Menu

Mode Gelap

Feature · 23 Jun 2023 07:09 WIB ·

Demi Kenyamanan, Mereka Bekerja Keras Membersihkan Area Monumen BLA Tegalega

 BEBERAPA karyawan honorer sedang menyapu sampah di Taman Lampion, area Monumen BLA Tegalega, Kota Bandung. (Foto: Widodo A.).* Perbesar

BEBERAPA karyawan honorer sedang menyapu sampah di Taman Lampion, area Monumen BLA Tegalega, Kota Bandung. (Foto: Widodo A.).*

COBA bayangkan sejenak. Area lokasi Monumen Bandung Lautan Api (BLA) di Tegalega Kota Bandung itu seluas 16 hektare. Di sana banyak sekali tumbuh pohon besar dan daunnya rimbun. Setiap hari daun-daun pepohonan itu ada saja yang kering dan jatuh ke tanah. Berserakan, tidak teratur.

Di akhir pekan, Sabtu dan Minggu, sampah di sana bukan lagi hanya dedaunan kering. Sampah produksi para pedagang dan banyak pengunjung itu beragam. Ada daun dan plastik bekas pembungkus makanan, botol-botol bekas wadah minuman, dan mungkin juga dus-dus bekas pembungkus makanan dan minuman.

Harap maklum, pada akhir pekan itu jumlah pengunjung area Monumen BLA melonjak. Jika pada hari-hari biasa hanya puluhan sampai ratusan orang, maka pada hari Minggu bisa mencapai ribuan. Jika ada momen-momen khusus semisal konser musik atau kampanye partai politik, jumlah yang hadir di lingkungan BLA malah puluhan ribu orang.

SAMPAH dihimpun dalam beberapa tas plastik berukuran besar di lingkungan Monumen BLA Tegalega. (Foto: Widodo A.).*

Karena itu pengelola area Monumen BLA yakni DPKP3 (Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Pertanahan dan Pertamanan) Kota Bandung menetapkan hari Senin sebagai hari libur bagi kehadiran pengunjung. Sebaliknya, hari Senin merupakan hari kerja keras bagi karyawannya untuk melakukan bersih-bersih lingkungan, terutama mengumpulkan sampah-sampah yang begitu banyak berserakan.

Menurut beberapa karyawan honorer DPKP3 UPT (Unit Pelaksana Teknis) Tegalega, untuk tugas kebersihan itu dikerahkan sekitar seratus karyawan. Honor mereka beragam, ada yang sekitar Rp 3 juta/bulan. Pada hari-hari biasa sampah yang mereka kumpulkan cukup diangkat dengan satu truk, tetapi menjadi dua truk pada akhir pekan terutama sampah produksi hari Minggu itu.

Salah satu karyawan honorer, Robi (28 tahun) mengatakan sudah 11 tahun bergiat dalam tugas kebersihan di lingkungan area BLA. Di sini juga ada Taman Lampion (Lampion Park), Lapangan Sepakbola, area kolam renang, masjid, parkir, toilet, penjual tanaman hias. Robi mengaku menerima honor Rp 2,9 juta per bulan, dan rekannya ada yang menerima Rp 3,2 juta per bulan.

Kerja bersih-bersih itu termasuk merapikan dedaunan yang terlalu rimbun sehingga riskan jika diterpa angin kencang. Di sini memang banyak pohon berukuran besar yang daunnya juga sangat rimbun. Kerimbunan atau kerindangan itu membuat udara terasa sangat sejuk, sehingga ada saja pengunjung yang sengaja tiduran atau bahkan tidur beneran hanya beralaskan tempat duduk dari beton panjang.

Pengumpul sampah plastik

Area Monumen BLA Tegalega yang sangat historis itu juga menjadi berkah tersendiri bagi Oneng (60 tahun). Ibu dari delapan anak (enam yang masih hidup) itu sudah bertahun-tahun mengais rezeki melalui keberadaan sampah di sini.

“Saya khusus mencari sampah plastik. Sehari-hari lumayan, dapat beberapa kilogram yang kemudian saya jual ke bandar dengan harga sekitar dua ribu rupiah per kilo. Dalam seminggu setidaknya saya mendapat Rp 200.000,00 dari mengumpulkan sampah plastik ini. Lumayan untuk menyambung hidup,” tutur Oneng.

BU Oneng (60 tahun) mengais rezeki dengan mengumpulkan sampah plastik di area Monumen BLA Tegalega. (Foto: Widodo A.).*

Nenek dari 20 orang cucu itu mengaku tinggal tidak jauh dari lokasi Monumen BLA. Tetapi orangtuanya yang masih hidup dan sudah berusia 90 tahun tinggal di Lembang. Dia banyak bercerita tentang suka hidupnya. Rupanya latar belakang kehidupan itu yang membuat para karyawan kebersihan tidak melarang Oneng untuk khusus mencari sampah plastik di sini.

Kehadiran Monumen BLA yang berlatar belakang sejarah perjuangan rakyat Bandung penentang kembalinya penjajah Belanda di awal-awal tahun kemerdekaan Indonesia itu, memang membawa banyak berkah bagi masyarakat luas.

Kini sehari-hari tampak banyak warga yang sudah lanjut usia (lansia) melakukan olahraga ringan di sana. Mereka ada yang berjalan sendiri-sendiri, ada juga yang berkelompok. Mereka ada yang berjalan santai, pelan-pelan, ada juga yang berjalan relatif cepat. Ada juga sekelompok pelajar yang sengaja olahraga dengan latihan baris-berbaris.

Jika tidak sedang turun hujan, warga Kota Bandung –atau bahkan pendatang dari jauh—sengaja datang ke area Monumen BLA untuk berolahraga sambil berjemur sinar matahari. Jika sudah merasa cukup karena kepanasan, mereka bisa duduk-duduk santai di bawah pohon-pohon yang rindang. Mereka ada yang tampak menikmati minuman air kelapa muda yang dijual oleh pedagang yang juga sengaja mengais rezeki lewat berdagang minuman. (Widodo A, TuguBandung.id)***

Artikel ini telah dibaca 100 kali

badge-check

Redaksi

Baca Lainnya

Desa Wisata Penyangga Perekonomian Warga Wilayah Borobudur, Desa di Priangan Timur Bisa Mencontoh Pola Pengembanganya

28 September 2024 - 07:56 WIB

Membersamai di 33 Tahun JNE, Kekuatan Perempuan Membagi Waktu pada Inovasi Lebih Pagi

31 Juli 2024 - 05:48 WIB

33 Tahun Hadir Menjadi Mitra, Pengiriman Perorangan Maupun Pelaku UMKM Jelas JNE Lebih Unggul

30 Juli 2024 - 18:47 WIB

Herman Suryatman, Kebermanfaatan Keterbukaan Informasi untuk Kesejahteraan Rakyat Jawa Barat

11 Juli 2024 - 10:13 WIB

Pebulutangkis Spidernoy Ingin Membangun Masjid

23 Juni 2024 - 12:49 WIB

Prof Dr Suwatno, Sosok Guru Besar yang Tiga Dekade Berkhidmat Menjadi Pengurus RT

18 Juni 2024 - 08:28 WIB

Trending di Feature