KHOIRUNNAS anfauhum linnas. Hadis ini menyatakan bahwa kebaikan seseorang, bukan dilihat dari jabatannya, kekayaannya, pangkatnya, asal usul keturunannya, dan sejenisnya, melainkan dari seberapa banyak memberi manfaat kepada orang lain.
Bukan tanpa sebab hal itu sangat dijiwai oleh seorang Prof Dr Suwatno, MSi, guru besar komunikasi organisasi dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Hadis di atas yang bermakna ”sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat untuk sesama” memang telah menjadi motto hidup pria ramah dan santun yang telah mendedikasikan lebih dari separuh episode hidupnya (lebih dari 30 tahun) untuk dunia pendidikan.
Oleh karena itu, sosok kelahiran Tegal Tegal, 27 Januari 1962 ini kemudian tak semata dikenal atas kepakarannya di dunia akademis, tetapi juga dedikasinya yang tinggi dalam mengabdi kepada masyarakat. Ia juga kerap membantu meringankan dan melempangkan jalan bagi siapapun yang hendak meneruskan pendidikannya. Suwatno adalah figur dosen pembimbing yang senantiasa serius dan mendukung penuh terselesaikannya studi mahasiswa bimbingannya. Bahkan juga mengulurkan bantuan tak semata secara akademis tapi juga aspek pedukung lainnya.
Pria yang pernah memimpin Humas UPI ini juga dkenal sangat dekat dengan wartawan. Sebagai akademisi yang juga mendalami komunikasi, pendekatan humanis Suwatno dengan kalangan jurnalis menjadikan sosoknya sebagai figur “PR Officer” yang legendaris. “Saya memang dekat dengan teman-teman wartawan. Saya selalu menjadikan wartawan sebagai mitra sejajar sebagai komitmen untuk membangun hubungan yang saling menghormati dan kolaboratif antara berbagai pihak,” ucap Suwatno yang sejak 2020 menjabat Direktur Direktorat Kemahasiswaan UPI.
Aktif di lingkungan warga
Bukti tekad kuat dirinya untuk memberikan manfaat bagi lingkungannya, meski mencapai karier fungsional tertinggi di ranah akdemis sebagai profesor, tak menjadikan Suwatno tinggi hati dan menolak panggilan pelayanan dalam masyarakat. Sudah 30 tahun terakhir, ia “menikmati” jabatan sebagai Ketua RT di lingkungan tempat tinggalnya, Komplek Sariwangi Parongpong, Kabupaten Bandung Barat.
Sejak komplek tersebut berdiri pada 1992, Suwatno sudah diberi amanah sebagai bendahara RT berlanjut menjadi sekretaris RT. Kemudian wakil ketua RT, hingga akhirnya ketua RT. Jika dihitung sudah 32 tahun dirinya berkiprah dalam kepengurusan RT dalam berbagai jabatan.
Bukan tak mau ia memberikan kesempatan bagi figur lain untuk menggantikannya. Namun, ternyata warga komplek sendiri yang terus menunjuk dirinya agar selalu ada dalam kepengurusan RT setempat. Warga menolak permohonannya untuk diganti dan akhirnya secara aklamasi warga berkehendak memintanya menjadi ketua RT.
“Saya sebetulnya ingin figur lain secara bergantian menjadi pengurus. Namun, rupanya saya diminta untuk tetap ada. Ya, bagi saya ini amanah untuk memberi manfaat kepada semua. Barangkali mungkin ini jabatan yang ‘kecil’ dan tidak ada artinya. Tapi bagi saya ini justru penting karena memberikan manfaat langsung bagi warga masyarakat yang ingin dipermudah dalam berbagai urusan yang sepertinya ringan dan mudah tapi sangat urgen, terutama dalam soal adiministraif,” ucapnya menguraikan.
Prof. Suwatno telah malang melintang di dunia pendidikan selama bertahun-tahun. Beliau meraih gelar Doktor Ilmu Komunikasi dari Universitas Padjadjaran (Unpad) pada tahun 2007 dan diangkat menjadi Guru Besar UPI pada tahun 2013. Keahliannya dalam bidang komunikasi organisasi telah menghasilkan berbagai karya tulis ilmiah yang dimuat di jurnal nasional dan internasional ternama.
Akan tetapi, di luar kesibukannya di dunia akademis, Prof. Suwatno menunjukkan komitmennya untuk membangun masyarakat dengan berperan aktif sebagai pengurus dan ketua RT. Beliau senantiasa hadir di tengah warganya, mendengarkan aspirasi mereka, dan berusaha mencari solusi terbaik untuk berbagai permasalahan yang dihadapi. Kepemimpinannya yang inspiratif dan penuh dedikasi ini telah memberi kontribusi positif bagi lingkungan tempat tinggalnya.
Prof. Suwatno mengungkapkan bahwa motivasinya untuk tetap aktif sebagai Ketua RT adalah karena kecintaannya kepada lingkungan dan keinginannya untuk berkontribusi dalam membangun masyarakat yang lebih baik. “Saya yakin bahwa setiap individu memiliki potensi untuk memberikan sumbangsih positif bagi komunitasnya, dan saya ingin memberi contoh bagi orang lain terutama generasi yang lebih muda untuk terlibat aktif dalam pembangunan masyarakat,” katanya menegaskan.
Sosok Prof. Dr. Suwatno patutlah menjadi teladan bagi generasi muda, khususnya bagi para akademisi. Beliau menunjukkan bahwa dedikasi dan pengabdian kepada masyarakat tidak hanya dapat dilakukan melalui profesi formal, tetapi juga melalui berbagai bentuk kontribusi lainnya. Kegigihan dan semangatnya dalam mengabdi di tengah kesibukan akademisnya menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk terus berkarya dan membawa manfaat bagi lingkungan sekitar.***