KOTA BANDUNG (TUGUBANDUNG.ID) – Dalam rangka semakin memperluas ekosistem halal value chain, Bank Indonesia bersama seluruh stakeholders terkait terus mendorong berbagai upaya kolaboratif, baik di sisi konsumsi
maupun produksi dengan mengoptimalkan sektor unggulan seperti makanan dan minuman halal, pariwisata ramah muslim dan modest fashion, serta di sektor finansial syariah.
Berbagai upaya tersebut telah berdampak pada peningkatan Indonesia dalam kancah ekonomi syariah
global. Posisi Indonesia dalam Global Islamic Economic (GIE) Indicator pun terindikasi semakin baik. Pada tahun 2017, Indonesia menempati posisi ke-11 dengan skor GIE sebesar 42. Posisi
Indonesia tersebut terus meningkat hingga pada 2023 berhasil menduduki posisi 3 besar setelah Malaysia dan Saudi Arabia.
Meski demikian, perkembangan ekonomi keuangan syariah di Indonesia masih perlu terus ditingkatkan. Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) yang dilakukan OJK
mengindikasikan peningkatan Indeks Literasi Keuangan Syariah di Indonesia yang masih relatif lambat, yakni 9,14% pada 2019, meningkat tipis menjadi 12,12% pada 2022. Sementara itu, berdasarkan tracking yang dilakukan Bank Indonesia, Indeks Literasi Ekonomi Syariah di Indonesia pada tahun 2023, meski masih relatif rendah di 28,01%, namun tercatat semakin membaik dibandingkan tahun 2022 yang sebesar 23,30%.
Guna semakin meningkatkan literasi ekonomi dan keuangan syariah dan halal life style untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, Bank Indonesia
Provinsi Jawa Barat bersama mitra strategis merumuskan dan mengimplementasikan strategi
penguatan literasi dimaksud dengan mengacu kepada Strategi Nasional Literasi dan Inklusi Ekonomi dan Keuangan Syariah Indonesia (SNLIEKSI) yang telah dicanangkan pada Indonesia
Sharia Economic Festival (ISEF) 2024. Strategi tersebut antara lain dilakukan melalui sosialisasi
dan edukasi ekonomi-keuangan syariah secara lebih masif, diantaranya dengan program penyampaian khutbah Jumat yang mengangkat topik ekonomi-keuangan syariah.
Untuk mendukung program tersebut, Khatib memiliki peran yang signifikan sebagai juru dakwah “penggerak perubahan” yang dapat mendorong masyarakat untuk berpartisipasi dalam
ekonomi-keuangan syariah. Oleh karena itu, untuk meningkatkan wawasan dan pemahaman khatib, BI Jawa Barat yang didukung oleh Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) menyelenggarakan program training of trainers (TOT) Khatib Jumat dengan tajuk “GAUNG SYARIAH” (Gerakan Khatib Unggul untuk Ekonomi Syariah) dan tagline “Dari Mimbar Untuk Umat”
Dalam paparannya, Plh Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jawa Barat, Muslimin Anwar, menyampaikan “GAUNG SYARIAH” terdiri dari serial pelatihan yang telah dilakukan di 3 wilayah, yaitu Sukabumi, Bogor, dan Bandung, dengan melibatkan 265 Khatib Jumat sebagai peserta.
“Pelatihan mencakup materi mengenai halal life style, sertifikasi halal, optimalisasi penggunaan dana ZISWAF dan instrumen keuangan komersial syariah, serta teknik komunikasi dakwah,” jelasnya.
Narasumber terdiri dari pakar ekonomi-keuangan syariah baik dari KNEKS, lembaga sertifikasi halal, perbankan, akademisi, dan pakar komunikasi. Melalui rangkaian “GAUNG SYARIAH”, Khatib Jumat diharapkan mampu berperan sebagai agen perubahan dalam memperkuat kesadaran masyarakat muslim mengenai pentingnya ekonomi dan keuangan syariah, serta mendorong jamaah untuk berperan aktif mendukung perkembangan ekosistem ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia.
Dengan begitu, diharapkan upaya mewujudkan Indonesia sebagai pusat halal dunia semakin diperkuat
dan semakin dekat. (Pun)***