TASIKMALAYA, (TUGU BANDUNG).- Ratusan santri Kelas 4 Pondok Pesantren Al-Furqon, Singaparna, Tasikmalaya, diajak mengenal budaya tutur yang baik. Pada ajang Intercultural Workshop Through Story Telling.
Sebagai ajang promosi budaya dua negara itu disambut para santri dengan antusias. Terlebih pemateri langsung oleh Agniezka Jankiewicz pendidik seni dari Polandia.
Koordinator Intercultural Workshop Through Story Telling M. Tegar Pratama mengatakan, Intercultural Workshop Through Story Telling adalah lokakarya yang diprakasai oleh Agniezka dan Wayang Plastik (Bandung) dalam rangkaian acara Language Exhibition Al-Furqon.
Workshop yang diselenggarakan, Sabtu 25 Februari 2023 ini, bertunjuan untuk mengenalkan budaya Polandia dan Indonesia melalui kisah-kisah dongeng dan juga pewayangan.
Sebanyak 500 santri ikut dalam agenda tahunan tersebut. Selain menjadi ajang promosi kedua budaya, kata Tegar, lokakarya ini juga menjadi ajang mempromosikan kembali budaya tutur yang ada di Indonesia kepada anak-anak muda.
“Workshop ini dibagi menjadi dua sesi yaitu sesi yang dipandu oleh Agniezka dan juga sesi yang dipandu oleh komunitas Wayang Plastik,” katanya, Sabtu (4/3/2023).
Dalam sesi yang dipandu oleh Agniezka Jankiewicz, ia mencoba mengajak santri untuk membuat cerita berdasarkan Legends (dongeng) dari Polandia.
Pada workshop tersebut, pertama-tama ia memperkenalkan terlebih dahulu tentang Polandia dan perbedaan dan kesamaannya dengan Indonesia.
Kemudian, setelah itu ia mengajak santri-santri yang hadir disana untuk bersama-sama merangkai cerita yang rangkanya terbuat dari kisah dongeng asal Polandia.
Setelah cerita itu selesai, ia mencoba menceritakan kembali kisah tersebut. Kemudian, dilanjut kembali Agniezka memberikan materinya, lokakarya lalu masuk sesi berikutnya yakni Wayang Plastik.
Dalam sesi lokakarya tersebut, katabTegar, wayang plastik mempresentasikan terlebih dahulu tentang bagaimana para pegiat bekerja dengan plastik, tentang kenapa mereka memilih wayang sebagai medium, juga tentang kegiatan apa saja yang telah mereka kerjakan.
Setelah itu, lanjut Tegar, mereka memberikan ilustrasi tentang bagaimana membuat wayang dari lempengan platik yang di setrika. Mereka mempersilahkan beberapa santri untuk mencoba membuat wayang mereka sendiri.
Lokakarya pun diakhiri dengan terciptanya beberapa wayang yang dibuat oleh beberapa santri.
“Tentu saja, selain mengenalkan wayang, mereka juga memperkenalkan tentang bagaimana sampah yang awalnya selalu berserakan di sekitar santri-santri, bisa menjadi sesuatu yang memiliki nilai-nilai artistic dan valuable,” pungkasnya.
Ditambahkan Tegar, Language Exhibition merupakan acara kebahasaan tahunan yang disenggalarakan oleh santri kelas 4 atau setara kelas 1 SMA, pondok pesantren Al-Furqon.
“Agenda ini bertujuan untuk mengasah kemampuan kebahasaan santri juga memberikan motivasi bagi santri lainnya untuk terus mengasah bahasa mereka,” katanya.
Selain itu, dalam rangkauan acara ini juga memiliki beberapa kegiatan diantaranya, perlombaan-perlombaan bahasa seperti Speech contest, story telling, Karya Ilmiah Remaja, dan serangkaian workshop serta talksow.***