KOTA BANDUNG, (TUGUBANDUNG.ID) – Pembenahan semua aspek yang menjadi faktor akomodatif bagi penyelenggaraan pendidikan inklusif menjadi kunci mewujudkan tujuan idealnya. Hal ini meyangkut peningkatan kompetensi sumber daya manusia (SDM) serta sarana dan prasarana karena kalau dari sisi regulasi sudah cukup memadai.
Demikian pernyataan Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Prof Dr Endang Rochadi, MPd pada Gelar Wicara (Talkshow) “ Inklusifitas Pendidikan dan Teknologi Asistif” di Simpul Space, Indonesia Creative Cities Network (ICCN) Jl. Braga 3 Kota Bandung, Sabtu 29 Oktober 2022. Kegiatan tersebut menjadi rangkaian dari event bertajuk “Kolaborasi untuk Kemajuan Indonesia” sekaligus sebagai bagian dari peringatan Hari Sumpah Pemuda.
Narasumber lain pada gelar wicara yang diselenggarakan Pusat Kajian dan Pengembangan Pendidikan, Humaniora, Sains, dan Teknologi Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (Dikhumsaintek LPPM) Universitas Pendidikan Indonesia bekerja sama dengan Forum Peneliti Muda Indonesia (ForMIND) itu adalah dr Viramitha Kusnandi, SpA, MKes, seorang dokter spesialis anak. Kepala Pusat Kajian Dikhumsaintek sekaligus salah seorang founder dari ForMIND Prof Topik Hidayat, MSi, PhD juga hadir pada acara.
“Sebetulnya pendidikan inklusif itu bukan sekadar menyangkut penyandang disabilitas, tapi untuk semua anak tanpa ada kecuali. Pendidikan inklusif ada untuk menghilangkan diskriminasi. Pendidikan inklusif harus bisa mengakomodasi semua. Filosofi inilah yang harus dipahami dan disadari semua pemangku kepentingan,” ungkap Endang Rochadi.
Untuk itu, Endang memandang bahwa akomodasi terhadap pendidikan inklusif itu juga harus terus dibenahi. “Jadi, hal-hal yang penting dalam pendidikan inklusif adalah bagaimana peningkatan-peningkatan kompetensi SDM dan juga sarana prasarana karena kalau regulasi, itu sudah cukup banyak,” ujarnya.
Ia mengingatkan banyak pihak untuk memahami benr filosofi pendidikan inklusif. Pendidikan inklusif merupakan cerminan pendidikan yang mewakili kehidupan nyata dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.
“Inklusi adalah filosofi di mana secara bersama-sama tiap-tiap warga sekolah yaitu masyarakat, kepala sekolah, guru dan, pengurus yayasan, petugas administrasi sekolah, para siswa, dan orang tua menyadari tanggung jawab bersama dalam mendidik semua siswa sedemikian sehingga mereka berkembang secara optimal sesuai potensi mereka,” ujar Endang Rochadi menguraikan.
Isu humaniora
Sementara itu Topik Hidayat mengungkapkan kegiatan dilaksanakan setiap tahun di tanggal berdirinya ForMIND, 28 Oktober,” katanya.
Setelah sembilan tahun berdiri, ini merupakan kali pertama ForMIND mengangkat isu humaniora. “Tahun-tahun sebelumnya itu saintek, cuma sekarang kita masuk ke humanioranya,” ujar Topik.
Menurutnya, kegiatan yang mengangkat isu inklusifitas masih jarang dijumpai, sehingga talkshow ini diharap mampu menyadarkan masyarakat akan pentingnya akses yang inklusif. “Ke depan, teman-teman kita yang disabilitas, aksesnya, setara dengan yang normal,” harap Guru Besar Fakultas Pendidikan MIPA UPI tersebut.
Melalui kegiatan ini, pihaknya ingin mengajak pula agarberbagai pihak dapat berkolaborasi untuk meningkatkan kesadaran, empati, penerimaan maupun fasilitas terkait generasi muda berkebutuhan khusus terutama individu dengan spektrum autisme.
Selain itu, kegiatan ini juga membuka peluang kolaborasi untuk melakukan riset dan hilirisasi hasil riset yang dapat membantu generasi muda berkebutuhan khusus dalam berkomunikasi dan berkegiatan. “Dengan event ini diharapkan kami dapat menginisiasi terwujudnya kesempatan bagi generasi muda berkebutuhan khusus, mewadahi proses berkreasi dan berkarya, serta berjejaring kolaboratif,” ucap Topik Hidayat.
Topik menilai kegiatan yang diselenggarakannya ini mendapat respons positif. Selain dari tingginya antusiasme warga yang hadir, pihak mitra pun menunjukkan andil yang cukup besar. “Sangat dihargai, ya, kita di Pusat Kajian dan Pengembangan Dikhumsaintek untuk kolaborasi dengan LPPM ITB, Itenas, ICCN, dan Bandung Creative City,” tambahnya.
Forum Peneliti Muda Indonesia (ForMIND) terdiri dari peneliti muda berbagai disiplin ilmu yang berdomisili di Indonesia dan luar negeri. Setiap tanggal 28 Oktober, Forum Peneliti Muda Indonesia (ForMIND) melaksanakan kegiatan pertemuan tahunannya untuk memperingati berdirinya forum ini sejak tahun 2013.
Kegiatan telah dilaksanakan di berbagai tempat dari barat sampai timur Indonesia serta di luar negeri. Pada 2022 ini, kegiatan ForMIND dilaksanakan secara luring dan dipusatkan di Kota Bandung pada28-30 Oktober 2022. Kegiatan peringatan ulang tahun ke-9 ForMIND tahun 2022 diwarnai peluncuran Buku Bunga Rampai ForMIND 2022, gelar wicara, dan pameran seni. (Kevinadya/Kontributor)***