari keberadaannya di Kota Malang, Jatim, Senin sampai Kamis (21-24/11/2022) Dr Aqua juga menjalankan hal serupa dan semua dilakukannya dengan sanang hati dan penuh bahagia. Dirinya mengaku mendapat banyak pelajaran dan pengalaman berharga dari setiap kunjungan silaturahim ke kediaman orangtua sahabatnya.
Salah satunya saat Selasa (22/11/2022) pagi bersama dua teman akrabnya Arsyam Efendi dan Erwin Kustiman silaturahim ke Bobo Moelani. Dengan penuh semangat perempuan berusia 85 tahun itu memotivasi mereka.
“Bobo” adalah panggilan sayang putra dan putri sosok perempuan yang telah melahirkan dan membesarkan anak-anaknya dengan sukses. Salah satunya adalah sosok Soekeno, pengusaha sukses di Yogyakarta yang merupakan sahabat karib Dr Aqua Dwipayana.
“Selagi muda teruslah bekerja optimal. Jangan patah semangat. Raih semua cita-cita,” ujar Bobo Moelani yang sukses mendidik ketujuh anaknya, meski suami tercinta meninggal saat anak-anaknya masih kecil. Bobo Moelani nampak sangat bahagia mendapat kunjungan dari sahabat dekat putranya. Seolah yang hadir adalah putranya sendiri.
Untuk menghidupi ketujuh anaknya, Bobo Moelani sempat rela menjadi pembantu rumah tangga dan buat kue. “Terpenting halal,” tegasnya.
Salah satu hasilnya, anak keduanya Soekeno jadi pengusaha sukses di Yogyakarta. Punya dua mall besar (Jogja City Mall dan Sleman City Hall) serta banyak hotel berbintang. Juga mempekerjakan ribuan karyawan.
Demikian juga, dua sahabatnya yang mendampingi di Kota Malang, Arsyam Effendi dan Erwin Kustiman juga sama-sama merasakan betapa bahagianya ibunda masing-masing saat mendapat kunjungan dari sahabat anak mereka.
Hj Siti Nurbaidah (67), ibunda dari Erwin Kustiman, mantan Wapemred HU Pikiran Rakyat Bandung yang kini total menekuni pekerjaan sebagai dosen di FISIP Universitas Pasundan, tak pernah menyangka mendapat kunjungan dari Dr Aqua, beberapa waktu lalu.
Padahal, kediamannya terletak di kawasan Kopo Sayati Kabupaten Bandung yang dikenal sebagai kawasan macet dan membuat orang enggan untuk ke sana. Akan tetapi, Dr Aqua dengan bahagia dan sangat menikmati tetap memaksa Erwin untuk mengantarnya bersilaturahim dengan ibunda. Sampai saat ini, ibunda Erwin, Hj Siti Nurbaidah, selalu mengingat semua kebaikan Dr Aqua.
Rumah Alquran Al Hidayah
Dalam silaturahim itu, Dr Aqua juga menawarkan diri untuk menyampaikan Sharing Komunikasi dan Motivasi kepada sekitar 17 guru yang mengajar Alquran di lembaga pendidikan Yayasan Al Hidayah di Dusun Baran Kulon, Desa Baran, Kecamatan Nguter, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.
Motivator terkenal yang honor bicaranya di lingkungan BUMN dan perusahaan swasta mencapai Rp 70 juta/dua jam minimal tersebut seperti biasa tidak mau dibayar jika menyampaikan materi Sharing Komunikasi dan Motivasi di lingkungan sekolah atau kepada para guru. Hal itu sebagai bentuk apresiasi dan penghargaan tinggi untuk kalangan guru dan pendidik.
Masjid Al Hidayah dan Yayasan Al Hidayah dibangun dan terletak di Dusun Baran Kulon, Desa Baran, Kecamatan Nguter, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. Masjid tersebut dibangun sejak November 2015.
Masjid dibangun di atas lahan seluas 600 m2, bangunannya seluas 14 x 12 dan terdapat sekolah dengan luas bangunan kelas masing-masing 3 x 4 (2 kelas). Dana pembangunan berasal dari donasi keluarga, donatur dan sumbangan dari yayasan Timur Tengah (+/- 60%) dari total anggaran Rp 600 juta.
Pemberian nama Al Hidayah disertai dengan harapan seluruh yang melaksanakan ibadah di masjid diberikan dan mendapatkan hidayah.
Ayahanda Surasta adalah almarhum Hadi Suwarno yang telah wafat pada 1979. Ibundanya adalah Hj Dini yang saat ini berusia 81 tahun dan memiliki kebiasaan berbagi, dan suka berderma.
Pasangan Hadi Suwarno (alm.) dan Hj Dini dikaruniai enam orang anak yakni. Mujiatmi (wirausaha, material, toko mebel, transportasi, bahan-bahan cetak), Rumiyati (wirausaha, dagang), Supriyanto (pensiun BUMN), Suradi (direktur BUMN karya), Surasta (BUMN), dan Sartono (dosen, penulis buku, konsultan pajak).
Saat ini sudah dibentuk Yayasan Al Hidayah Baran dan ke depan berencana mengembangkan sekolah Quran yg bisa mencetak generasi-generasi qurani, dan mewujudkan masjid yang bisa mandiri, karena para jemaahnya makmur ekonomi, memberikan kemaslahatan untuk jemaahnya.
Latar belakang dibangunnya sekolah adalah keprihatinan keluarga karena terdapat kesenjangan Dusun Baran Kulon (tempat di mana masjid Al Hidayah berdiri) dalam menghasilkan generasi-generasi yang mau ke masjid, apalagi mau belajar Quran.
“Adanya niat ibunda kami, Hj Dini untuk mengajak anak-anaknya membeli tanah untuk dibangun masjid, hingga akhirnya membeli tanah yang kebetulan dapat di depan rumah. Sampai dengan pembangunan masjid dan membangum dua kelas untuk sekolah mengaji. Kegiatannya setiap Sabtu dan Minggu. Saat ini sebanyak 17 orang guru yang mengajar,” ungkap Surasta.
Seiring dengan berkembangnya waktu, lanjut Surasta, sejak diresmikan masjid pada 2 April 2017 hingga sekarang sudah menjadi bagian syiar agama. “Saat ini menjadi tempat belajar Alquran, yaitu Rumah Quran Al Hidayah. Yang telah berjalan beberapa tahun ini siswa tidak dipungut biaya, baru tahun ini dikenakan biaya Rp 30 ribu setahun. Biaya operasional termasuk gaji guru dari keluarga dan donatur,” katanya menguraikan.
Ia melanjutkan sekolah tersebut sebetulnya bukan milik keluarga. “Walaupun tanah dan pembangunan sudah kami hibahkan/wakafkan dan kami sekeluarga tidak ada masuk ke yayasan. Namun kami keluarga masih memantau dan ikut memonitor perkembangan dan donasi,” pungkas Surasta.***