Oleh Widodo Asmowiyoto*
DUNIA bisa berubah karena berawal dari sebuah gagasan. Menjadi lebih bersejarah lagi ketika ide itu diwujudkan dengan dilandasi tujuan yang mulia dan agamis. Dalam ajaran Islam bisa juga disebut sebagai tujuan dakwah. Menjadi lebih kuat dan mantap ketika ide dan langkah nyata atau perwujudan itu didahului dengan istikharah. Mohon petunjuk kepada Tuhan Yang Mahakuasa, Allah Swt.
Kurang lebih seperti itulah laku, langkah, dan kiprah yang dilakukan oleh almarhum Kiai Haji Subhan Mubarok, seorang tokoh agama Islam di Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Bertempat tinggal di pantai utara Pulau Jawa yang terkenal dengan wilayah dakwah walisongo, KH Subhan pada akhirnya tergerak hatinya untuk mengubah sebuah area gua yang kotor, tidak terawat, menjadi lokasi sebuah tempat ibadah.
Padahal gua di lahan yang tandus dan diwarnai semak belukar itu oleh Pemerintah Kabupaten Tuban telah telanjur dijadikan tempat pembuangan sampah. Bahkan tidak tanggung-tanggung sudah berlangsung 15 tahun.
Namun pada tahun 2002, tepatnya pada 10 Muharam 1423 H, KH Subhan dengan didukung sejumlah kiai dan habib dari beberapa daerah di Jawa Timur, secara resmi mulai mengubah peruntukan gua tersebut.
Dengan didukung pula sejumlah santri, KH Subhan Mubarok mengadakan kerja bakti. Mereka bekerja keras dan bersusah payah membersihkan gua dan area sekitarnya. Butuh waktu sekitar 18 bulan, pada akhirnya gua tersebut dapat ditempati dan di sana dibangun pesantren dan masjid. Pesantren diberi nama Pesantren Perut Bumi Al-Magribi, sedangkan masjid diberi nama Masjid Aschabul Kahfi.
Menurut kalangan akademisi yang melakukan penelitian, ide dan langkah kreatif KH Subhan itu tidak melibatkan arsitek dari mana pun. Almarhum membuat desain sendiri dan mengarahkan para tukang bangunan. Padahal bangunan masjid yang berada 20 meter di dalam tanah itu menggunakan pilar-pilar berlapis marmer yang ukuran lingkarnya lumayan besar.
Untuk menghindari kemungkinan terjadi runtuh, ukuran ruangan-ruangan untuk salat dan pengajian itu selain disangga pilar-pilar dimaksud juga disekat-sekat dengan “pagar” atau bangunan berukir serta kaligrafi.
Wisata religi
Masjid Aschabul Kahfi ini dalam perkembangan selanjutnya memang menjadi salah satu daerah tujuan wisata religi di Tuban khususnya dan Jawa Timur pada umumnya. Berada di Dusun Wire, Kelurahan Gedongombo, Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban, area pesantren dan masjid yang keseluruhannya sekitar 3 ha ini dilengkapi dengan area parkir kendaraan bermotor yang cukup luas.
Pada hari Minggu 7 Agustus 2022 lalu saat TugaBandung.id mengunjungi area wisata ini, terlihat beberapa bus dan mobil yang membawa rombongan wisatawan sedang memasuki area parkir.
Mereka kemudian masuk melalui lorong yang berukuran relatif sempit yang berada di tepi jalan raya. Lorong itu kemudian menurun dan agak berliku-liku. Bagi pengunjung yang datang tidak bertepatan dengan jadwal salat fardu bisa melakukan salat sunah tahiyatul masjid. Salah satu ruangan masjid dapat menampung puluhan jamaah.
Selain diterangi dengan lampu-lampu listrik, ada juga penerangan sinar matahari yang masuk dari sedikit area yang terbuka dan punya akses langsung ke udara terbuka di luar gua. Area sempit dan terbuka itu juga ditumbuhi pepohonan yang cabang, ranting serta daun-daunnya dapat memperoleh sinar matahari. Dengan demikian udara di dalam ruangan masjid bawah tanah itu tidak pengap.
Di area masjid ini juga terdapat miniatur bangunan kakbah dan terdapat pula makam. Karena itu di beberapa lokasi dipasang papan peringatan agar para pengunjung berlaku sopan, tidak berisik, apalagi bersuara keras.
Seperti umumnya daerah tujan wisata, di dekat jalan masuk tersedia banyak warung makan, kios souvenir, dan toilet. Yang agak mengagetkan bagi sementara pengunjung, adalah tersedianya kios-kios souvenir di area menjelang keluar dan masih bagian dari gua ini. Di bagian agak luar lagi –dan terbuka— tersedia sejumlah warung minum atau warung makan.
Bukan satu-satunya
Masjid Aschabul Kahfi ini meskipun langka tetapi bukan satu-satunya masjid di bawah tanah atau perut bumi di Indonesia. Masjid Baabul Munawwar merupakan sebuah masih di bawah tanah yang bahkan dibangun 1.760 meter di bawah permukaan tanah. Masjid ini berada di kawasan pertambangan PT Freeport, Papua yang dapat menampung 250 jamaah. (m.brilio.net)
Masjid Baabul Munawwar diresmikan pada Juni 2016 lalu sebagai fasilitas bagi para pekerja tambang agar dapat melaksanakan salat lima waktu di tempat mereka bekerja. Untuk memenuhi kebutuhan udara bawah tanah, masjid ini dilengkapi alat teknologi sirkulasi udara. Masjid Baabul Munawwar memegang rekor MURI sebagai masjid terdalam di Indonesia.
Di Yogyakarta ada Masjid Sumur Gumuling di kompleks wisata Tamansari. Masjid ini terbilang unik, selain dibangun di bawah tanah, juga dikelilingi bangunan melingkar yang berfungsi sebagai benteng pertahanan. Masjid ini tidak mempunyai atap dan dibiarkan terbuka.
Masjid Sumur Gumuling merupakan peninggalan Sri Sultan Hamengku Buwono I yang didirikan pada 1765. Sejak 1812, bangunan masjid sudah tidak difungsikan lagi menyusul dibangunnya Masjid Gedhe Kauman yang tidak jauh dari lokasi Masjid Sumur Gumuling.
Masjid Goa Mohammad berada di bawah bangunan Masjid Agung Wisnu Manunggal di Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Untuk memasuki bagian dalam Masjid Goa Muhammad, jamaah harus melewati sebuah gapura yang memiliki tangga menuju area bawah tanah. Tangga tersebut melewati sebuah lorong sempit menuju kedalaman 7 meter di bawah tanah.
Masjid Goa Muhammad sering dimanfaatkan para jamaah untuk menenangkan diri. Sebab, kondisi di bawah tanah sangat tenang dan tidak terdengar suara apa pun. ***
*Penulis Dewan Redaksi TuguBandung.id