JOGJAKARTA, (TUGU BANDUNG.ID).- Hamparan area pertanian jadi salah satu suguhan destinasi wisata Desa Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang. Jalan rabat beton seukuran mobil, membelah hamparan padi, palawija dan tembakau yang ditanam para petani setempat. Jalan ini merupakan akses petani untuk aktivitas bercocok mengolah perekonomianya jadi perlintasan para pelancong dengan menumpang mobil VW safari dari komunitas otomotif VW Safari Jogjakarta dan Jawa Tengah yang menyediakan trip susur desa wisata.
Sebetulnya kawasan persawahan tersebut tidak hanya di wilayah Kecamatan Borobudur saja, tapi juga banyak ditemui di belahan wilayah Nusantara, tidak terkecuali di Kota dan Kabupaten Tasikmalaya pun wilayah Priangan Timur. Sawah adalah tulang punggung warga desa dalam mengais rejekinya untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
Ketergantungan akan beras untuk bahan pokok terpola dalam gerak perekonomian yang sudah secara turun temurun sejak lama. Pun pemenuhan kesejahteraan para petaninya. Bahkan kendali beras atau padi jadi salah satu faktor penyeimbang inflasi di setiap daerah.
Menelusuri keunikan desa wisata di Daerah Istimewa Jogjakarta tentu banyak sekali yang bisa digali. Ini bisa jadi percontohan untuk daerah Kota/Kabupaten di Priangan Timur termasuk di Kota dan Kabupaten Tasikmalaya. Dimana potensi alam banyak yang belum termaksimalkan oleh masyarakat di tingkat pedesaan. Bahwa, ketika kultur mengolah alam jadi ladang ekonomi tidak hanya pertanian saja.
Namun suguhan aktivitas bertani, potensi alam dan destinasi keindahan bisa diciptakan sebagai salah satu yang mampu mendatangkan pundi-pundi ekonomi warga. Sehingga warga tidak bergantung pada hasil tani yang fluktuatif juga minimnya lapangan pekerjaan di pedesaan pemicu urbanisasi. Tapi, menciptakan destinasi wisata desa akan jadi terobosan menekan lemahnya tingkat pendapatan warga desa khususnya di wilayah Priangan Timur.
Keterlibatan dan peran pemerintah daerah, disini, jelas wajib mengerahkan segala daya cipta dan keberpihakan anggaran dengan menata regulasi yang akan meningkatkan kesejahteraan petani. Termasuk jadi garda terdepan dalam mengedukasi warga sadar wisata. Dimana Sumber Daya Manusia (SDM) adalah magnet dan ujung tombak warga kota untuk datang ke pedesaan dan menghabiskan uangnya di desa. Ini yang paling penting.
Sehingga, sinergi petani dengan segala aktivitasnya akan terdorong dengan SDM yang sadar wisata, pun Pemerintah Daerah dengan semua kekuatanya akan tercipta ekosistem perekonomian desa yang kokoh dan sejahtera. Hal ini, bisa mengadopsi kepada pola desa-desa di Jogjakarta yang sukses dalam mengolah potensinya, dimana salah satu desa yakni Desa Tuksongo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang. Desa ini mampu bersinergi dengan berbagai elemen warga, diantaranya komunitas kreatif juga komunitas VW untuk mengeksplorasi wisata desanya.
Paket trip yang ditawarkan untuk menuju setiap titik destinasi wisata dan potensi desa cukup beragam. Bisa disesuaikan dengan keinginan wisatawan juga harganya. Konsep desa wisata ini mampu membuka ruang dan peluang dalam mencipta, menggerakan juga kemandirian warga desa dalam mengeksplorasi potensi diri dan alamnya.
Banyak sekali sajian yang bisa dinikmati wisatawan, termasuk berkunjung ke penangkaran atau budidaya lebah madu, Griya Lebah Tuksongo. Kepala Desa Tuksongo, Abdul Hakim mengungkapkan, banyak sekali potensi di desanya yang bisa digali. Termasuk menciptakan desa wisata. Dimana, Jogjakarta adalah tujuan wisatawan, ini akan berimbas pada desa penyangga terutama yang berada di lingkungan Candi Borobudur, tentu jadi bidikan para wisatawan yang akan berkunjung ke Candi Borobudur.
Dimana ragam pilihan destinasi wisata desa Tuksongo akan menjadi magnet wisatawan untuk datang dan menikmati destinasi yang lain selain ke Borobudur. “Ini akan menambah lapangan pekerjaan bagi warga desa juga pendapatan desa,” katanya saat ditemui, Kamis (26/9/2024).
Lebah Madu Griya Tuksongo merupakan UMKM yang menjadi salah satu destinasi wisata edukasi yang membudidayakan lebah madu Apis Cerana. Lokasi ini adalah salah satu tujuan kunjungan VW Wisata Borobudur yang menyajikan destinasi budidaya madu secara langsung. Griya Lebah ini mampu meningkatkan perekonomian lokal Borobudur. terletak Desa Tuksongo Kecamatan Borobudur yang berfokus pada budidaya lebah madu. Madu Borobudur berbeda dengan madu pada umumnya karena berasal dari nektar bunga Kaliandra.
UMKM dan area pedesaan di Priangan Timur pun akan bisa seperti di Jogjakarta dan kawasan wisata Borobudur, dengan menggali potensi alam yang bisa diangkat. Hal ini tentu tidak semudah membalikan tangan. Namun kearifan lokal dengan segala potensinya bisa jadi tumpuan masyarakat desanya. Ketika digarap dengan keseriusan warga dan berbagai stakeholder terkait. (ERWIN R).***