KOTA BANDUNG (TUGUBANDUNG.ID) – Wartawan senior, penyair, deklamator, dramawan, serta akademisi Yayat Hendayana meninggal dunia pada usia 80 tahun pada Rabu 26 Juli 2023. Yayat pada saat aktif menjadi wartawan pernah menjadi Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Provinsi Jawa Barat (1981-1986) serta menjadi anggota DPRD Kota Bandung (periode 1982-1987).
Sosok yang dikenal ramah dan memiliki suara khas bariton ini dikabarkan sempat dirawat di rumah sakit beberapa hari yang lalu. Sebelum dimakamkan di Pemakaman Wakaf Ciganitri Kota Bandung, Rabu 26 Juli 2023 siang, jenazah Yayat disemayamkan di rumah duka Jalan Buana Sari 1 No 6, Jalan logam Kota Bandung.
Yayat Hendayana lahir di Bandung pada 7 Juni 1943. Ia sempat mengenyam pendidikan di Akademi teater dan Film Bandung pada tahun 1965. Ia juga sempat berkuliah di Sastra Sunda Universitas Padjadjaran.
Ia pernah menerima beasiswa dari Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) dan belajar di Internasional Unstutute of Journalism Berlin Jerman.
Pakar hukum dari Universitas Padjadjaran yang juga dikenal sebagai penyair dan dramawan Yesmil Anwar menulis kesan tentang Yayat Hendayana di media sosial pribadinya. Wartawan yang seniman, seniman yang wartawan. Seorang deklamator yang tiada tanding, aktor teater dahsyat. Saya sungguh terpesona menyaksikan aktingnya sebagai Asdak dalam pementasan ‘Lingkaran Kapur Putih’ karya Bertolt Brecht disutaradari Kang Suyatna Anirun,” tulis Yesmil yang mengenal Yayat di awal tahun 1970-an.
Yesmil menambahkan saat mereka kuliah di Unpad, keduanya sering jumpa di Kampus Dipati Ukur. “Beliau di Fakultas Sastra, saya di Fakultas Hukum. Juga sama sama menyukai puisi khususnya Haiku. Nikmat sekali mendengarkan Kang Yayat membaca Haiku. Selamat jalan Kang. Semoga kita dipertemukan lagi dan bisa baca puisi barengan di Jannah… Aamiin Yra,” demikian Yesmil mengenang.
Selain aktif di dunia (pendiri Teater Perintis dan aktivis Studiklub Teater Bandung), mendiang Yayat juga merupakan penyair dan penulis cerita pendek. Sajak-sajaknya banyak dimuat di Pikiran Rakyat, Budaya Jaya, Horison, Majalah Sunda Manglé, Gondéwa, dan lain-lain. Ia pernah memenangi penghargaan dari Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda (LBBS) pada tahun 1998.
Buku kumpulan sajak Sunda karyanya di antaranya yaitu “Katiga” (Kemarau , 1979) dan “Sasambat” (2005), “Doa Angkatan Kami”. Selain itu, Yayat juga pernah menjadi redaktur majalah Manglé (1968-1972), Redaktur Gondéwa (1972-1975) dan Redaktur Pelaksana Pikiran Rakyat. Pada Peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 2023 tingkat Jawa Barat di Kabupaten Karawang, beberapa waktu lalu, Yayat menerima penghargaan dari PWI Jabar.
Pada masa purnatugas sebagai wartawan, Yayat aktif sebagai dosen di Fakultas Ilmu Seni dan Sastra (FISS) Universitas Pasundan. Yayat Hendayana bahkan meraih gelar doktor dengan predikat sangat memuaskan, dari Prodi Ilmu Sastra Unpad.
Ia mempertahankan disertasi dengan judul Hadiah Sastra “Rancage” dalam Dinamika Kesusastraan Sunda: Dimensi Kesejarahan, Pragmatis, dan Eksistensi pada sidang terbuka di Pascasarjana Universitas Padjadjaran, Selasa 9 Februari 2016 lalu.
Selain menjadi dosen di Fakultas Ilmu Seni dan Sastra (FISS), Yayat mendapat kepercayaan sebagai Ketua Pengelola Akademi Budaya Sunda Unpas, serta menjadi Penanggung Jawab Unpas Press. Tercatat juga sebagai Anggota Pengurus Besar Paguyuban Pasundan. ***