MENUNGGU merupakan pekerjaan yang membosankan. Apalagi jika menunggu itu harus dalam waktu sangat lama. Bagi masyarakat yang sedang bepergian jauh, menunggu kendaraan angkutan umum yang sedang mengalami keterlambatan (delay) bahkan bisa membuat perasaan gelisah.
Bagi jajaran manajemen PT Kereta Api Indonesia (KAI) yang dalam beberapa dekade terakhir telah memperbaiki kinerjanya, mengisi tempo menunggu bagi para calon penumpang memperoleh perhatian yang maksimal. Tidak lagi seperti tempo dulu yang membiarkan para pedagang asongan dan pengamen dengan mudah memasuki area stasiun bahkan ke dalam gerbong-gerbong penumpang.
Tentu dalam konteks perbaikan pelayanan bagi para calon penumpang itulah yang dalam tahun-tahun terakhir membuat manajemen PT KAI bebenah. Penampilan fisik stasiun direnovasi, kecuali bagi bagian-bagian bangunan cagar budayanya yang dilarang untuk diubah.
Baru-baru ini, saat penulis naik kereta api Bandung-Surabaya (pergi pulang), adanya perbaikan pelayanan itu sangat terasa baik di Stasiun Bandung maupun di Stasiun Pasar Turi dan Stasiun Gubeng. Karena itu pantas jika kalangan pakar manajemen menilai PT KAI merupakan BUMN (Badan Usaha Milik Negara) yang relatif paling sukses menerapkan manajemen modern berbasis teknologi digital.
Salah satu contoh yang banyak orang juga sudah tahu, yakni pelayanan tiket tidak lagi secara manual. Di dalam kereta yang sedang berjalan, para kondektur tidak lagi membangunkan para penumpang yang sedang terlelap tidur hanya karena ingin menanyakan tiket. Mereka cukup menggunakan telepon cerdas (smartphone) untuk membuktikan (tiket) kehadiran penumpang sesuai dengan nomor tempat duduk yang dipilihnya.
Menjelang tiba di stasiun-stasiun tempat tujuan, awak kereta rutin mengingatkan para penumpang yang akan turun agar menunggu kereta berhenti secara sempurna. Juga diingatkan agar para penumpang tidak sampai ketinggalan barang bawaannya. Dengan rendah hati mereka berharap agar para penumpang lain kali bisa naik KA lagi.
Menghadirkan awak band
Di Stasiun Gubeng, yang merupakan stasiun terbesar di Jawa Timur, terasa bahwa manajemen PT KAI sangat memperhatikan kebutuhan para calon penumpang saat menunggu keberangkatan kereta. Apalagi setiap hari tercatat belasan ribu warga masyarakat menggunakan jasa angkutan KA melalui stasiun di jantung Kota Pahlawan itu.
Sebagai bukti, sejak hampir setahun lalu PT KAI Daerah Operasional (Daop) 8 bekerja sama dengan komunitas musik jaz yang diketuai oleh Indah Kurnia, Surabaya Entertainer Club, menghadirkan hiburan di Stasiun Gubeng menggunakan konsep panggung berjalan atau SECaravan.
“Grup band Victor & Friends menghibur para pelanggan KA di Stasiun Surabaya Gubeng selama dua jam,” kata Manajer Humas PT KAI Daop 8 Surabaya, Luqman Arif melalui siaran persnya. (AntaraJatim, Sabtu, 22/10/2022)
Menurut Luqman, PT KAI melayani masyarakat di semua lapisan termasuk masyarakat yang menjadi penikmat musik, sekaligus sebagai bentuk apresiasi para pelaku seni musik khususnya jaz.
Selain itu, pelanggan juga berkesempatan untuk mendapatkan berbagai hadiah menarik karena ada permainan ringan.
“KAI senantiasa menghadirkan suasana yang baru untuk memanjakan masyarakat pengguna kereta api. Kali ini, kami mengajak anda pemain maupun penikmat musik jaz untuk meramaikan event Jazzy Station ini,” ujar Luqman.
Luqman mengatakan acara musik jaz tersebut merupakan upaya KAI untuk semakin berbaur dengan semua kalangan masyarakat sehingga angkutan kereta api menjadi moda transportasi favorit bagi masyarakat.
“Suasana baru untuk memanjakan masyarakat pengguna kereta api, musik jaz dengan konsep SECaravan yang fleksibel, minimalis, serta tidak mengganggu alur pelayanan pelanggan KA,” katanya.
Saat pulang ke Bandung naik KA Mutiara Selatan, Senin 7 Agustus 2023 lalu, kebetulan keberangkatan penulis tidak bersamaan dengan jadwal manggung awak musik jaz SECaravan itu. Tapi di bagian ruang tunggu keberangkatan Stasiun Gubeng, sedang “pentas” Band (non-jaz) The Locomotive.
Roy (66 tahun), salah satu awak band, mengatakan dia bersama tiga awak band lainnya secara rutin (setiap hari) hadir di Stasiun Gubeng untuk menghibur para calon penumpang kereta api.
“Kami di sini hadir sejak pagi hingga malam dengan empat kali istirahat. Kami berterima kasih diberi tempat oleh KAI Daop 8 dan kami tidak dibayar oleh manajemen. Sepenuhnya kami mengandalkan pemasukan dari donasi para calon penumpang,” tutur Roy yang mempunyai beberapa anak kembar itu.
Roy mengaku pihaknya tidak mengejar target pemasukan. “Kami kan sudah tua. Terpenting mengisi waktu dengan kegiatan yang menghibur masyarakat, terutama para penumpang kereta api,” ujarnya. (Widodo A, TuduBandung.id)***