KOTA TASIKMALAYA, (TUGU BANDUNG.ID). – Seribuan Kelompok Wanita Tani (KWT) Kota Tasikmalaya diajak untuk melakukan penanaman beberapa komoditas untuk pemenuhan kebutuhan pokok rumah tangga, agar tidak terlalu ketergantung membeli di pasar.
Sebagai upaya menjaga kestabilan harga adalah memastikan pasokan tersedia untuk masyarakat dan mengelola permintaan masyarakat agar tidak mempengaruhi ketersediaan pasokan di pasar.
Pj Walikota Tasikmalaya Cheka Virgowansyah mengatakan, upaya untuk mengendalikan inflasi di Kota Tasikmalaya, pihaknya menggandeng Bank Indonesia untuk mengendalikan inflasi tersebut dengan pemberdayaan urban farming. Sebab Kota Tasikmalaya tidak memiliki area yang laus untuk dijadikan lokasi pertanian atau klaster-klaster untuk pertanian.
Untuk itu TPID Kota Tasikmalaya menginovasikan program Urban Farming di Kota Tasikmalaya. “Pada momentum strategis mengundang 1.000 petani KWT/Poktan untuk mendokumentasikan 1.000 tanaman pangan Cabai dan Bawang Merah, dalam rangka peluncuran Setaman Cinta (Sejuta Tanaman Pangan Cegah Inflasi Kota Tasikmalaya) di Bale Kota Tasikmalaya, Senin (17/72023).
Kata Cheka, konsep urban farming ini juga akan terintegrasi dengan sistem aplikasi. Sehingga terpantau hasil panennya. Selain itu guna menampung hasil karya KWT tersebut, pihaknya bekerjasama dengan koperasi pemasaran pedagang Pasar Cikurubuk.
“Nanti kita kelompokan per kecamatan satu komoditi, contohnya di Kecamatan Indihiang kita alokasin cabai, Kawalu dan Cibeureum bawang. Nanti hasil panennya bisa dipasarkan melalui Koperasi Pemasaran Pedagang Pasar Cikurubuk. Atau minimal untuk memenuhi kebutuhan sendiri,” katanya.
Pada kesempatan itu, Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ullum mengatakan, pihaknya ikut mendorong dalam menekan angka inflasi di wilayah Jawa Barat pada khsusunya di wilayah Tasikmalaya. Dengan adanya kelompok tani wanita yang menggalakan urban farming salah satunya bisa menekan inflasi. Sebuah penanganan inflasi dari hulu hingga ke hilir.
“Dengan terpenuhinya kebutuhan pangan yang ada di sini inflasi bisa dicegah. Dan kebutuhan pangan dapat terpenuhi dari wilayah sendiri. Tinggal gayung bersambut dari masyarakatnya. KTNA, KWT dan Gapoktan dimanjakan. Modal benihnya dikasih, pendidikannya juga. Hasilnya sudah ada yang siap menerima,” ujarnya.
Ia berharap inovasi yang baik dan segar ini dapat diikuti kepala daerah lainnya di Jabar. Karena juaranya Jabar, karena kabupaten dan kotanya juara.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Tasikmalaya Aswin Kosotali mengatakan, berdasarkan data BPS periode Juni 2023, Inflasi Kota Tasikmalaya sebagai sistercity Priangan Timur telah berangsur-angsur menurun pada angka 3,87% (yoy) atau 0,04% (mtm). Hal ini merupakan prestasi atas upaya pengendalian inflasi sinergi seluruh stakeholder Pemerintah Daerah, Bank Indonesia, Instansi Vertikal dan Swasta.
Prestasi tersebut perlu dipertahankan agar kepastian daya beli masyarakat dan kesejahteraan masyarakat pada kondisi yang optimal. Karena Inflasi yang rendah dan stabil merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan yang pada akhirnya memberikan manfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Pentingnya pengendalian inflasi didasarkan pada pertimbangan bahwa inflasi yang tinggi dan tidak stabil memberikan dampak negatif kepada kondisi sosial ekonomi masyarakat.
“Peluncuran program Setaman Cinta searah dengan implementasi Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di Kota Tasikmalaya, mengajak keterlibatan masyarakat yang berkelompok dalam organisasi KWT/Poktan untuk mengoptimalkan penanaman pangan di pekarangannya masing-masing,” katanya.
Berdasarkan kawasan dengan komoditas Aneka Cabai dan Bawang Merah sehingga sentralisasi komoditas mempermudah pembinaan dan pengumpulan hasil panen.
Pada kesempatan tersebut pula diperkenalkan antar muka aplikasi Setaman Cinta yang ditujukan untuk monitoring perkembangan tanaman pangan dalam rangka memfasilitasi informasi ketersediaan pangan dan kesiapan panen komoditas pangan yang dikembangkan KWT/Poktan di Kota Tasikmalaya.
“Bank Indonesia Tasikmalaya mendorong nilai tambah program tersebut dalam hal terdapat kelebihan hasil panen dengan komitmen penyerapan/offtaker oleh pasar secara offline maupun online melalui Koperasi Pemasaran Pedagang Pasar Cikurubuk,” ungkapnya.
Selanjutnya mengoptimalkan replikasi penggunaan Pupuk MOL (Mikro Organisme Lokal) untuk pertanian padi dan hortikultura yang telah dikembangkan pada Klaster Padi Parikesit, Pamarican, Ciamis dalam rangka meminimalisir dampak tingginya harga pupuk dan mengurangi ketergantungan terhadap pupuk bersubsidi.
Selain itu dalam rangka tindak lanjut program tersebut akan dilakukan pendampingan peningkatan kapasitas optimalisasi budidaya vertikultur Organic Tower Garden (OTG) untuk optimalisasi lahan sempit untuk budidaya tanaman pangan, peningkatan kapasitas pasca panen melalui olahan pangan dan pemasaran yang diperluas dengan dukungan pembayaran QRIS TTM (Tanpa Tatap Muka).
“Sehingga kedepan kapasitas KWT/Poktan meningkat termasuk dalam publikasi melalui media sosial dan menjadi Petani Juara dan Tangguh (Pejuang) Setaman Cinta, agar dapat memotivasi dan menginspirasi masyarakat Kota Tasikmalaya dengan mengoptimalkan tanaman pangan di pekarangan,” ucapnya.
Selanjutnya diharapkan inisiasi program TPID Kota Tasikmalaya Setaman Cinta dapat menjadi pemancing program inovatif lainnya dalam pengendalian inflasi Kota Tasikmalaya untuk mencapai target pengendalian inflasi sesuai target nasional yaitu 3±1% pada akhir tahun 2023 dan memastikan pencapaian pertumbuhan ekonomi kedepan dapat menjadi penambah nilai kesejahteraan masyarakat pada tahun 2023. (ERW).***