KABUPATEN BANDUNG BARAT (TUGUBANDUNG.ID) – Perkembangan teknologi informasi dan digital yang gencar, semakin mempermudah akses masuknya arus budaya asing yang semakin masif. Melihat kondisi ini, SMP/SMA Darul Hikam Boarding School kampus Dago Giri, tak tinggal diam.
Karena, menurut Bagian Kurikulum SMP/SMA Darul Hikam Boarding School, Nurfie Azhary M SPd, pihaknya khawatir merebaknya budaya asing ini bisa berimplikasi pada menurunnya ketertarikan siswa terhadap budaya Sunda.
“Kami menilai perlu memperkenalkan kembali budaya Sunda agar tetap terjaga. Makanya, kami membuat kegiatan Art Sundanese Day (Seni dan Bahasa Sunda),” ujar Nurfie, Senin (8/10/2023).
Nurfie pun bersyukur, semua siswa antusias mengikuti rangkaian kegiatan ini. Karena, bagi mereka mungkin hal yang menarik belajar budaya yang bisa saja sudah tak terlalu akrab dengan keseharian mereka.
“Siswa antusias belajar budaya terutama saat mengenal makna filosofis dari ragam budaya Sunda,” katanya.
Program Art Sundanese Day ini, kata dia, diajarkan ke siswa untuk memperkenalkan kekayaan budaya. Serta, pentingnya pelestarian budaya sunda di tengah perkembangan teknologi digital.
“Tujuannya sederhana, memperkenalkan dan melestarikan budaya lokal, dengan harapan budaya sunda ini masih dikenal dan digunakan oleh siswa,” paparnya.
Nurfie menjelaskan, Seni dan Bahasa Sunda yang diajarkan, bentuknya adalah kaulinan sunda, kakawihan, aksara sunda, seni membatik dengan metode tie dye.
“Dengan kegiatan ini, kami menargetkan goalsnya adalah siswa dapat memahami keberagaman budaya lokal. Serta, menjadi sesuatu kekuatan untuk menjaga identitas masyarakat lokal pada khususnya dan global pada umumnya.
Kegiatan Art and Sundanese ini, kata dia, menjadi kegiatan rutin setiap semester. Tentunya, dengan mengangkat tema yang disesuaikan setiap waktunya. Untuk tema semester ini, adalah Kelas 7 mengambil tema kaulinan sunda, Kelas 8,9 dan 12 mengambil tema Tie Dye, Kelas 10 mengambil tema aksara Sunda, dan Kelas 11 mengambil tema kakawihan/rampak sekar
“Guru yang mengajar, kami ambil dari
Guru luar. Para pemateri pun berasal dari komunitas atau paguyuban pelestarian Budaya Sunda,” katanya.
Menurut Salah Seorang Siswa Kelas 7 SMP Darul Hikam Boarding School Dago Giri, Azyumardi Irsyad, ia merasa senang belajar Budaya Sunda karena bisa mendapatkan ilmu baru dan pengetahuan baru tentang permainan tradisional yang di tanah Sunda
“Harapan saya adalah permainan tradisional Sunda ini bisa terjaga kelestariannya. Agar tidak punah dan bisa dimainkan oleh anak-anak ditengah maraknya game-game online digital,” katanya.
Hal Senada diungkapkan Siswi Kelas 11, Fauziah Azzahra Syahrani, ia jadi memiliki pengalaman setelah ikut Sundanese art day. Jadi, bisa lebih tahu adat dan budaya Sunda. Apalagi, ia berasal dari luar dari Pulau Jawa.
“Sekarang jadi saya lebih mengerti bahasa Sunda tuh kayak gimana. Ternyata aksara Sunda itu banyak seninya juga menarik banget ternyata gitu. Jadi saya merasa kayak impresif aja gitu,” katanya. (Ade Bayu Indra/Tugu Bandung.id)***