MALANG (TUGUBANDUNG.ID) – Salah satu cerita paling menyedihkan di Tragedi Kanjuruhan. Bagaimana seorang bapak, harus kehilangan dua anak dan satu istri sekaligus. Berikut reportasenya.
”Halo,” begitulah suara Andik Harianto, 36 tahun, warga Sukolilo, Wajak, Kabupaten Malang, menyapa tiga orang anaknya dan satu istrinya, dalam sebuah video yang dia rekam di Stadion Kanjuruhan, Sabtu (1/10/2022).
Ketika itu, suasana Kanjuruhan masih aman. Video itu adalah video terakhir yang dia rekam bersama keluarganya. Selanjutnya, sebagaimana kita semua tahu, tragedi terjadi menyebabkan sedikitnya 131 warga meninggal dunia. Tragedi ini terjadi usai Arema FC kalah 2-3 dari Persebaya Surabaya.
Andik salah satu orang yang begitu banyak kehilangan keluarga dalam tragedi yang mencekam itu. Dia kehilangan istrinya yakni Debi Asta Putri Purwoko, 34 tahun, dan dua anaknya yakni Natasya Deby Ramadhani, 16 tahun, siswa SMKN 1 Malang, dan Naila Deby Anggraini,13, siswa SMPN 2 Krebet, Kabupaten Malang.
Ditemui di rumahnya dengan suasana duka yang mendalam, Rabu (5/10/2022), Andik Harianto bercerita awal mula dia menghadapi kejadian mencekam itu.
Dari Wajak, dia berangkat telat ke Kanjuruhan yakni sekitar 18.30 WIB. Dia menggunakan dua sepeda motor. Ketika tiba di Stadion Kanjuruhan, laga sudah mulai sekitar sepuluh menit.
Dia masuk melalui gate 13. Keadaan aman hingga laga usai. Baru sekitar 15 menit setelah laga usai, sitausi mulai tidak terkendali. Gas air mata ditembakan oleh aparat ke tribun gate 13.
Karena kalut, istrinya menyerahkan anaknya yang masih berusia dua tahun yakni Gean Putra Harianto. Dia menyelamatkan diri. ”Saya lempar anak saya yang berumur dua tahun itu, ke bawah, dan ditangkap teman saya,” katanya.
Dia melempar anaknya itu dari tribun penonton ke bawah, ke area lapangan. Tingginya sekitar tiga meter. Baru setelah itu, dia yang turun, dengan berdesak-desakan dengan suporter lain.
Di bawah, dia menyaksikan gas air mata ditembakan, dan baku hantam antara suporter dan petugas. Dia sebisa mungkin menyelamatkan diri. Dia akhirnya lolos dari maut tersebut dengan mengamankan diri di daerah musala atau di bawah tribun VIP Kanjuruhan.
”Anak saya nangis terus karena kena gas air mata,” kata pria yang sehari-hari bertani itu.
”Saya juga kena gas air mata, perih sekali rasanya,” imbuhnya.
Ketika itu, keadaan sudah kacau sehingga tidak lagi bisa menyelamatkan istri dan dua orang anaknya yang belakangan ditemukan meninggal dunia. ”Waktu itu istri saya ngasih anak paling kecil ke saya, setelah itu tidak ingat lagi,” katanya.
Usai peristiwa, dia shock bukan main. Dia mendapati dua anaknya yakni Naila dan Natasya sudah tidak bernyawa. ”Sudah tidak bernyawa, saya temukan di lantai VIP di Kanjuruhan,” katanya.
Sedangkan istrinya, Debi Asta Putri Purwoko, dia temukan di RS Wafa Husada. Usai kejadian, ketiganya dimakamkan dengan lokasi berdekatan. ”Saya berharap keadilan bisa ditegakkan dalam kejadian ini,” pungkasnya.
Kini, di rumah sederhananya, Andik hanya tinggal dengan anaknya yang baru berumur dua tahun yakni Gean Putra Harianto. ”Semoga kejadian ini menjadi pelajaran kita semua,” pungkasnya. (Irham Thoriq/Herlianto – Tugu Malang)***