MUSIM kemarau, Minggu 18 Juni 2023. Tidak turun hujan, tidak pula berkabut. Udara lumayan cerah. Selepas Subuh, berangkat dari pinggiran selatan Kota Bandung, kami sengaja menuju ke perkebunan teh di wilayah Pangalengan, Kabupaten Bandung.
Menempuh jarak tidak sampai 40 kilometer selama sekitar sejam perjalanan, kami sudah sampai di kota Kecamatan Pangalengan. Berhenti sejenak untuk sarapan, kemudian kami meneruskan perjalanan ke obyek wisata Nimo Highland pada ketinggian lebih kurang 1.400 meter dari permukaan laut.
Semakin siang udara semakin cerah. Dari ketinggian di area perkebunan teh itu kami –dan juga umumnya para wisatawan—menyaksikan betapa indahnya pemandangan permukiman penduduk dan juga hamparan kebun teh di perbukitan yang lebih rendah. Sungguh indah dan mengagumkan.
Tiba-tiba terlintas di benak, pantas dulu penjajah Belanda kerasan tinggal di Indonesia, termasuk di wilayah Bandung. Indonesia tidak saja kaya akan sumber daya alam, tetapi juga pemandangannya sangat indah.
Seperti tercatat dalam sejarah, betapa Karel Albert Rudolf Bosscha terpikat untuk membuka perkebunan teh di Pangalengan. Bosscha datang ke Indonesia tahun 1887. Selang beberapa tahun kemudian, tepatnya tahun 1896, Bosscha mulai menapaki tanah Pangalengan.
Melalui tangannya, pria asal Belanda itu mengelola perkebunan teh yang kini bernama perkebunan Malabar. Hasil pengelolaan Bosscha bisa dirasakan hingga saat ini oleh masyarakat. Pemandangan indah hamparan perkebunan teh dan hasilnya masih bisa dirasakan masyarakat sekitar. (detikjabar, Minggu, 5/2/2023)
“Dulu Pak Bosscha datang ke sini pas kondisinya masih hutan belantara. Kalau kata orang Sunda mah leuweung geuleudeugan,” ujar Abah Caca, salah satu penjaga makam Bosscha.
Bisnis wisata keindahan
Selain bisnis komoditas teh yang dikelolanya, belakangan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) membaca peluang untuk juga membisniskan keindahan alam dan kebun yang dimiliknya bersama pihak perusahaan swasta. Karena itu belakangan mucnul gagasan membuka obyek wisata baru Nimo Highland Pangalengan.
Nimo Highland merupakan singkatan dari Nini Mountain, karena lokasi obyek wisata ini berada di Gunung Nini, tepatnya pada ketingian 1.400 dpl. Atau lokasiya berada di Desa Banjarsari, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung.
Kawasan wisata Nimo Highland terbagi menjadi dua bagian area yakni atas dan bawah. Area atas menawarkan aktivitas menyaksikan pemandangan indah dan area sawah untuk menikmati berbagai wahana permainan di sini. Sejak dibukanya medio 2022 lalu Nimo Highland langsung mendapat antusias tinggi dari para wisatawan baik lokal Bandung maupun dari luar Bandung.
Tersedia pula beberapa sudut kawasan yang bisa dijadikan spot untuk berfoto. Yang menarik, juga terdapat tempat penyewaaan kostum ala Eropa agar foto terlebih cantik. Tempat wisata yang relatif baru ini memang memiliki konsep ada Santorini di Yunani, yakni sebuah jembatan kaca (sky bridge) yang bagi sebagian anak belum tentu berani berfoto di atasnya.
Di area bawah, pengunjung bisa menjumpai fasilitas tempat makan-minum dan berbagai fasilitas umum seperti toilet dan musala. Selain itu juga wahana permainan seru dan menarik bersama anak dan keluarga seperti berkuda, paralayang, paramotor, camping ground, dan paket menyaksikan saat-saat matahari terbit dan terbenam, sunrise dan sunset. (Dian Mardiana, wisatadibandung.info)
Satu lagi keunikan di obyek wisata ini adalah bangunan kubah yang dulu dipakai Bosscha untuk memantau para petani di kebun teh. Kubah itu tidak dirobohkan, bahkan dipercantik sehingga tampak lebih cantik dan menarik.
Saat kami berkunjung, sangat disayangkan fasilitas toilet di area bawah, baik untuk laki-laki maupun perempuan –masing-masing tujuh pintu– dalam keadaan rusak. Semua pintu tidak bisa dikunci secara benar sehingga sering terbuka sendiri dan membuat malu bagi pengunjung yang sedang punya hajat.
Juga tidak tersedia hanger atau tempat menggantungkan pakaian secara layak di sebagian toilet itu. Kondisi ini tampaknya sepele, tetapi pada hakikatnya sangat mendasar bagi keperluan para wisatawan yang notabene merupakan musafir. Kesan menyenangan piknik di obek wisata yang menjual keindahan ini pun menjadi berkurang. (Widodo A, TuguBandung.id)***