KOTA BANDUNG (TUGUBANDUNG.ID) – Generasi muda apalagi mereka yang sudah memilki hal politik harus mau mendalami soal pendidikan politik. Bahkan kalau bisa masuk ke dalam politik praktis. Karena di negara ini, keputusan negara adalah keputusan politik.
“Oleh sebab itu, generasi muda yang nanti akan memimpin bangsa ini harus belajar politik guna di masa depan mereka bisa memahami perolitikan bahkan bisa menjadi bagian dari politik praktis,” ungkap Anggota DPR RI, Sodik Mudjahid dalam diskusi “Merdeka Intelektual, Anak Muda Ngerti Politik” di Gedung Pos Banda Bandung, Kamis (27/7/2023).
Menurutnya jika anak sudah apriori terhadap politik maka nanti akan diambil oleh orang-orang yang tidak punya pengetahuan dan komitmen terhadap politik.
Diakuinya, memang terjun ke dunia politik tantangan yang luar biasa. Hal ini ditunjang karena berbagai faktor, misalnya sistem politik yang yang belum bagus, partai-partainya belum melaksanakan politik yang bagus, ada juga penampilan aktor-aktor politik yang tidak bagus.
“Sehingga hasil penelitian di Sumbawa terhadap aktor politik menyatakan bahwa politik itu kotor. Ini memang disebabkan karena faktor politiknya belum yang terbaik,” tegas Sodik.
Oleh sebab itu, pihaknya berharap anak muda selain harus kritis dan kreatif juga harus bisa memahami dan mengerti tentang politik. Kalau tidak mau terjun ke politik maka kekuasaan akan dipegang oleh orang yang tidak mempunyai komitmen luar biasa kepada rakyatnya.
Sementara itu, terkait kemandirian intelektual menurut Guru Gembul tidak ada seorang manusia pun yang bisa mandiri secara intelektual. Karena, informasi yang muncul dari berfikir ada dalam dua wujud yakni kepercayaan dan pengetahuan
“Kalau kita mandiri intelektual biasanya mendirita. Kita ini bersama. Jadi tidak ada yang bisa mandiri secara elektual, karena mereka bisa ditinggalkan oleh komunitasnya,” jelasnya.
Dikatakan, untuk mandiri sacara intelektual atau kemandirian berfikir tidak akan yang mau melakukan atau mengakuinya. Makanya munculnya fanatisme, ada kelompok A, B, dan seterusnya.
Sedangkan Rocky Gerung menambahkan intelektual adalah mengolah pikiran dengan rasa etis yang maksimal. Intelektual itu dibutuhkan untuk menyelesaikan permasalahan dengan etis.
“Oleh karena ini di tempat ini, harus ada proses intelektual sesuai dengan harapan para pendidik bangsa yakni mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan harapan ada peningkatan intelektual. Namun politik menghalangi perdebatan intelektual” tegasnya.
“Ini dibuktikan bahwa banyak kampus yang tidak membolehkan mengundang saya. Padahal yang ingin mempromokasi untuk meningkatkan intelektual,” sambungnya.
Padahal, katanya kampus rentan disusupi dengan paham radikalisme. Hal ini harus dipromosikan dengan kritisisme. “Namun, saya mau mempromosikan itu malah dihalangin” jelasnya. (Ade Bayu Indra/Tugu Bandung) ***