KOTA TASIKMALAYA, (TUGU BANDUNG.ID). -Pemilu 2024 yang tingggal menghitung hari, tensi semakin menghangat. Semakin dekat pada hari pencoblosan warga harus lebih hati-hati sebelum memberikan hak suara.
Maka warga diajak untuk tidak salah dalam menjatuhkan pilihannya dan tidak terjadi salah coblos dalam memilih pasangan capres dan cawapres di Pemilu 2024, Forum Komunikasi Putra Ajengan Tasikmalaya (FKPAT) mengimbau kepada masyarakat untuk berhati-hati dalam memilih Calon Presiden dan Wakil Presiden Indonesia.
Koordinator FKPAT Cep Lutfi Abdul Azaz mengatakan, seorang pemimpin di Indonesia harus yang berlandaskan Pancasila.
Selain itu, setiap Calon Presiden (capres) dan Calon Wakil Presiden (cawapres) harus menjadi suri tauladan bagi masyarakat.
“Maka sudah seyogyanya para calon pemimpin di Indonesia harus bisa membaca kitab yang dianutnya, sesuai dengan sila pertama” Katanya dalam konferensi pers di Pondok Pesantren Al-Ittihad, Purbaratu, Kota Tasikmalaya, Jumat (9/2/2024).
“Kebetulan semua calon beragama Islam, Minimal dasarnya bisa membaca kitab suci Al-Qur’an,” katanya.
Maka dari itu, pihaknya juga mengundang secara resmi dengan melayangkan surat kepada ketiga kandidat Paslon untuk datang ke Tasikmalaya.
Nantinya, mereka akan melakukan serangkaian tes atau menguji masing-masing calon dalam sisi agama. Namun, yang paling ditekankan adalah dalam membaca kitab suci Al-Qur’an.
“Nanti kami akan menguji ketiga kandidat yang berkonsentrasi pada pemilu 2024 ini, untuk waktu kita menyesuaikan dan kapanpun kita siap,” ujarnya.
Dikatakanya, jika pada waktunya ada kandidat yang tidak bisa membaca Alquran. Maka, ia menegaskan, pemimpin yang seperti itu tidak layak untuk dipilih.
Hal ini juga, lanjut dia, dalam rangka memberikan penyadaran kepada seluruh rakyat Indonesia dalam hal memilih kriteria pemimpin.
Terlebih waktu pencoblosan pemilu tahun 2024 yang kian dekat dan tinggal menghitung hari. Sehingga harus lebih hati-hati jangan sampai salah pilih.
“Maka tidak layak dipilih jika ada calon yang tidak bisa membaca Alquran. Karena itu sudah tidak sesuai dengan sila pertama yakni Ketuhanan yang Maha Esa,” pungkasnya.***