BANDUNG (TUGUBANDUNG.ID) – Saat ini orang sudah tak terlalu mempermasalahkan perihal bubur yang diaduk atau tidak diaduk. Dua-duanya sama-sama nikmat.
Bubur ayam, hidangan gurih dan mengenyangkan ini menjadi favorit banyak orang untuk sarapan.
Bahkan, tak hanya sarapan, banyak orang yang ingin menyantapnya di semua waktu. Tak heran, panganan yang satu ini sering juga dijumpai pada malam hari.
Karena banyak disukai, kini ada beberapa destinasi jajan di Kota Bandung yang benar-benar mengkhususkan diri menyajikan bubur sebagai hidangan signature.
Menu yang dijagokan kedai-kedai bubur ini cukup beragam, dengan cita rasa khas masing-masing yang tentu saja istimewa karena konsepnya dipikirkan benar.
Ada bubur khas Cianjur di Bandung, yakni bubur yang punya ciri khas penambahan kuah kuning di atas bubur.
Bucir alias Bubur Cianjur Mamah Endar, adalah salah satu destinasi jajan bubur yang baru dibuka dua bulan belakangan di dalam Kamii Bandung, Jalan Dr. Hatta No. 6. Harganya terjangkau, yakni Rp 12.000 per porsi.
Seporsi bucir Mamah Endar terdiri dari bubur bertekstur lembut dan kental, dengan pelengkap sayur kuning bawang daun, kacang kedelai, emping dan kerupuk bawang, ayam suwir, seledri dan bawang Sumenep, serta kecap asin khas Cianjur.
Sayur kuning bawang daun menjadi kunci hidangan ini, karena gurihnya pas di lidah. Di Cianjur, kuah semacam ini disebut juga sebagai pepes bawang daun. Jangan lupa menyantapnya dengan sambal ijo yang segar dan pedas.
Rasa gurih yang ditonjolkan, juga semakin diperkuat dengan kecap asin yang langsung didatangkan dari Cianjur. Sang pemilik, Taofik Rachman (36), mengatakan bahwa dirinya sudah berkali-kali mencoba kecap produksi massal maupun kecap dari daerah lain. Akan tetapi rupanya, hanya kecap asin cap Patkwa Padi asal Cianjur yang berjodoh dengan bucir buatannya.
“Agar makin pas rasanya. Kalau di Bandung kan cita rasa kecapnya manis,” ujar Taofik, ketika ditemui di Bucir Mamah Endar, Senin (8/7/2024).
Selain dinikmati dengan sate telur puyuh, usus, dan ati ampela, Bucir Mamah Endar juga menawarkan cara unik menikmati bubur ayam. Yakni, dengan telur asin. Siapa sangka, kedua panganan yang berciri khas gurih tersebut begitu nge-blend dinikmati bersama di lidah.
Tak hanya dinikmati orang untuk sarapan, bucir ini juga dicari orang ketika siang hingga malam hari. Posisinya kini tak hanya sebagai makanan orang sakit, melainkan lebih dari itu.
“Pelanggan di sini kebanyakan adalah pekerja atau mahasiswa, karena tempatnya juga enak untuk nongkrong berlama-lama, jauh dari keramaian dan suasananya yang adem,” katanya. Tagar #ngebuburdicafe menjadi andalan Taofik, untuk mencerminkan bucir yang “naik kelas”.
Taofik menyebutkan, Bucir Mamah Endar sebenarnya adalah resep turunan dari kedua orang tuanya yang lebih dulu berjualan bubur sejak 1995, yakni Mamah Endar dan Papah Asep. Keduanya mulai berjualan bubur di teras rumah, saat tinggal di BTN Sabandar Permai Cianjur.
Status rumah yang kontrak, membuat bucir Mamah Endar berjualan berpindah-pindah tempat. Hingga pada akhirnya, setahun lalu keduanya memutuskan untuk pensiun berjualan bubur. Usaha itu kemudian diteruskan oleh ketiga putra mereka, salah satunya Taofik.***